Muamalat.co.id JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan dinamika pergerakan yang menarik pada akhir pekan, meskipun ditutup melemah tipis 0,03% ke level 8.271,72 pada Jumat (24/10/2025). Penurunan harian ini kontras dengan kinerja impresif IHSG sepanjang pekan, yang berhasil melesat hingga 4,5%. Lonjakan signifikan ini tak lepas dari serangkaian sentimen domestik dan global yang secara kolektif mendorong optimisme pasar.
Analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, menyoroti beragam faktor yang mewarnai pergerakan IHSG. Di antaranya adalah rilis data suku bunga dan industri dari China, keputusan moneter Bank Indonesia (BI) yang selalu menjadi perhatian investor, serta rilis kinerja emiten untuk kuartal III-2025. Di sisi lain, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan fluktuasi harga emas dunia turut menjadi variabel yang mempengaruhi laju pasar saham, seperti yang diungkapkan Herditya kepada Kontan pada Jumat (24/10/2025).
Sentimen positif juga datang dari arena global. VP Equity Retail Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia, Oktavianus Audi, menjelaskan bahwa meredanya tensi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China menjadi salah satu pendorong utama. Aksi beli bersih oleh investor asing yang mencapai Rp 6,13 triliun di seluruh perdagangan pekan ini juga memberikan dorongan signifikan bagi IHSG. Kepercayaan investor asing ini menunjukkan daya tarik pasar saham Indonesia di tengah kondisi global yang berubah.
Selain itu, kinerja emiten yang solid turut menopang IHSG. Audi menyebutkan, beberapa perusahaan besar telah melaporkan pertumbuhan laba yang resilient. Contohnya, laba bersih PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang naik 5,7% secara tahunan (YoY) dan laba PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) yang meningkat 10,8% YoY, membuktikan ketahanan korporasi domestik. Ini memberikan keyakinan tambahan bagi pasar akan fundamental ekonomi yang kuat.
Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas, Alrich Paskalis Tambolang, menambahkan bahwa ekspektasi pasar akan penurunan suku bunga oleh bank sentral AS, The Federal Reserve, pada pekan berikutnya, menambah sentimen positif bagi IHSG. Investor juga sangat berharap pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping dapat terwujud untuk mencairkan ketegangan hubungan dagang antara kedua negara adidaya tersebut. Alrich juga melihat optimisme pada musim laporan keuangan kuartal III-2025 dan proyeksi perbaikan ekonomi domestik pada kuartal IV-2025.
Fokus ke The Fed
Melihat ke depan, Alrich menekankan bahwa fokus utama pasar pekan depan akan tertuju pada pertemuan The Fed. Bank sentral AS diperkirakan akan kembali memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin, menurunkannya menjadi 4%, sebuah langkah yang sangat dinantikan oleh pasar global. Selain itu, investor juga akan mencermati hasil pertemuan penting antara Presiden Trump dan Presiden Xi Jinping yang dijadwalkan di Korea Selatan pada Kamis (30/10/2025). Tak kalah penting, pertemuan Menteri Keuangan AS dengan Wakil Perdana Menteri China yang akan berlangsung di Malaysia pada Sabtu (25/10/2025) dan Minggu (26/10/2025) juga akan menjadi barometer bagi sentimen pasar.
Namun, beberapa faktor eksternal tetap perlu diwaspadai. Audi dan Herditya mengingatkan bahwa depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan potensi tekanan pada harga komoditas emas masih akan membayangi laju IHSG pekan depan. Ini menunjukkan kompleksitas sentimen yang harus dihadapi investor.
Menyikapi berbagai sentimen ini, para analis memberikan proyeksi pergerakan IHSG. Audi memprediksi IHSG akan bergerak dalam rentang level support 8.271 dan resistance 8.302. Sementara itu, Herditya memperkirakan indeks akan bergerak di rentang yang lebih lebar, yakni 8.220 hingga 8.320. Secara teknikal, Alrich mengamati bahwa IHSG telah membentuk candlestick shooting star, yang mengindikasikan adanya potensi koreksi. Selain itu, Stochastic RSI berpotensi membentuk Death Cross di area pivot. Oleh karena itu, Alrich memperkirakan IHSG berpotensi menguji level support 8.200 dan resistance 8.300 pada pekan depan, menandakan periode yang penuh kehati-hatian bagi para investor.