
Muamalat.co.id JAKARTA. Sejumlah emiten yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) secara bertahap mengumumkan rencana aksi korporasi penting: penambahan modal melalui skema private placement. Inisiatif strategis ini, yang mayoritas akan dieksekusi pada semester II tahun 2025, bertujuan untuk memperkuat struktur permodalan dan mendukung pengembangan usaha di tengah dinamika pasar.
Salah satu yang teranyar mengumumkan rencana ini adalah PT Buana Lintas Lautan Tbk (BULL), yang akan segera menggelar private placement. Langkah ini diambil BULL dengan tujuan utama mengembangkan usaha, memperbaiki rasio keuangan perseroan, memperkuat struktur permodalan, serta menjaga likuiditas dalam operasional bisnisnya. Dalam aksi penambahan modal ini, BULL berencana menerbitkan sebanyak-banyaknya 1.408.585.144 lembar saham dengan nilai nominal Rp 100 per saham. Jumlah ini setara dengan 10% dari total saham yang telah ditempatkan dan disetor penuh, yaitu 14.085.851.449 lembar saham. Menariknya, dalam keterbukaan informasi per 8 Agustus 2025, BULL telah mengidentifikasi calon investor strategis, yakni Fortune Street Limited dari Hong Kong. Perusahaan ini ditegaskan tidak memiliki hubungan afiliasi dengan BULL maupun pemegang saham atau pengendalinya, sehingga dipastikan tidak akan ada perubahan pada pemegang saham pengendali BULL pasca-transaksi.
Pelaksanaan private placement ini dijadwalkan berlangsung secara bertahap atau sekaligus dalam jangka waktu maksimal dua tahun, terhitung sejak tanggal persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang akan diselenggarakan BULL pada 15 September 2025. Manajemen BULL menyatakan bahwa “Dana yang diperoleh dari penambahan modal ini akan digunakan oleh perusahaan dan/atau entitas anak usaha untuk pengembangan usaha dalam bentuk pengembangan armada kapal dan/atau peningkatan modal kerja.”
Di sisi lain, PT MNC Digital Entertainment Tbk (MSIN) juga mengumumkan niatnya untuk memperkuat struktur permodalan melalui private placement. MSIN berencana menerbitkan maksimal 6,07 miliar saham baru, atau setara dengan paling banyak 10% dari total 60,68 miliar saham yang ditempatkan dan disetor penuh saat ini. Manajemen MSIN menjelaskan bahwa penambahan modal ini akan bermanfaat signifikan sebagai cadangan peningkatan modal kerja perusahaan. Namun, dalam keterbukaan informasi per Jumat (8/8), Manajemen MSIN menyatakan bahwa “hingga saat ini belum terdapat calon pemodal yang akan melaksanakan penambahan modal” terkait rencana ini. RUPSLB untuk persetujuan dijadwalkan pada 15 September 2025.
Selanjutnya, PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) telah menerbitkan 1.175.000.000 saham baru Seri B dengan nilai nominal Rp 100 per saham dalam aksi korporasi private placement-nya. Uniknya, seluruh saham baru ini akan diserap oleh PT Bakrie Capital Indonesia (BCI), yang merupakan pihak terafiliasi dari ENRG dan saat ini juga tercatat sebagai pemegang saham perseroan. Informasi ini diungkapkan Manajemen ENRG dalam keterbukaan informasi pada Jumat (4/7/2025) lalu.
Tidak ketinggalan, PT Provident Investasi Bersama Tbk (PALM) juga turut merencanakan penambahan modal di semester II 2025. PALM memiliki opsi untuk menerbitkan sebanyak-banyaknya 4.719.862.337 saham baru melalui skema rights issue dan/atau hingga 1.573.287.445 saham melalui private placement. Ellen Kartika, Direktur Investasi dan Portofolio PALM, dalam paparan publik RUPS PALM pada Rabu (25/6) lalu menjelaskan bahwa, “Namun, untuk nilai private placement dan rights issue akan disampaikan kemudian.”
Sementara itu, PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) telah merealisasikan private placement dengan menerbitkan 943,96 juta saham baru, setara dengan Rp 47,96 miliar. Saham ini memiliki harga konversi Rp 50,81 per saham dan nilai nominal Rp 50 per saham. Fathul Anwar, Direktur Keuangan, Manajemen Risiko, dan Legal WSBP, menjelaskan bahwa tujuan utama private placement ini adalah implementasi konversi utang WSBP kepada kreditur menjadi ekuitas, sebagaimana diatur dalam Perjanjian Perdamaian yang telah disahkan (homologasi) oleh Majelis Hakim Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada 28 Juni 2022. Pelaksanaan PMTHMETD (Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu) Tahap V WSBP dilakukan pada 9 Juli 2025, dengan tanggal efektif pencatatan saham hasil PMTHMETD Tahap V pada 10 Juli 2025.
