Muamalat.co.id JAKARTA. Emiten pelayaran, PT Cakra Buana Resources Energy Tbk (CBRE), tengah bersiap melancarkan aksi korporasi besar melalui Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) atau rights issue. Rencana ini melibatkan penerbitan sebanyak-banyaknya 48 miliar saham, sebuah langkah strategis yang diyakini akan membawa dampak positif signifikan terhadap kelangsungan usaha perseroan di masa depan.
Dalam detail aksi korporasi ini, saham-saham baru yang akan dikeluarkan oleh CBRE merupakan saham atas nama dengan nilai nominal yang setara dengan saham yang telah beredar, yaitu sebesar Rp 25 per saham. Keputusan krusial ini akan dimintakan restu kepada para pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang dijadwalkan pada 18 Desember 2025.
Dana yang terkumpul dari rights issue ini akan dimanfaatkan secara optimal untuk beberapa tujuan utama. CBRE berencana menggunakan seluruh hasil dana untuk pelunasan sebagian utang perusahaan kepada pihak ketiga, penambahan modal kerja, serta untuk membiayai rencana penambahan armada, yang esensial bagi pengembangan bisnis pelayaran emiten.
Salah satu aspek menarik dari agenda rights issue ini adalah rencana konversi utang menjadi saham. Untuk merealisasikan hal tersebut, CBRE telah meneken Perjanjian Promissory Note pada 31 Oktober 2025 dengan sejumlah pihak. Para pemegang Promissory Note tersebut meliputi Hilong Shipping Holding Limited senilai US$25 juta, Yafin Tandiono Tan senilai US$11 juta, PT Saga Investama Sedaya senilai US$12,50 juta, dan PT Superkrane Mitra Utama Tbk (SKRN) senilai US$4,5 juta.
Manajemen CBRE mengungkapkan bahwa perseroan telah menerima surat pemberitahuan pada 10 November 2025, yang mengonfirmasi pilihan dari Hilong Shipping Holding Limited, Yafin Tandiono Tan, Saga Investama Sedaya, dan Superkrane Mitra Utama untuk mengonversi pinjaman mereka menjadi saham berdasarkan Perjanjian Promissory Note. Langkah ini, menurut manajemen CBRE dalam keterbukaan informasi pada Senin (10/11/2025), “diharapkan akan dapat memperkuat struktur permodalan dan mengundang investor untuk dapat berpartisipasi dalam menginvestasikan modalnya dalam perusahaan, sehingga akan memberi nilai tambah bagi kinerja perusahaan.”
Menanggapi rencana ini, Analis Korea Investment & Sekuritas Indonesia (KISI), Muhammad Wafi, menyatakan bahwa secara jangka panjang, rights issue tersebut akan memberikan dampak positif bagi kelangsungan usaha CBRE. Terutama karena tujuan utamanya adalah memperkuat struktur modal dan memangkas beban bunga, yang sangat krusial bagi kesehatan finansial perusahaan.
Namun, Wafi juga mengingatkan akan adanya risiko utama yang perlu diwaspadai, yaitu dilusi saham. Jumlah saham yang diterbitkan melalui rights issue kali ini tergolong besar, sehingga keberhasilannya akan sangat bergantung pada minat investor dan momentum pasar yang tepat. “Kalau serapannya kurang, justru bisa menimbulkan tekanan harga saham jangka pendek,” ungkapnya pada Senin (10/11/2025).
Lebih lanjut, Wafi menyoroti opsi konversi utang menjadi saham. Menurutnya, skema ini memang efektif untuk memperbaiki neraca keuangan, dengan catatan penting bahwa pihak kreditur benar-benar berkomitmen untuk berinvestasi jangka panjang, bukan sekadar melepas saham ketika harganya sedang naik. “Kalau eksekusinya rapi, beban keuangan CBRE bakal jauh lebih ringan,” imbuhnya. Berdasarkan analisisnya, Wafi merekomendasikan trading buy untuk saham CBRE dengan target harga di level Rp 1.400 per saham. Meskipun fundamental CBRE belum sepenuhnya kuat, momentum restrukturisasi ini dapat membuka peluang menarik bagi investor untuk trading dalam jangka pendek.