Wall Street Beragam, Investor Menanti Laporan Kinerja Nvidia

Muamalat.co.id  NEW YORK. Pada penutupan perdagangan Jumat (14/11/2025), indeks-indeks utama Wall Street berakhir dengan pergerakan yang variatif, mencerminkan kehati-hatian investor. Sentimen pasar didominasi oleh antisipasi terhadap laporan keuangan kuartalan Nvidia yang dijadwalkan rilis pekan depan, sekaligus kekhawatiran bahwa Federal Reserve mungkin akan menunda rencana pemangkasan suku bunga pada Desember.

Mengutip data Reuters, indeks S&P 500 tercatat melemah tipis 0,05%, mengakhiri sesi di level 6.734,11. Di sisi lain, indeks Nasdaq berhasil menguat 0,13% menjadi 22.900,59. Kontras, Dow Jones Industrial Average mengalami koreksi signifikan sebesar 0,65%, ditutup pada posisi 47.147,48.

Koreksi pasar tersebut juga tercermin dari mayoritas sektor di S&P 500, dengan tujuh dari 11 indeks sektor menunjukkan pelemahan. Sektor material memimpin penurunan dengan koreksi 1,18%, diikuti oleh sektor keuangan yang juga melemah 0,97%.

Meski ditutup variatif pada hari Jumat, kinerja pasar saham sepanjang pekan ini juga menunjukkan gambaran yang beragam. Indeks S&P 500 membukukan kenaikan tipis 0,1%, dan Dow Jones menguat 0,3%. Namun, Nasdaq justru tergelincir 0,5% sepanjang minggu.

Dalam pergerakan saham individu, beberapa emiten teknologi besar berhasil mengukir performa positif. Saham Nvidia, Palantir, dan Microsoft masing-masing melonjak lebih dari 1%, memberikan dorongan pada indeks yang lebih berorientasi teknologi.

Sebaliknya, tekanan terhadap Dow Jones datang dari saham-saham seperti UnitedHealth Group yang anjlok 3,2% dan Visa yang melemah 1,8%. Penurunan kedua saham ini menjadi faktor utama yang membebani indeks industri tersebut.

Aktivitas perdagangan di bursa saham AS tercatat cukup tinggi, dengan volume mencapai 20,1 miliar saham pada Jumat. Angka ini sedikit di bawah rata-rata 20 hari perdagangan terakhir yang sebesar 20,2 miliar saham.

Dalam beberapa hari terakhir, sentimen investor memang diwarnai oleh kekhawatiran ganda: laju potensial pemangkasan suku bunga The Fed yang melambat dan valuasi yang semakin mahal dari saham-saham kecerdasan buatan (AI) kelas berat. Saham-saham AI inilah yang menjadi motor utama pendorong kenaikan signifikan pasar saham AS selama beberapa tahun terakhir.

Ekspektasi pasar akan pemangkasan suku bunga oleh The Fed pada pertemuan kebijakan Desember semakin memudar. Hal ini disebabkan oleh berlanjutnya tanda-tanda inflasi yang persisten, yang sebagian diyakini juga diperparah oleh kebijakan tarif global era Presiden AS Donald Trump.

Penurunan ekspektasi ini tercermin dari data FedWatch CME Group, yang menunjukkan probabilitas pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan Desember kini berada di bawah 50%, anjlok dari 67% pada minggu sebelumnya.

Pandangan hawkish juga datang dari Presiden The Fed Kansas City, Jeffrey Schmid, yang menyatakan kekhawatirannya mengenai inflasi yang terlalu tinggi jauh melampaui dampak sempit tarif. Pernyataannya mengindikasikan bahwa ia berpotensi kembali berbeda pendapat pada pertemuan The Fed Desember mendatang, jika pembuat kebijakan cenderung memilih untuk memangkas suku bunga jangka pendek. Sebagai informasi, Schmid adalah salah satu dari dua anggota yang menyatakan perbedaan pendapat dalam keputusan The Fed pada bulan Oktober lalu, saat bank sentral memutuskan untuk menurunkan suku bunga kebijakan sebesar 0,25%.

Fokus utama Wall Street pekan depan akan tertuju pada raksasa cip AI, Nvidia, yang dijadwalkan merilis laporan kuartalan pada hari Rabu. Para investor menantikan bukti konkret bahwa momentum persaingan dalam dominasi teknologi yang tengah berkembang pesat ini tidak melemah, yang dapat memengaruhi prospek pasar secara keseluruhan.

“Kami akan menghadapi sebuah peristiwa besar minggu depan dengan Nvidia,” ujar Mike Dickson, Kepala Riset dan Strategi Kuantitatif di Horizon Investments yang berbasis di Charlotte, Carolina Utara. Dickson menambahkan, “Jika Nvidia mengecewakan, sahamnya tentu akan dihukum. Namun, saya juga berpendapat bahwa—seperti yang terlihat hari ini—para pembeli akan kembali dengan cukup cepat dan menstabilkan situasi.”

Selain faktor-faktor tersebut, kekhawatiran yang masih membayangi investor juga meliputi kondisi pasar tenaga kerja dan prospek inflasi. Investor memperkirakan akan adanya kesenjangan permanen dalam data ekonomi resmi, bahkan setelah penutupan pemerintah AS yang terlama berakhir pada hari Kamis, sebuah dinamika yang terus menjadi perhatian pasar.

Leave a Comment