KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri sesi perdagangan Jumat (14/11/2025) dengan pelemahan tipis. Pada penutupan pasar, IHSG tercatat terkoreksi 0,02% atau kehilangan 1,56 poin, menetap di level 8.370,44.
Secara keseluruhan, sepanjang pekan ini, kinerja IHSG menunjukkan tekanan jual yang cukup terasa, mengakibatkan koreksi sebesar 0,86% atau setara dengan 72,88 poin. Pergerakan pasar saham dalam negeri ini mencerminkan dinamika yang fluktuatif, dipengaruhi oleh beragam sentimen global dan sentimen domestik yang saling tarik-menarik.
Fluktuasi harga saham sepanjang pekan ini cukup kentara. IHSG mencapai level tertinggi mingguan pada Senin (10/11/2025) di 8.478,15 poin. Sebaliknya, level terendah terpantau pada Selasa (11/11/2025) di angka 8.338,40. Meskipun demikian, IHSG sempat mencatat penutupan tertinggi dalam sepekan pada Rabu (12/11/2025) di level 8.388,57.
Perluas Pangsa Pasar, Estika Tata Tiara (BEEF) Bakal Diversifikasi Bisnis
Menganalisis pergerakan ini, Analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, menjelaskan bahwa pelemahan IHSG selama seminggu terakhir tidak terlepas dari adanya tekanan jual yang dominan. Meski demikian, secara jangka menengah, indeks masih berada dalam fase penguatan atau uptrend. “Pergerakan IHSG selama sepekan ini memang disertai tekanan jual, namun secara keseluruhan masih berada di tren uptrend,” ujar Herditya kepada Kontan pada Jumat (14/11/2025).
Ada beberapa faktor signifikan yang membayangi kinerja IHSG dan memicu kehati-hatian investor. Pertama, volatilitas rupiah terhadap dolar AS yang masih rawan koreksi. Kedua, penguatan harga emas global yang di sisi lain dibayangi oleh sentimen negatif dari isu government shutdown di Amerika Serikat. Ketiga, pelemahan data tenaga kerja AS yang menimbulkan kekhawatiran pasar akan penundaan pemangkasan suku bunga The Fed pada Desember. Keempat, peningkatan Indeks Keyakinan Konsumen dan penjualan ritel Indonesia yang turut memberikan dinamika tersendiri dalam aktivitas perdagangan.
Kombinasi kompleks antara sentimen global dan sentimen domestik ini, menurut Herditya, secara langsung memengaruhi sentimen investor dan membuat pasar saham cenderung mengambil posisi hati-hati. Ini tergambar dari kecenderungan para pelaku pasar untuk menahan diri dalam melakukan aksi beli.
ESSA Chart by TradingView
Memasuki awal pekan depan, Herditya memperkirakan IHSG masih akan bergerak dalam fase konsolidasi dan berpotensi mengalami pelemahan. Level support krusial diperkirakan berada di 8.338, sedangkan level resistance yang perlu dicermati adalah 8.442. “IHSG masih rawan terkoreksi dalam fase konsolidasi, terutama jika area support tidak mampu bertahan,” jelasnya.
Dari sisi sentimen, para investor diperkirakan akan terus mencermati beberapa indikator utama. Hal ini meliputi potensi penguatan arah rupiah, pergerakan harga emas yang mulai rawan koreksi, serta perkembangan lanjutan terkait dampak after-effect dari government shutdown AS dan kebijakan The Fed ke depan. Pemantauan cermat terhadap faktor-faktor ini akan menjadi kunci dalam pengambilan keputusan investasi.
Untuk mengarahkan strategi investasi, Herditya menilai beberapa saham berikut menarik untuk dicermati dalam waktu dekat: ESSA dengan target harga di Rp 710-Rp 760, SSMS dalam kisaran Rp 1.570-Rp 1.690, dan WINS yang diproyeksikan berada di rentang Rp 454-Rp 478.
Ringkasan
IHSG mengalami koreksi sebesar 0,86% sepanjang pekan lalu, ditutup pada level 8.370,44. Analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, menjelaskan bahwa pelemahan ini disebabkan oleh tekanan jual, meskipun secara jangka menengah IHSG masih dalam tren uptrend. Beberapa faktor yang memengaruhi kinerja IHSG antara lain volatilitas rupiah, penguatan harga emas global, pelemahan data tenaga kerja AS, dan peningkatan Indeks Keyakinan Konsumen Indonesia.
Investor cenderung hati-hati karena kombinasi sentimen global dan domestik. Herditya memperkirakan IHSG akan bergerak dalam fase konsolidasi dengan potensi pelemahan di awal pekan depan, dengan support di 8.338 dan resistance di 8.442. Investor disarankan untuk mencermati arah rupiah, pergerakan harga emas, serta dampak dari government shutdown AS dan kebijakan The Fed. Saham ESSA, SSMS, dan WINS dinilai menarik untuk dicermati.