Rupiah Ditutup Melemah pada Kamis (13/11), Cermati Proyeksinya untuk Jumat (14/11)

Muamalat.co.id – JAKARTA. Nilai tukar rupiah kembali menunjukkan pelemahan signifikan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan Kamis (13/11/2025), sebuah tren yang diproyeksikan masih akan berlanjut pada Jumat (14/11/2025). Kondisi ini menciptakan bayangan ketidakpastian bagi mata uang Garuda di tengah dinamika pasar global yang terus bergejolak.

Di pasar spot, rupiah tercatat melemah 11 poin atau 0,07%, mengakhiri hari di level Rp 16.728 per dolar AS. Sejalan dengan itu, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) turut mencatatkan koreksi tipis sebesar 10 poin atau 0,06%, menempatkan rupiah pada posisi Rp 16.732 per dolar AS. Angka-angka ini menggarisbawahi tekanan yang terus membayangi pergerakan nilai tukar domestik.

Analis mata uang dari Doo Financial Futures, Lukman Leong, menjelaskan bahwa pergerakan rupiah saat ini sangat dipengaruhi oleh pernyataan bernada dovish dari beberapa pejabat bank sentral Amerika Serikat, The Fed. Harapan akan rilisnya data-data ekonomi AS yang lebih jelas dari pemerintah turut memperkuat ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed di masa mendatang, sehingga memberikan tekanan pada dolar AS namun tidak cukup untuk mengangkat rupiah.

Meskipun demikian, Lukman memproyeksikan bahwa rupiah masih akan berada di bawah tekanan terhadap dolar AS pada perdagangan esok hari. Namun, antisipasi terhadap keputusan pemangkasan suku bunga oleh Bank Indonesia (BI) dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) minggu depan diharapkan dapat menjadi katalis positif yang membatasi pelemahan lebih lanjut.

“Minimnya data ekonomi penting, baik dari dalam maupun luar negeri, membuat rupiah tetap tertekan oleh antisipasi RDGBI minggu depan. Meskipun demikian, pelemahan dolar AS dan potensi intervensi Bank Indonesia dapat menjadi faktor pembatas terhadap penurunan nilai tukar,” ujar Lukman kepada Kontan, Kamis (13/11/2025). Pernyataan ini menegaskan kompleksitas sentimen yang membayangi pasar.

Rupiah Ditutup Melemah ke Rp 16.728 Per Dolar AS Hari Ini, Paling Lemah di Asia

Sementara itu, Presiden Komisaris HFX Internasional Berjangka, Sutopo Widodo, menyoroti bahwa pergerakan rupiah pada Jumat (14/11/2025) akan sangat dipengaruhi oleh sentimen eksternal, terutama dari dua kekuatan ekonomi global, Tiongkok dan Amerika Serikat. Perhatian utama tertuju pada rilis data Produksi Industri Tiongkok untuk Oktober 2025, yang berpotensi menjadi penentu arah.

Mengingat Tiongkok merupakan mitra dagang utama Indonesia, data yang menunjukkan perlambatan di luar perkiraan dapat memicu kekhawatiran serius terhadap permintaan komoditas global. Hal ini berpotensi meningkatkan sentimen risk-off di pasar regional, mendorong investor untuk beralih ke aset yang lebih aman seperti dolar AS, dan pada akhirnya menekan rupiah. Di sisi lain, ekspektasi data ekonomi AS yang mungkin menunjukkan kelemahan berpotensi menahan laju penguatan dolar, memberikan sedikit ruang bagi rupiah untuk bernafas.

Namun, Sutopo menambahkan, jika arus modal asing (capital outflow) dari pasar obligasi dan saham domestik Indonesia terus berlanjut, hal ini akan tetap menjadi tekanan internal yang signifikan dan membebani nilai tukar rupiah secara berkelanjutan.

. Rupiah Spot Melemah 0,11% ke Rp 16.735 per Dolar AS Kamis (13/11) Siang

Secara teknikal, dengan kombinasi sentimen risk-off global yang didukung oleh penguatan dolar AS dan sinyal kebijakan dovish dari Bank Indonesia, rupiah diproyeksikan akan bergerak dengan kecenderungan melemah terbatas. Kondisi pasar yang kompleks ini menuntut kehati-hatian dari para pelaku pasar dalam mengambil keputusan investasi.

Berdasarkan berbagai sentimen yang telah diuraikan, Sutopo Widodo memproyeksikan pergerakan rupiah untuk Jumat (14/11/2025) akan berada dalam rentang Rp 16.700 hingga Rp 16.780 per dolar AS. Sementara itu, Lukman Leong menawarkan proyeksi yang sedikit lebih lebar, yakni antara Rp 16.650 hingga Rp 16.800 per dolar AS. Kedua proyeksi ini mengindikasikan bahwa tekanan pelemahan masih akan menjadi bayang-bayang pergerakan rupiah di tengah dinamika ekonomi global dan domestik.

Leave a Comment