IHSG Berdarah! Profit Taking Tekan Bursa, Turun 0,86% Sepekan

Muamalat.co.id JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan pelemahan tipis di penutupan perdagangan Jumat (14/11/2025). Meskipun demikian, performa IHSG dalam sepekan terakhir menunjukkan penurunan yang lebih signifikan.

Pada hari Jumat (14/11/2025), IHSG ditutup melemah sebesar 0,02% atau terpangkas 1,56 poin, sehingga mencapai level 8.370,43. Secara kumulatif, selama sepekan terakhir, indeks telah terkoreksi sebesar 0,86% atau setara dengan 72,88 poin.

Liza Camelia Suryanata, Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas, berpendapat bahwa sentimen positif dari kondisi global dan solidnya data ekonomi domestik masih menjadi fondasi utama bagi pasar saham. Menurutnya, tekanan terhadap IHSG lebih banyak dipicu oleh aksi ambil untung (profit taking) pada saham-saham berkapitalisasi besar, serta sikap kehati-hatian investor menjelang pengumuman sejumlah data ekonomi global penting.

“Pasar masih cenderung dalam mode wait and see, namun secara keseluruhan trennya masih menunjukkan arah yang positif,” ungkap Liza kepada Kontan, Jumat (14/11/2025).

IHSG Turun Tipis 0,02% ke 8.370, Top Losers LQ45 NCKL, SCMA dan KLBF, Jumat (14/11)

Dari tinjauan sektoral, sektor perbankan dan energi menjadi pendorong utama penguatan IHSG sepanjang minggu ini. Di sisi lain, sektor teknologi dan saham-saham yang sensitif terhadap perubahan sentimen global mengalami koreksi akibat adanya penyesuaian valuasi.

Secara teknikal, Liza melihat bahwa IHSG saat ini masih berada dalam tren bullish. Area antara 8.000 hingga 8.050 dianggap sebagai level support psikologis yang cukup kuat. Selain itu, terdapat level support bertingkat di sekitar 8.350-8.270 dan 8.130. Sementara itu, level resistance terdekat berada di rentang 8.420-8.478.

“Pola bullish reversal cup and handle masih valid. Kami melihat adanya peluang bagi IHSG untuk mencapai level 8.600 sebelum akhir tahun ini,” jelas Liza.

IHSG Naik 0,15% ke 8.384 pada Sesi I Jumat (14/11), DSSA, ANTM, BRPT Top Gainers LQ45

Untuk pekan mendatang, pasar akan fokus pada data inflasi Amerika Serikat, pergerakan yield US Treasury, serta dinamika arus dana asing. Liza memperkirakan bahwa IHSG berpotensi bergerak mixed to higher pada perdagangan hari Senin, asalkan area 8.200-8.300 dapat dipertahankan.

Mengenai arus modal asing, Liza melihat bahwa tren net buy berpotensi berlanjut hingga akhir tahun 2025. Likuiditas global yang lebih longgar dan prospek ekonomi Indonesia yang tetap terjaga menjadi faktor pendorong utama. Meskipun demikian, level resistance all-time high di 8.478 masih menjadi area kunci yang perlu ditembus agar membuka peluang penguatan lebih lanjut.

Selain sektor perbankan, Liza juga menilai bahwa saham-saham dari sektor konsumer primer, telekomunikasi, infrastruktur digital, serta beberapa emiten properti yang mendapatkan keuntungan dari insentif PPN DTP tetap menarik untuk diperhatikan oleh investor.

Ringkasan

IHSG mengalami pelemahan tipis pada penutupan perdagangan Jumat, dengan penurunan kumulatif sebesar 0,86% selama sepekan terakhir. Menurut Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas, tekanan pada IHSG dipicu oleh aksi ambil untung saham berkapitalisasi besar dan sikap wait and see investor terhadap data ekonomi global.

Sektor perbankan dan energi menjadi pendorong utama penguatan IHSG selama seminggu, sementara sektor teknologi mengalami koreksi. Secara teknikal, IHSG masih berada dalam tren bullish dengan peluang mencapai level 8.600 sebelum akhir tahun. Pasar akan fokus pada data inflasi AS, yield US Treasury, dan arus dana asing pada pekan mendatang.

Leave a Comment