Para analis pasar modal menyoroti fenomena private placement ini dari berbagai sudut pandang. Arinda Izzaty, Junior Equity Analyst Pilarmas Sekuritas, menilai bahwa serangkaian aksi korporasi ini secara jelas mengindikasikan kebutuhan mendesak para emiten akan penguatan modal kerja, restrukturisasi utang, atau pendanaan untuk ekspansi bisnis. Senada, Imam Gunadi, Analis Ekuitas PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), berpendapat bahwa private placement akan menjadi sangat menarik bila berhasil menggandeng investor strategis. Ia menjelaskan, “Dengan masuknya investor strategis, perusahaan mempunyai eksposur baru, baik dalam bentuk materiel seperti sumber daya, maupun imateriel, seperti akses terhadap sektor tertentu yang mempunyai regulasi yang cukup ketat.”
Sementara itu, Ekky Topan, Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, menambahkan bahwa di tengah kondisi pasar yang volatil dan bergerak cepat, private placement adalah opsi pendanaan yang relevan, terutama jika ditujukan kepada investor strategis. Ia menekankan keunggulan private placement yang meliputi proses yang relatif cepat, fleksibel, dan kemampuannya untuk langsung menyasar pihak dengan komitmen jangka panjang. “Bagi emiten, strategi ini tidak hanya memperkuat permodalan, tetapi juga bisa menjadi pintu masuk untuk sinergi bisnis dengan investor yang memiliki kemampuan finansial dan industri yang mumpuni,” ungkap Ekky kepada Kontan pada Selasa (12/8/2025).
Ekky Topan lebih lanjut menguraikan bahwa potensi serapan dana dan tujuan setiap aksi private placement sangat bervariasi antar emiten. Ia menyoroti kriteria penting: private placement yang menarik adalah yang memiliki standby buyer (pembeli siaga) yang jelas dan tujuan dana difokuskan untuk ekspansi bisnis, bukan semata restrukturisasi utang. Berdasarkan kriteria ini, Ekky menilai ENRG sebagai yang paling menarik. Pasalnya, standby buyer untuk private placement ENRG sudah pasti, yaitu Bakrie Capital Indonesia (BCI) yang akan menyerap seluruh saham senilai Rp 338 miliar. Kepastian ini tidak hanya meminimalkan risiko eksekusi, tetapi juga memastikan ketersediaan dana segar untuk mempercepat proyek-proyek strategis ENRG. Selain ENRG, Ekky juga melihat aksi private placement BULL menarik karena sudah memiliki calon investor yang jelas dari Hong Kong, Fortune Street Limited, dengan tujuan pendanaan yang spesifik untuk ekspansi armada, sehingga memberikan prospek pertumbuhan yang lebih terukur bagi perusahaan pelayaran tersebut.
Prospek dan Rekomendasi Saham
Melihat ke depan, Head of Investment Specialist Maybank Sekuritas Indonesia, Fath Aliansyah, menyampaikan bahwa aksi private placement umumnya disesuaikan dengan kebutuhan mendesak emiten, khususnya dalam mendukung agenda ekspansi. Namun, ia juga mengingatkan agar para investor memperhatikan jumlah free float saham yang beredar di masyarakat. “Sebab, pelaksanaan corporate action ini bisa membuat jumlah saham beredar di masyarakat di bawah batas ketentuan,” ujarnya kepada Kontan pada Selasa (12/8/2025).
Prospek kinerja para emiten yang akan melakukan private placement di semester II 2025 akan sangat bergantung pada keberhasilan eksekusi aksi korporasi tersebut dan efisiensi penggunaan dana yang diperoleh untuk tujuan produktif. Arinda Izzaty dari Pilarmas Sekuritas memprediksi bahwa MSIN berpotensi besar untuk memperbaiki kapasitas operasional dan memperluas lini bisnis digitalnya, sementara BULL diharapkan mampu meningkatkan pendapatan melalui penambahan armada kapal. Adapun PALM diproyeksikan dapat tumbuh jika alokasi dananya sesuai dengan rencana investasi strategis.
Bagi WSBP, dampak positif dari private placement ini kemungkinan akan lebih terbatas pada kinerja langsung di tahun ini, karena dananya lebih diarahkan untuk pelunasan utang. Namun, Arinda menambahkan, “Dari sisi neraca keuangan, aksi private placement akan mengurangi tekanan likuiditas dan memberi ruang ekspansi di tahun-tahun berikutnya.”
