Berpotensi Bergerak Fluktuatif, Cermati Sentimen Penggerak Rupiah, Senin (3/11)

Muamalat.co.id JAKARTA. Kurs rupiah mengakhiri perdagangan Jumat (31/10/2025) dengan penguatan tipis terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Momentum positif ini menjadi sorotan di tengah dinamika pasar global dan domestik yang beragam.

Berdasarkan data Bloomberg, mata uang Garuda ini tercatat menguat 0,03% dari posisi perdagangan sebelumnya, menyentuh level Rp 16.631 per dolar AS. Sementara itu, acuan Kurs Jisdor Bank Indonesia (BI) menunjukkan penguatan yang sedikit lebih signifikan, yakni 0,09%, menjadikan rupiah berada di level Rp 16.625 per dolar AS pada penutupan.

Pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi, menyoroti sejumlah faktor yang memengaruhi pergerakan rupiah. Salah satu pendorong utamanya datang dari kesepakatan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping untuk memangkas tarif 10% atas impor yang terkait dengan fentanil.

Ibrahim menambahkan, optimisme pasar juga didukung oleh keputusan Tiongkok yang melanjutkan pembelian kedelai AS, sekaligus menghentikan sementara pembatasan baru pada ekspor logam tanah jarang. Ini menjadi sinyal positif di tengah ketegangan perdagangan kedua negara adidaya.

Namun, di sisi lain, kondisi ekonomi Asia memberikan catatan hati-hati. Ibrahim mencermati bahwa aktivitas manufaktur Tiongkok menyusut lebih dari perkiraan, mengindikasikan sentimen negatif yang masih melingkupi sektor bisnis lokal.

Lebih lanjut, Purchasing Managers’ Index (PMI) komposit Tiongkok hampir terjatuh ke zona negatif pada bulan Oktober. Hal ini tak lepas dari perjuangan bisnis lokal dalam menghadapi belanja swasta yang lesu dan tingginya tarif ekspor AS, menambah tekanan pada ekonomi regional.

Dari ranah domestik, Ibrahim memprediksi bahwa rupiah untuk perdagangan Senin (3/11/2025) berpotensi dipengaruhi oleh kinerja perekonomian Indonesia yang terus menunjukkan perbaikan. Indikator-indikator ekonomi terbaru mengukuhkan optimisme terhadap prospek ekonomi Tanah Air.

Sebagai contoh, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang berada di level 115 mengonfirmasi bahwa masyarakat masih berada dalam zona optimistis terhadap kondisi ekonomi. Selain itu, upaya reformasi struktural juga terus digencarkan melalui deregulasi kemudahan berusaha.

Ibrahim menjelaskan, implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2025 diharapkan dapat mendorong proses perizinan berusaha menjadi semakin cepat, mudah, dan pasti, menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif.

Di tengah optimisme domestik, faktor eksternal tetap menjadi perhatian. Ibrahim mengamati bahwa rupiah masih akan dipengaruhi oleh sinyal dari Ketua The Fed, Jerome Powell, yang mengisyaratkan ketidakpastian mengenai pemangkasan suku bunga lebih lanjut.

Komentar Powell tersebut memicu peningkatan imbal hasil obligasi pemerintah AS dan mendorong penguatan dolar AS, menciptakan tekanan tersendiri bagi mata uang negara berkembang seperti rupiah.

Mempertimbangkan berbagai dinamika ini, Ibrahim menaksir bahwa pada Senin (3/11/2025), rupiah masih akan bergerak fluktuatif dan diproyeksikan melemah. Ia memperkirakan rupiah akan berada di rentang Rp 16.630-Rp 16.680 per dolar AS.

Leave a Comment