
Muamalat.co.id, DENPASAR – Bank Indonesia (BI) secara proaktif menggalakkan peningkatan produktivitas pertanian di Kabupaten Gianyar sebagai salah satu strategi vital untuk mengendalikan laju inflasi. Upaya ini menjadi bagian integral dari komitmen BI dalam mewujudkan stabilitas harga dan ketahanan pangan di Provinsi Bali.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Erwin Soeriadimadja, menjelaskan bahwa peningkatan produktivitas pertanian adalah isu strategis yang mendasari terwujudnya ketahanan pangan dan terjaganya stabilitas harga di seluruh wilayah Bali, termasuk Kabupaten Gianyar. Meskipun Gianyar bukan merupakan daerah sampel inflasi, letak geografisnya yang berdekatan dengan Denpasar, Badung, dan Tabanan menjadikannya memiliki relevansi kuat terhadap perkembangan harga di ketiga wilayah sampel tersebut. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pada Juli 2025, inflasi Provinsi Bali tercatat meningkat menjadi 3,16% Year-on-Year (YoY) dari 2,94% YoY pada bulan sebelumnya, menandakan urgensi intervensi.
Melihat kondisi tersebut, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gianyar bersama Bank Indonesia, melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Gianyar, menyelenggarakan High Level Meeting (HLM). Pertemuan strategis ini menjadi forum krusial untuk melakukan asesmen komprehensif terhadap dinamika inflasi dan memetakan risiko pengendalian inflasi di masa mendatang.
Ke depan, sejumlah faktor risiko berpotensi memicu tekanan inflasi di Provinsi Bali. Fenomena kemarau basah, misalnya, dapat meningkatkan risiko serangan hama dan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yang berimbas pada pasokan komoditas pangan. Selain itu, peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara pada periode liburan musim panas juga berpotensi memicu kenaikan permintaan. Tak kalah penting, tekanan pada kelancaran distribusi logistik dapat muncul akibat perbaikan jalan nasional Banyuwangi, yang merupakan jalur vital angkutan laut menuju Provinsi Bali.
Dalam rangka memitigasi berbagai risiko inflasi tersebut, HLM TPID Gianyar merumuskan serangkaian rekomendasi kunci yang terintegrasi dalam strategi 4K. Pertama, pada aspek ketersediaan pasokan, direkomendasikan percepatan pembentukan Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Pangan di Gianyar untuk mendukung intensifikasi pasar murah dan operasi pasar. Selain itu, penguatan peran offtaker dan pengembangan ekosistem pangan closed loop juga menjadi prioritas. Peningkatan produktivitas pertanian juga akan didorong melalui mekanisasi dan digitalisasi, pemanfaatan lahan tidur, mitigasi alih fungsi lahan, penggunaan bibit unggul, serta regenerasi petani.
Kedua, untuk menjaga keterjangkauan harga dan kelancaran distribusi, akan diperluas dan direalisasikan Kerjasama Antar Daerah (KAD) dengan sentra produksi di dalam maupun luar Bali. Ini akan disertai efisiensi rantai distribusi melalui penguatan peran offtaker dan digitalisasi pemasaran dari petani langsung ke konsumen. Ketiga, penguatan komunikasi efektif menjadi esensial untuk menjaga ekspektasi masyarakat terkait ketersediaan pasokan dan inflasi yang terkendali, termasuk melalui sosialisasi pasar murah dan informasi harga jual komoditas.
Strategi pengendalian inflasi di Gianyar semakin diperkuat dengan adanya Peta Jalan Pengendalian Inflasi Kabupaten Gianyar 2025–2027. Peta jalan ini secara spesifik mencakup pengembangan program unggulan Puspa Aman (Pusat Pangan Alami, Mandiri, Asri, dan Nyaman), yang memfasilitasi penanaman pekarangan masyarakat dengan pupuk organik hasil pengolahan sampah, menciptakan siklus pangan berkelanjutan.
Momen strategis HLM TPID Gianyar ini sekaligus menjadi manifestasi konkret komitmen Bank Indonesia dalam mendukung langkah-langkah pengendalian inflasi yang diinisiasi oleh Pemerintah Kabupaten Gianyar. Dukungan tersebut diwujudkan melalui pemberian bantuan sarana dan prasarana kepada empat kelompok tani dan subak. Bantuan ini meliputi alat mekanisasi pertanian, yang merupakan bagian dari implementasi kebijakan ekonomi dan keuangan daerah untuk mendukung intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian, sekaligus mendorong hilirisasi komoditas pangan.
Erwin Soeriadimadja optimis bahwa melalui sinergi dan kolaborasi strategis antara berbagai pihak, produktivitas pertanian di Kabupaten Gianyar dapat terus meningkat secara berkelanjutan. Harapan besarnya adalah agar upaya ini mampu memperkokoh ketahanan pangan daerah sekaligus secara signifikan meningkatkan kesejahteraan petani di Gianyar.
Ringkasan
Bank Indonesia (BI) mendorong peningkatan produktivitas pertanian di Gianyar, Bali, untuk menekan inflasi. Meskipun Gianyar bukan daerah sampel inflasi, lokasinya strategis dan berpengaruh terhadap inflasi di daerah sekitarnya. Peningkatan inflasi di Bali pada Juli 2025 menjadi pendorong utama inisiatif ini, yang melibatkan kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Gianyar melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID).
Strategi yang diterapkan mencakup empat pilar utama (4K): ketersediaan pasokan, keterjangkauan harga, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif. Upaya ini melibatkan pembentukan Perumda Pangan, penguatan offtaker, kerjasama antar daerah, serta digitalisasi pemasaran. Peta Jalan Pengendalian Inflasi Kabupaten Gianyar 2025-2027 dan program Puspa Aman juga mendukung strategi ini, bersamaan dengan bantuan sarana dan prasarana pertanian dari BI.