BCA Perkasa! Sahamnya Unggul Sendiri di Antara Bank Besar Lain

Menutup pekan perdagangan, pergerakan saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) berhasil mencuri perhatian dengan performa yang kokoh. Di tengah gejolak pasar, saham bank swasta terbesar di Indonesia ini menjadi satu-satunya yang menunjukkan penguatan signifikan di antara para pemain big banks lainnya.

Pada penutupan perdagangan Jumat, 19 September 2025, harga saham BCA mengukir angka Rp 7.800 per saham, melonjak sekitar 1,30% dari penutupan hari sebelumnya. Kinerja impresif ini kontras dengan pergerakan saham bank-bank besar lainnya. Misalnya, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) mengalami penurunan 1,61%, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) turun 0,90%, sementara PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) bergerak datar.

Sharlita Malik, seorang Senior Analyst dari Lotus Andalan Sekuritas, menyoroti bahwa BBCA sangat diuntungkan oleh kebijakan penurunan BI Rate yang diterapkan pada pertengahan pekan. Kebijakan moneter yang lebih longgar ini diprediksi akan membawa dampak positif berupa penurunan biaya dana, peningkatan permintaan kredit, dan pada akhirnya, perbaikan signifikan pada profitabilitas bank.

Kondisi ini semakin menguntungkan bagi Bank BCA, yang selama ini dikenal sebagai pemimpin industri dengan komposisi dana murah (CASA) terbesar. Penurunan suku bunga secara langsung akan mereduksi beban biaya dana bagi bank, memperkuat posisi keuangannya.

Selain efisiensi biaya dana, penurunan suku bunga juga diyakini akan menjadi pendorong utama peningkatan permintaan kredit. Dengan likuiditas BBCA yang melimpah ruah, bank memiliki ruang gerak yang sangat luas untuk mengakselerasi penyaluran kredit, baik untuk sektor korporasi maupun konsumer. Sharlita Malik menegaskan bahwa segmen konsumer, mencakup Kredit Pemilikan Rumah (KPR), kredit kendaraan bermotor, hingga kredit tanpa agunan, akan menjadi motor penggerak utama dalam ekspansi penyaluran kredit BCA.

“Dengan suku bunga yang lebih rendah, appetite konsumen untuk mengambil pinjaman tentu akan meningkat. BBCA telah memiliki infrastruktur yang kokoh dan basis nasabah yang kuat, siap untuk menangkap momentum emas ini,” ujar Sharlita pada Jumat (19/9/2025). Peluang ini akan dimanfaatkan optimal oleh bank untuk memperkuat pangsa pasar dan pertumbuhan.

Hingga semester I-2025, pertumbuhan kredit BBCA menunjukkan laju yang pesat, mencapai 12,9% secara year on year, jauh melampaui rata-rata pertumbuhan industri perbankan. Kontribusi terbesar berasal dari sektor produktif, dengan segmen korporasi tumbuh 16,1% YoY, komersial tumbuh 12,6% YoY, dan SME meningkat 11,1% YoY.

Berbagai stimulus yang digulirkan pemerintah saat ini bertujuan untuk meningkatkan daya beli masyarakat. Dampak positifnya diharapkan akan terasa pada permintaan kredit, khususnya pada segmen konsumer. Ini menjadi kesempatan emas bagi BBCA untuk lebih mengakselerasi pertumbuhan kredit konsumernya, memanfaatkan kondisi pasar yang kondusif.

Kombinasi antara penurunan biaya dana dan kenaikan permintaan kredit secara sinergis akan memperkokoh kinerja laba bersih BBCA. Margin Bunga Bersih (NIM) yang stabil dan volume kredit yang terus meningkat akan menjadi katalis utama profitabilitas yang cemerlang di semester II-2025. Dengan fundamental yang kokoh, BBCA diposisikan sebagai salah satu bank yang paling diuntungkan dari tren penurunan BI Rate, berpotensi mendorong pertumbuhan laba bersih di atas ekspektasi pasar.

Ringkasan

Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) unggul di antara bank besar lain, ditutup pada Rp 7.800 per saham atau naik 1,30% pada 19 September 2025. Analis menyoroti bahwa BBCA diuntungkan oleh penurunan BI Rate yang akan menurunkan biaya dana dan meningkatkan permintaan kredit, sehingga memperbaiki profitabilitas.

Bank BCA, dengan komposisi dana murah (CASA) terbesar dan likuiditas yang melimpah, memiliki ruang gerak untuk mempercepat penyaluran kredit, terutama di sektor konsumer seperti KPR. Pertumbuhan kredit BBCA hingga semester I-2025 mencapai 12,9% YoY, melampaui rata-rata industri, dan diharapkan terus meningkat seiring stimulus pemerintah dan penurunan suku bunga yang mendorong pertumbuhan laba bersih.

Leave a Comment