Meskipun demikian, aksi private placement juga membawa sentimen negatif berupa risiko dilusi bagi pemegang saham lama, ketidakpastian realisasi penggunaan dana, serta potensi aksi jual jika harga pelaksanaan berada di bawah harga pasar. Kendati demikian, Arinda melihat MSIN berpotensi menjadi “jawaran kinerja” di antara emiten lain, karena “skala dan tujuan pendanaannya jelas serta dapat memperkuat fundamental secara signifikan.”
Imam Gunadi dari IPOT menambahkan optimisme terhadap prospek private placement di semester II 2025. Ia menilai pertumbuhan ekonomi kuartal II yang ekspansif dan melampaui ekspektasi pasar telah menyuntikkan optimisme bagi pelaku pasar dan dunia usaha, mendorong emiten untuk lebih berani berekspansi. Oleh karena itu, semester II 2025 dianggap sebagai waktu yang sangat tepat untuk melancarkan aksi korporasi seperti private placement. “Selain itu, dengan adanya potensi pemangkasan suku bunga The Fed di bulan September nanti juga turut memberikan stimulus tambahan,” ungkap Imam.
Dari perspektif analisis teknikal, pergerakan saham BULL patut dicermati karena baru saja menembus (breakout) level psikologis di area Rp 148 – Rp 155 per saham. Saat ini, BULL tengah mendekati level resistance terdekatnya di Rp 189 per saham. Berdasarkan kondisi ini, Imam Gunadi menyarankan rekomendasi “beli” untuk saham BULL apabila mampu menembus level resistance tersebut, dengan target harga awal di kisaran Rp 196 – Rp 200 per saham.
Ekky Topan juga menegaskan bahwa ENRG dan BULL tetap prospektif di semester II 2025, didukung oleh tujuan penggunaan dana dari private placement yang jelas. ENRG, misalnya, akan mengalokasikan dana yang diperoleh untuk proyek hulu minyak dan gas (migas), termasuk pengembangan di Malacca Strait dan Riau. Perseroan ini juga memiliki pipeline proyek yang solid, seperti Lapangan Gebang yang siap memasok gas ke Pupuk Indonesia, serta temuan minyak di Blok Bentu dengan estimasi cadangan mencapai 20 juta barel. Jika eksekusi berjalan sesuai rencana, dampak positif dari private placement ini diperkirakan akan terlihat signifikan pada arus kas dan volume produksi mulai semester II 2025 hingga 2026. Namun, “Risiko yang perlu diantisipasi adalah ketepatan eksekusi proyek dan volatilitas harga energi global,” jelas Ekky.
Di sisi lain, BULL berencana memanfaatkan modal tambahan dari private placement untuk memperluas armadanya, memanfaatkan momentum perbaikan pasar angkutan minyak. Kehadiran investor strategis memberikan keyakinan lebih terhadap keberlanjutan ekspansi ini. Prospek BULL di semester II 2025 dinilai positif selama tingkat utilisasi armada tetap tinggi, meskipun potensi fluktuasi tarif sewa kapal dan nilai tukar tetap menjadi risiko yang harus diperhatikan. Ekky menyimpulkan, “Secara keseluruhan, emiten dengan penggunaan dana yang jelas dan bisa segera direalisasikan, seperti ENRG dan BULL, memiliki peluang lebih besar untuk menunjukkan perbaikan operasional dalam waktu cepat.”
Berdasarkan analisisnya, Ekky merekomendasikan “beli” untuk saham BULL dengan target harga awal Rp 200 per saham, dan target lanjutan di kisaran Rp 230 – Rp 250 per saham jika momentum penguatan berlanjut. Sementara itu, rekomendasi “hold” disematkan untuk ENRG dengan target harga kembali ke Rp 600 – Rp 700 per saham.
Ringkasan
Sejumlah emiten di BEI berencana melakukan private placement pada semester II 2025 untuk memperkuat modal dan mendukung pengembangan usaha. Beberapa perusahaan yang telah mengumumkan rencana ini antara lain PT Buana Lintas Lautan Tbk (BULL), PT MNC Digital Entertainment Tbk (MSIN), PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG), PT Provident Investasi Bersama Tbk (PALM), dan PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP). Tujuan penggunaan dana bervariasi, mulai dari pengembangan armada kapal, peningkatan modal kerja, hingga restrukturisasi utang.
Analis pasar modal menilai bahwa private placement dapat menjadi peluang investasi yang menarik jika berhasil menggandeng investor strategis dan digunakan untuk ekspansi bisnis, bukan hanya restrukturisasi utang. Beberapa saham seperti BULL dan ENRG direkomendasikan untuk dibeli atau dipertahankan karena memiliki tujuan penggunaan dana yang jelas dan berpotensi meningkatkan kinerja operasional dalam waktu dekat. Investor tetap perlu memperhatikan risiko dilusi saham dan volatilitas pasar.