JAKARTA. PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) baru saja mengumumkan pencapaian kinerja operasional yang mengesankan untuk kuartal yang berakhir pada 30 September 2025. Laporan ini menyoroti pertumbuhan kuat produksi bijih nikel, peningkatan signifikan efisiensi biaya di seluruh rantai operasional, serta progres berkelanjutan pada proyek hilirisasi strategis perusahaan.
Sepanjang periode Kuartal III-2025, tambang nikel PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM), anak usaha MBMA, menunjukkan performa luar biasa dengan peningkatan produksi saprolit sebesar 89% year on year (yoy) mencapai 2 juta wet metric ton (wmt). Sementara itu, produksi limonit melonjak 51% yoy menjadi 5,6 juta wmt dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan substansial ini didorong oleh ekspansi kapasitas penambangan dan optimalisasi efisiensi operasional yang terus ditingkatkan oleh MBMA.
Di tengah tantangan penurunan harga jual rata-rata (ASP) saprolit dan limonit, serta kenaikan biaya royalti dan bahan bakar akibat kewajiban penggunaan B40, tambang SCM berhasil menekan biaya tunai dan meningkatkan margin. Biaya tunai saprolit berhasil diturunkan menjadi US$ 23,3 per wmt, dari US$ 23,8 per wmt pada tahun sebelumnya. Dengan margin kas sebesar US$ 1,5 per wmt, margin saprolit tercatat meningkat 49% dibandingkan kuartal sebelumnya, meskipun secara tahunan lebih rendah karena tekanan ASP. Demikian pula, biaya tunai limonit mengalami penurunan signifikan menjadi US$ 7,9 per wmt pada Kuartal III-2025, dibandingkan US$ 9,9 per wmt di tahun sebelumnya, menghasilkan margin kas US$ 6,5 per wmt yang meningkat 20% yoy dan 46% quarter on quarter (qoq).
Pada segmen pengolahan, meskipun produksi Nickel Pig Iron (NPI) sedikit menurun menjadi 19.819 ton pada Kuartal III-2025, margin NPI justru melonjak secara signifikan menjadi US$ 2.215 per ton nikel. Kenaikan margin ini dicapai berkat penurunan biaya tunai sebesar 16% yoy menjadi US$ 9.059 per ton, yang merupakan hasil dari optimalisasi pasokan bijih saprolit internal dan disiplin efisiensi biaya di seluruh rantai operasi MBMA.
MBMA secara konsisten memperkuat strategi pertumbuhan terintegrasi melalui pengembangan proyek High Pressure Acid Leach (HPAL) dan Acid Iron Metal (AIM), yang secara strategis menempatkan perusahaan sebagai pemain kunci dalam rantai pasok global bahan baku baterai. Melalui PT ESG New Energy Material (ESG), MBMA telah berhasil memproduksi 7.181 ton nikel dalam bentuk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) dan menjual 7.553 ton hingga Kuartal III-2025. Efisiensi biaya dalam proses ini diperkirakan akan semakin meningkat dengan dimulainya operasional Feed Preparation Plant (FPP) dan pipa slurry pada Kuartal IV-2025.
Proyek HPAL yang dioperasikan oleh PT Sulawesi Nickel Cobalt (SLNC) terus menunjukkan kemajuan pesat, dengan target kapasitas produksi 90.000 ton MHP per tahun. Hingga saat ini, progres konstruksi pabrik HPAL telah mencapai 54%, dan fasilitas FPP mencapai 29%, dengan uji coba (komisioning) tahap pertama yang ditargetkan berlangsung pada pertengahan 2026. Di sisi lain, fasilitas Acid Iron Metal (AIM) di bawah PT Merdeka Tsingshan Indonesia (MTI) mencatatkan produksi asam sulfat sebesar 251.715 ton per Kuartal III-2025. Pabrik klorida dan pabrik katoda tembaga juga telah memasuki tahap komisioning, dengan produksi awal pelat tembaga katoda yang memenuhi standar London Metal Exchange (LME). Selain itu, pada Kuartal III-2025, MBMA juga telah menandatangani perjanjian jangka panjang penjualan produk nickel matte dengan ketentuan yang menguntungkan, menegaskan keputusan strategis untuk melanjutkan produksi High-Grade Nickel Matte (HGNM) pada Kuartal IV-2025.
Secara finansial, MBMA membukukan pendapatan belum diaudit sebesar US$ 935 juta selama sembilan bulan pertama tahun 2025. Angka ini mencerminkan penurunan 32% yoy dibandingkan tahun sebelumnya, yang terutama disebabkan oleh penurunan kontribusi dari segmen NPI (-US$ 102,3 juta) dan HGNM (-US$ 418,8 juta). Namun, penurunan ini sebagian terkonsolidasi oleh peningkatan pendapatan dari limonit dan segmen lainnya (+US$ 76,3 juta).
Presiden Direktur MBMA, Teddy Oetomo, menyatakan bahwa kinerja perseroan pada sembilan bulan pertama 2025 merupakan cerminan dari peningkatan struktural yang telah diimplementasikan di seluruh rantai nilai, mulai dari penambangan, logistik, hingga pengolahan. “Kami terus memperbaiki efisiensi biaya per unit, memperluas kapasitas produksi bijih, serta mendorong kemajuan proyek hilirisasi HPAL dan AIM yang akan menjadi transformasi besar bagi MBMA dan industri bahan baku baterai Indonesia,” ungkap Teddy dalam siaran pers yang diterima pada Senin (10/11).
MBMA optimistis berada pada jalur yang tepat untuk mencapai target volume bijih dan panduan biaya tahun 2025, berkat dukungan dari ekspansi armada tambang dan penyelesaian infrastruktur pipa slurry. Ke depan, MBMA akan berfokus pada ekspansi kapasitas armada tambang untuk mendukung peningkatan output bijih pada Kuartal IV-2025, penyelesaian pembangunan pipa slurry guna mendukung integrasi fasilitas HPAL, serta optimalisasi biaya berkelanjutan di seluruh operasi hilir. Teddy menambahkan keyakinannya terhadap pertumbuhan produksi bijih nikel yang berkelanjutan, peningkatan efisiensi pengolahan hilir, serta kemajuan proyek strategis HPAL dan AIM, yang akan semakin memperkuat posisi MBMA sebagai salah satu pemasok bahan baku baterai global terkemuka.
Ringkasan
PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) melaporkan kinerja operasional yang kuat pada Kuartal III-2025, dengan peningkatan produksi bijih nikel signifikan. Tambang nikel PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM) mencatat kenaikan produksi saprolit sebesar 89% dan limonit sebesar 51% dibandingkan tahun sebelumnya. Meskipun menghadapi tantangan penurunan harga jual rata-rata dan kenaikan biaya, SCM berhasil menekan biaya tunai dan meningkatkan margin.
MBMA terus mengembangkan proyek hilirisasi strategis seperti HPAL dan AIM untuk memperkuat posisinya dalam rantai pasok bahan baku baterai global. Produksi nikel dalam bentuk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) telah mencapai 7.181 ton, dan kemajuan konstruksi pabrik HPAL terus berjalan. Meskipun pendapatan belum diaudit mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya, MBMA optimis mencapai target volume bijih dan panduan biaya tahun 2025, serta terus fokus pada ekspansi kapasitas dan optimalisasi biaya.