Dunia pasar saham memang menjanjikan potensi keuntungan yang menggiurkan, namun di baliknya tersembunyi risiko yang tak kalah besar. Salah satu jebakan paling berbahaya, terutama bagi investor pemula, adalah saham gorengan. Istilah ini merujuk pada jenis saham yang pergerakan harganya tidak mencerminkan fundamental perusahaan, melainkan dimanipulasi secara artifisial oleh pihak-pihak tidak bertanggung jawab demi keuntungan pribadi. Saham jenis ini bisa melonjak drastis dalam waktu singkat, namun siap-siap pula untuk anjlok seketika tanpa peringatan.
Menghindari jerat saham gorengan bukan hanya sekadar pilihan, melainkan keharusan mutlak untuk melindungi modal investasi Anda dari kehancuran. Terpikat dalam skema harga yang tidak sehat ini berpotensi menyebabkan kerugian besar, baik secara finansial maupun psikologis. Oleh karena itu, mengenali secara cermat ciri-ciri saham gorengan menjadi bekal krusial bagi setiap investor sebelum mengambil keputusan untuk berinvestasi dalam suatu emiten.
1. Lonjakan Volume Perdagangan yang Tidak Wajar. Ciri pertama yang paling kentara dari saham gorengan adalah peningkatan drastis pada volume perdagangan dalam kurun waktu singkat. Uniknya, lonjakan ini sering terjadi pada saham-saham yang sebelumnya tidak aktif diperdagangkan dan tanpa disertai kabar fundamental positif yang jelas dari perusahaan. Pergerakan mencurigakan ini adalah sinyal kuat adanya manipulasi harga oleh sekelompok pihak tertentu.

Investor yang kurang waspada mungkin akan terpancing melihat saham seolah-olah sedang populer dan aktif diperjualbelikan. Namun, perlu disadari bahwa aktivitas tersebut hanyalah pergerakan artifisial yang sengaja diciptakan untuk memikat investor ritel. Kondisi ini menciptakan jebakan likuiditas semu, di mana harga tampak melonjak tinggi karena permintaan palsu yang direkayasa.
2. Kenaikan Harga yang Melonjak Tidak Rasional. Berbeda dengan saham yang sehat, yang pergerakan harganya naik secara bertahap seiring kinerja fundamental dan sentimen pasar saham, saham gorengan justru menunjukkan pola kenaikan yang sangat tajam dan tidak rasional dalam waktu singkat. Lonjakan ini umumnya tidak didukung oleh berita positif yang substansial atau perbaikan signifikan dalam laporan keuangan perusahaan. Ini adalah indikator kuat bahwa sedang terjadi “penggorengan harga” yang disengaja.
Kondisi ini wajib diwaspadai, karena setelah harga saham mencapai puncaknya, para manipulator akan segera menjual kepemilikan mereka dalam jumlah masif. Akibatnya, harga saham akan anjlok drastis dalam sekejap, meninggalkan investor yang terlambat bereaksi dengan kerugian yang sangat besar.
3. Latar Belakang Perusahaan yang Tidak Jelas dan Minim Informasi Publik. Ciri krusial lainnya dari saham gorengan adalah emiten di baliknya kerap memiliki rekam jejak bisnis yang lemah atau bahkan tidak jelas. Informasi esensial mengenai kegiatan usaha, laporan keuangan, hingga struktur manajemen sangat sulit diakses, bahkan cenderung tidak tersedia sama sekali. Kondisi ini membuat upaya analisis fundamental menjadi mustahil untuk dilakukan secara akurat.
Kurangnya transparansi adalah alarm bahaya bagi setiap investor yang menginginkan keamanan dan kepastian. Perusahaan dengan tata kelola yang baik dan sehat umumnya sangat terbuka terhadap informasi publik dan patuh pada regulasi pasar modal. Sebaliknya, perusahaan yang sahamnya digoreng cenderung menutup-nutupi informasi atau justru menyebarkan kabar manipulatif demi memancing minat investor.
4. Sering Terdaftar dalam UMA (Unusual Market Activity). Bursa Efek Indonesia (BEI) memiliki mekanisme untuk mendeteksi pergerakan saham yang tidak lazim, yakni melalui rilis daftar UMA atau Aktivitas Pasar Tidak Biasa. Saham yang berkali-kali masuk dalam daftar UMA ini patut diwaspadai ekstra, karena hal ini menandakan bahwa otoritas pasar telah mendeteksi pola transaksi yang janggal dan berpotensi adanya penggorengan harga saham.
Kehadiran saham dalam daftar UMA sejatinya merupakan sinyal peringatan yang tidak boleh diabaikan. Meskipun tidak selalu berarti pelanggaran hukum, saham yang diberi peringatan UMA memiliki risiko sangat tinggi akibat volatilitas yang tidak sehat. Pergerakan saham yang wajar dan sehat seharusnya mencerminkan fluktuasi yang logis dan transparan, bukan karena manipulasi teknikal.
5. Promosi Agresif di Media Sosial dan Komunitas Online. Ciri khas lain dari saham gorengan adalah promosi yang sangat masif dan terstruktur melalui berbagai platform daring, seperti forum investasi, grup media sosial, atau aplikasi pesan instan. Tujuan utama dari ajakan ini adalah menciptakan efek FOMO (Fear of Missing Out) agar banyak investor, terutama pemula, tergiur untuk ikut membeli dan secara kolektif mendorong harga saham naik.
Gerakan promosi yang berlebihan, yang tidak didukung oleh data fundamental perusahaan yang solid, harus menjadi pertimbangan serius sebelum mengambil keputusan investasi. Janji-janji keuntungan instan dan cepat sering kali merupakan trik licik untuk mengalihkan risiko tinggi kepada investor baru yang tidak waspada, sementara para manipulator bersiap untuk mengambil untung.
Meskipun saham gorengan seringkali tampak sangat menggoda dengan janji keuntungan fantastis dalam hitungan hari, bahkan jam, jangan sampai Anda terlena. Di balik potensi cuan kilat tersebut, tersembunyi jurang risiko yang mampu menyeret investor ke dalam kerugian mendalam dalam sekejap mata.
Ringkasan
Saham gorengan adalah saham yang harganya dimanipulasi, bukan berdasarkan fundamental perusahaan. Investor pemula sangat rentan terhadap jebakan ini, yang bisa mengakibatkan kerugian finansial dan psikologis. Mengenali ciri-ciri saham gorengan sangat penting sebelum berinvestasi.
Ciri-ciri saham gorengan antara lain lonjakan volume perdagangan tidak wajar, kenaikan harga yang tidak rasional, latar belakang perusahaan yang tidak jelas, sering terdaftar dalam UMA, dan promosi agresif di media sosial. Investor harus waspada terhadap iming-iming keuntungan instan dan selalu melakukan analisis fundamental sebelum membeli saham.