Muamalat.co.id JAKARTA Kinerja cemerlang PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) semakin mengilap, didorong oleh kenaikan signifikan harga emas global. Selain itu, langkah strategis perusahaan dalam ekspansi pabrik carbon diharapkan akan menjadi pendorong positif bagi performa keuangan di masa mendatang.
BRMS berhasil mengukir laba bersih yang impresif pada kuartal III 2025, mencapai US$ 14,9 juta, sebuah lonjakan tajam sebesar 75,5% secara kuartalan (QoQ). Pencapaian ini menunjukkan resiliensi dan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan dinamika pasar.
Secara keseluruhan, pada kuartal III 2025, BRMS membukukan pendapatan sebesar US$ 63 juta, naik 9% QoQ. Penjualan emas menjadi kontributor utama dengan porsi dominan, menyumbang sekitar US$ 61 juta dari total pendapatan tersebut.
Namun, di balik capaian positif tersebut, laba operasional dan EBITDA perusahaan masing-masing tercatat turun 13,5% dan 10,5% QoQ. Penurunan ini diakibatkan oleh kenaikan biaya operasional yang menciptakan tekanan pada margin. Margin kotor juga terkoreksi menjadi 49,5% setelah royalti meningkat menjadi 15,7%. Untungnya, tingginya kadar bijih yang diolah mampu menjaga profitabilitas tetap kuat, bahkan melampaui ekspektasi.
IHSG Naik 0,21% ke 8.405 pada Sesi I Kamis (13/11), BUMI, DSSA, BRPT Top Gainers LQ45
Secara kumulatif, laba bersih BRMS untuk sembilan bulan pertama tahun 2025 mencapai US$ 37,9 juta, melonjak 142,2% secara tahunan (YoY). Angka ini menegaskan pertumbuhan berkelanjutan dan fundamental yang semakin kokoh.
Miftahul Khaer, Research Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia, menyoroti kinerja kuartal III BRMS yang tergolong impresif, terutama di tengah volatilitas harga emas global. Pendapatan dari penjualan emas tetap menjadi penopang utama pertumbuhan, seiring dengan peningkatan volume produksi.
Lebih lanjut, harga jual rata-rata (ASP) emas yang stabil di level US$ 3.468/oz dengan kenaikan 5,7% QoQ, serta peningkatan volume penjualan menjadi 17.558 oz atau tumbuh 2,9% QoQ, turut memperkuat performa. “Selain itu, kami juga melihat adanya dorongan dari produksi emas Poboya dan peningkatan efisiensi pabrik pengolahan yang turut memperkuat margin laba BRMS di 9M25 ini,” terang Mifta kepada Kontan, Rabu (12/11/2025).
Di samping faktor internal, dukungan eksternal seperti tren investor global yang mencari aset safe haven serta prospek pelemahan dolar AS juga secara positif memperkuat sentimen terhadap saham-saham tambang emas, termasuk BRMS.
Melihat ke depan, Mifta memperkirakan katalis utama bagi kinerja BRMS akan tetap bergantung pada pergerakan harga emas global. Selain itu, ekspansi pabrik Carbon in Leach (CIL) yang direncanakan meningkatkan kapasitas dari 500 ton per hari menjadi 2.000 ton per hari, dengan target beroperasi penuh pada awal 2027, juga akan menjadi katalis positif.
Menurut Mifta, dampak dari ekspansi CIL ini berpotensi memperbaiki leverage operasional dan meningkatkan potensi laba secara signifikan, khususnya jika harga emas global tetap bertahan tinggi. Namun, investor tetap perlu mencermati risiko keterlambatan proyek dan fluktuasi harga komoditas yang dapat memengaruhi prospek perusahaan.
Meski demikian, secara umum Mifta memandang prospek BRMS masih akan positif hingga akhir tahun ini. Dengan demikian, Mifta merekomendasikan investor untuk trading hold saham BRMS dengan target harga Rp 1.070.
Ada Isu Merger, Begini Rekomendasi Saham GOTO