Muamalat.co.id , JAKARTA — Di tengah dinamika pasar modal yang penuh tantangan, terutama dengan adanya tekanan pada harga komoditas global, sejumlah emiten batu bara di Indonesia masih menunjukkan komitmen kuat kepada para pemegang sahamnya. Mereka tetap royal membagikan dividen, meskipun laporan laba bersih hingga kuartal III/2025 mencatatkan penurunan yang signifikan. Kendati demikian, dividen tahun buku 2025 dari emiten-emiten batu bara ini diperkirakan akan menyusut secara nominal, seiring dengan pelemahan kinerja finansial yang mereka alami.
Tim Bisnis telah merangkum beberapa emiten tambang batu bara yang secara konsisten menebar dividen interim tahun buku 2025 kepada para investornya:
PT Adaro Andalan Indonesia Tbk. (AADI)
Emiten afiliasi dari Garibaldi ‘Boy’ Thohir, AADI, telah menetapkan pembagian dividen interim tahun buku 2025 senilai US$250 juta, setara dengan lebih dari Rp3,9 triliun (dengan asumsi kurs Rp15.600 per dolar AS). Keputusan ini, yang diambil oleh direksi dan dewan komisaris perseroan pada 7 November 2025, bersumber dari laba bersih periode sembilan bulan hingga 30 September 2025.
: Bisikan Target Saham AADI Terbaru Jelang Cum Dividen Interim 2025
Namun, kinerja AADI memang mengalami penurunan. Perseroan membukukan laba bersih sebesar US$587,3 juta atau sekitar Rp9,8 triliun hingga September 2025 (mengacu kurs Jisdor BI Rp16.692 per dolar AS pada 30 September 2025). Angka ini menunjukkan penurunan hampir setengahnya, yakni 45,35% secara tahunan, dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai US$1,07 miliar.
PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG)
Selanjutnya, emiten batu bara Grup Banpu, ITMG, juga akan membagikan dividen interim sebesar Rp738 per saham. Pembayaran dividen ini dijadwalkan akan diterima oleh pemegang saham ITMG pada 26 November 2025.
ITMG mencatatkan laba bersih sebesar US$130,5 juta atau sekitar Rp2,17 triliun sampai akhir September 2025 (kurs Jisdor BI Rp16.692 per dolar AS pada 30 September 2025). Angka ini merosot tajam 52,17% secara tahunan dari US$273 juta pada 30 September 2024. Selain itu, ITMG juga mengalami penurunan pendapatan menjadi US$1,36 miliar, turun 17,38% secara tahunan dari US$1,65 miliar.
: Ramai-Ramai Kejar Dividen Interim ITMG 2025
Manajemen ITMG menjelaskan bahwa penurunan pendapatan ini sebagian besar disebabkan oleh koreksi harga jual rata-rata (average selling price/ASP) sebesar 21%, dari US$97 per ton pada sembilan bulan 2024 menjadi US$77 per ton pada sembilan bulan 2025, sejalan dengan pelemahan harga acuan batu bara global.
PT Baramulti Sukses Sarana Tbk. (BSSR)
Emiten batu bara BSSR turut dalam jajaran perusahaan yang membagikan dividen interim. Perseroan akan menyalurkan dividen sebesar US$35 juta, atau setara dengan Rp222,58 per saham.
“Direksi dan dewan komisaris perseroan telah menyetujui dan memutuskan untuk melakukan pembagian dividen interim tahun buku 2025 sebesar US$35 juta untuk 2,61 miliar saham yang ditempatkan dan disetor penuh, berdasarkan kurs tengah yang ditetapkan oleh BI pada 31 Oktober 2025,” jelas manajemen BSSR pada Selasa (4/11/2025). Pembayaran dividen ini didasarkan pada data keuangan per 30 September 2025, di mana laba bersih yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk BSSR tercatat sebesar US$61,5 juta, dengan saldo laba ditahan yang tidak dibatasi penggunaannya sebesar US$229,3 juta.
PT United Tractors Tbk. (UNTR)
Tidak ketinggalan, emiten batu bara Grup Astra, UNTR, juga membagikan dividen interim tahun buku 2025 senilai Rp2,05 triliun, atau setara dengan Rp567 per saham kepada para investornya.
Hingga kuartal III/2025, UNTR membukukan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp11,47 triliun. Angka ini menyusut 26,4% secara tahunan (year on year/YoY) dibandingkan laba bersih periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp15,59 triliun.
United Tractors Tbk. – TradingView
Meskipun laba bersih tergerus, UNTR sebenarnya mencatatkan pendapatan bersih yang naik tipis 0,91% YoY menjadi Rp100,46 triliun per kuartal III/2025. Pendapatan bersih UNTR terutama ditopang oleh bisnis kontraktor penambangan, meskipun segmen ini mengalami penurunan 8% YoY menjadi Rp40,2 triliun.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.