Muamalat.co.id, JAKARTA — Sektor batu bara mengalami tekanan kinerja sepanjang kuartal III/2025. Pertanyaannya, dengan tren penurunan ini, seberapa menarik potensi dividen dari emiten-emiten tambang emas hitam tersebut?
Tim Riset Korea Investment & Sekuritas Indonesia (KISI) menyoroti bahwa penurunan kinerja emiten batu bara hingga kuartal III/2025 dipicu oleh dua faktor utama: penurunan harga jual rata-rata (Average Selling Price/ASP) dan peningkatan biaya operasional.
“Proyeksi dividen untuk tahun buku 2025 berpotensi mengalami penurunan. Meskipun demikian, kami memperkirakan payout ratio tetap dipertahankan pada kisaran 60%-80%. Namun, secara nominal, dividen bisa menyusut 20%-30% dibandingkan tahun sebelumnya,” jelas Tim Riset KISI, Kamis (13/11/2025).
Baca Juga: Ekspansi Angkutan Batu Bara, PTBA Raih Fasilitas Kredit Bank Himbara Rp3,56 Triliun
Namun, di tengah tantangan ini, Tim Riset KISI berpendapat bahwa dividen dari emiten seperti PTBA, ITMG, HRUM, dan ADRO berpotensi tetap stabil. Hal ini didukung oleh kondisi balance sheet perusahaan yang solid.
Lebih lanjut, dengan mempertimbangkan potensi penurunan dividen, Tim KISI menilai bahwa saham-saham batu bara masih menawarkan daya tarik sebagai value play bagi investor, meskipun yield yang dihasilkan mungkin tidak setinggi sebelumnya.
Baca Juga: Harga Batu Bara-Minyak Lesu, Penerimaan Negara Capai Rp200,6 Triliun
“Terutama bagi investor yang mencari dividend yield di atas 8% dan memiliki posisi kas yang kuat,” imbuh Tim KISI.
Lantas, saham batu bara mana saja yang layak dicermati? Menurut KISI, PTBA menjadi salah satu pilihan menarik karena stabilitasnya, fokus pada hilirisasi, dan yield yang masih kompetitif.
Baca Juga: Emiten Prajogo Pangestu (CUAN) Produksi 4 Juta Ton Batu Bara per September 2025
Selain itu, ADRO juga patut diperhitungkan dengan diversifikasi bisnis ke sektor nikel dan energi hijau, yang memberikan prospek jangka menengah hingga panjang yang positif. ITMG menarik karena posisi kas yang besar, program buyback saham, dan rekam jejak dividen yang solid. Terakhir, HRUM memiliki katalis positif dari operasional HPAL nikel yang dijadwalkan mulai beroperasi pada tahun 2026.
Sebagai informasi tambahan, PT Adaro Andalan Indonesia Tbk. (AADI) baru-baru ini mengumumkan pembagian dividen interim tahun buku 2025 senilai US$250 juta, atau setara dengan lebih dari Rp3,9 triliun (dengan asumsi kurs Rp15.600 per dolar AS).
Keputusan ini diambil berdasarkan laba bersih perusahaan selama periode sembilan bulan yang berakhir pada 30 September 2025, dan telah disetujui oleh direksi serta dewan komisaris pada 7 November 2025.
Selain AADI, emiten batu bara dari Grup Banpu, PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG), juga akan membagikan dividen interim sebesar Rp738 per saham. Pembayaran dividen ITMG dijadwalkan pada 26 November 2025.
Disclaimer: Berita ini tidak bertujuan mengajak untuk membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya berada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Ringkasan
Kinerja emiten batu bara mengalami tekanan pada kuartal III/2025 akibat penurunan harga jual dan kenaikan biaya operasional. Proyeksi dividen tahun buku 2025 diperkirakan akan menurun 20-30% secara nominal, meskipun payout ratio dipertahankan sekitar 60-80%. Namun, dividen dari emiten seperti PTBA, ITMG, HRUM, dan ADRO berpotensi tetap stabil karena kondisi balance sheet yang solid.
Saham batu bara masih menarik sebagai value play, terutama bagi investor yang mencari dividend yield di atas 8%. PTBA menarik karena stabilitas dan fokus hilirisasi, ADRO dengan diversifikasi ke nikel dan energi hijau, ITMG karena kas besar dan program buyback, serta HRUM dengan katalis positif dari operasional HPAL nikel. AADI membagikan dividen interim US$250 juta, dan ITMG sebesar Rp738 per saham.