Muamalat.co.id Harga minyak mentah menunjukkan pergerakan mendatar pada Senin (11/8/2025), mengakhiri penurunan tajam lebih dari 4% yang terjadi sepanjang pekan lalu. Stabilitas ini terutama didorong oleh antisipasi investor menjelang perundingan penting antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Perundingan krusial tersebut dijadwalkan berlangsung pada 15 Agustus di Alaska, dengan fokus utama pada pembahasan kemungkinan pengakhiran konflik di Ukraina. Berdasarkan laporan Reuters, harga minyak mentah Brent mengalami kenaikan tipis 0,06% menjadi US$ 66,63 per barel, sementara harga minyak West Texas Intermediate (WTI) menguat 0,13% menjadi US$ 63,96 per barel.

Dalam konteks perundingan damai, Presiden Trump sebelumnya mengisyaratkan bahwa kedua belah pihak, baik Ukraina maupun Rusia, perlu menunjukkan kesediaan untuk menyerahkan sebagian wilayah guna mencapai kesepakatan damai. Analis StoneX, Alex Hodes, mengemukakan, “Aksi jual harga minyak yang terjadi baru-baru ini berhenti sementara karena pasar menantikan pertemuan krusial pada Jumat nanti.”
Sebelumnya, Trump telah memberikan tenggat waktu kepada Rusia hingga 8 Agustus untuk menyetujui perdamaian, atau para pembeli minyaknya akan menghadapi sanksi sekunder. Washington juga secara aktif menekan India agar mengurangi pembelian minyak Rusia. Menurut Giovanni Staunovo, analis dari UBS, tekanan pada harga minyak sedikit berkurang setelah perkiraan gangguan pasokan mereda, terutama karena AS hanya memberlakukan tarif tambahan pada India, bukan pada semua pembeli minyak Rusia.
Dengan perkembangan ini, UBS merevisi proyeksi harga Brent akhir tahun menjadi US$ 62 per barel dari sebelumnya US$ 68, dengan alasan pasokan yang lebih tinggi dari Amerika Selatan dan negara-negara yang terkena sanksi. Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group, menjelaskan dinamika pasar saat ini: “Saat ini, pasar menimbang antara OPEC yang tidak menaikkan produksi sebanyak perkiraan, versus kemungkinan adanya kesepakatan gencatan senjata di Ukraina yang akan membuat minyak Rusia kembali mengalir bebas. Keseimbangan ini menyebabkan harga minyak berfluktuasi seperti yo-yo.”
Wall Street Ditutup Turun Senin (11/8), Waspadai Inflasi & Isu Perdagangan AS–China
Sementara itu, kabar lain dari pasar global menyebutkan bahwa konsorsium yang dipimpin Exxon Mobil telah memulai produksi minyak di Guyana, empat bulan lebih cepat dari jadwal yang ditetapkan. Dari Tiongkok, data resmi menunjukkan bahwa harga produsen pada bulan Juli turun lebih tajam dari perkiraan awal, menambahkan dimensi lain pada sentimen pasar global.
Harga Minyak Naik Tipis Menjelang Perundingan AS-Rusia
Ringkasan
Harga minyak mentah Brent dan WTI stabil pada hari Senin (11/8/2025) setelah mengalami penurunan tajam minggu sebelumnya. Harga minyak Brent naik tipis menjadi US$ 66,63 per barel, sementara WTI menguat menjadi US$ 63,96 per barel. Stabilitas ini dipicu oleh antisipasi pasar terhadap perundingan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin mengenai konflik di Ukraina yang dijadwalkan pada 15 Agustus.
Perundingan ini diharapkan dapat membawa kesepakatan damai, meskipun Trump mengisyaratkan bahwa kedua belah pihak perlu menyerahkan wilayah. Tekanan pada harga minyak sedikit berkurang karena perkiraan gangguan pasokan mereda, meskipun AS terus menekan India untuk mengurangi pembelian minyak Rusia. UBS merevisi proyeksi harga Brent akhir tahun menjadi US$ 62 per barel karena pasokan yang lebih tinggi dari Amerika Selatan dan negara-negara yang terkena sanksi.