Muamalat.co.id, JAKARTA — Sejumlah saham perusahaan konglomerat, seperti PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA) dan PT DCI Indonesia Tbk. (DCII), mencuri perhatian pasar modal karena berhasil menjadi saham multibagger, atau saham yang memberikan imbal hasil berkali-kali lipat, sepanjang tahun ini. Pertanyaannya, mampukah saham-saham ini melanjutkan tren positifnya hingga tahun 2026?
Fenomena saham-saham yang berafiliasi dengan kelompok usaha para konglomerat Indonesia yang meroket menjadi multibagger memang menjadi sorotan utama di kalangan investor.
Berdasarkan data Stockbit per Kamis (4/12/2025) pukul 14.00 WIB, saham PT DCI Indonesia Tbk. (DCII), yang terafiliasi dengan Toto Sugiri dan Anthoni Salim, telah melonjak fantastis sebesar 504,28% sejak awal tahun (year to date/ytd). Lonjakan ini tentu menjadi daya tarik tersendiri bagi para investor.
Baca Juga: IHSG Diproyeksi Naik Lagi, Cermati Saham Konglomerat ADRO, PANI, WIFI
Selain DCII, PT Dian Swastatika Sentosa Tbk. (DSSA), bagian dari Grup Sinar Mas, juga tak kalah mentereng dengan kenaikan harga saham sebesar 210,47% ytd. Begitu pula dengan PT Multipolar Technology Tbk. (MLPT) dari Grup Lippo milik keluarga Riady, yang mencatatkan pertumbuhan harga saham sebesar 291,35% ytd.
Tak hanya itu, PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) dan PT Chandra Daya Investasi Tbk. (CDIA), dua perusahaan milik taipan Prajogo Pangestu, juga menunjukkan performa yang impresif dengan kenaikan harga saham masing-masing sebesar 279,35% ytd dan 936,84% ytd.
Baca Juga: Emiten Konglomerat ARCI, DSSA Cs Kejar Cuan Program Listrik Bersih Pemerintah
Menurut Senior Research Analyst Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Muhammad Farras Farhan, pergerakan positif saham-saham konglomerat yang menjadi multibagger ini turut berkontribusi signifikan terhadap kinerja apik Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Hingga saat ini, IHSG telah menguat sebesar 21,94% ytd. Farras meyakini bahwa tren positif ini masih akan berlanjut di tahun mendatang.
“Tren penguatan saham-saham konglomerasi yang tahun ini multibagger masih akan berlanjut. Keyakinan ini didasari oleh fakta bahwa dalam beberapa tahun terakhir, pemilik emiten terjun langsung ke pasar dan menunjukkan kepercayaan diri dengan melakukan aksi beli terhadap emiten yang mereka kelola,” jelas Farras dalam acara Media Day: Desember 2025 – Outlook 2026: Momentum, Growth, and Opportunity, Kamis (4/12/2025).
Baca Juga: MSCI Bakal Ubah Pembobotan, Simak Dampaknya ke Emiten Konglomerat
Lebih lanjut, Farras menambahkan bahwa geliat aksi korporasi dari emiten-emiten konglomerasi sangat dinantikan oleh para investor. Tren penguatan saham-saham ini pun semakin menarik perhatian. Meski demikian, tantangan yang perlu diwaspadai adalah valuasi saham yang dikhawatirkan sudah terlalu tinggi.
Senada dengan Farras, Head of Research & Chief Economist Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Rully Arya Wisnubroto, juga melihat adanya peluang bagi saham-saham konglomerat untuk kembali menjadi multibagger di tahun depan. Hal ini didukung oleh fakta bahwa sektor-sektor yang digarap oleh para konglomerat sejalan dengan program investasi pemerintah, seperti digitalisasi dan hilirisasi.
“Jadi, nilai ekonomi di konglomerasi berjalan beriringan [dengan program investasi pemerintah],” kata Rully.
Selain itu, sentimen positif dari rebalancing indeks saham global, seperti yang dilakukan oleh Morgan Stanley Capital International (MSCI), juga akan menjadi pendorong bagi pergerakan saham-saham konglomerasi.
Sebelumnya, Senior Equity Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas, mengungkapkan bahwa saham-saham konglomerat seperti DCII, DSSA, BRPT, CDIA, hingga MLPT berhasil mencatatkan lonjakan multibagger berkat transformasi bisnis yang sejalan dengan megatrend, dukungan modal dari grup besar, serta katalis tematik seperti lonjakan harga komoditas dan kebutuhan data center.
“Prospek multibagger selanjutnya diperkirakan berasal dari sektor digital economy, energi terbarukan, dan hilirisasi mineral,” kata Sukarno kepada Bisnis beberapa waktu lalu.
Sementara itu, Community and Retail Equity Analyst Lead PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Angga Septianus, berpendapat bahwa pergerakan saham konglomerat yang menjadi multibagger biasanya dipicu oleh kepentingan dari masing-masing pemegang saham pengendali.
“Jadi, jika ingin mencari saham-saham yang berpotensi menjadi multibagger, carilah saham yang memiliki prospek pertumbuhan kinerja yang besar, dan pengendali memiliki kepentingan dalam jangka panjang, seperti masuk ke dalam indeks tertentu,” ujar Angga.
________
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.
Ringkasan
Saham-saham konglomerat seperti DSSA dan DCII telah menjadi multibagger, menarik perhatian investor. Kenaikan signifikan saham-saham tersebut, seperti DCII yang melonjak 504,28% dan DSSA yang naik 210,47% sepanjang tahun ini, berkontribusi pada kinerja positif IHSG. Analis meyakini tren positif ini akan berlanjut hingga 2026, didukung oleh aksi korporasi emiten dan keselarasan sektor mereka dengan program investasi pemerintah.
Peluang saham konglomerat menjadi multibagger di masa depan didorong oleh sektor yang sejalan dengan program pemerintah seperti digitalisasi dan hilirisasi. Sentimen positif dari rebalancing indeks saham global juga berperan. Transformasi bisnis, dukungan modal dari grup besar, dan katalis tematik menjadi faktor kunci. Investor disarankan mencari saham dengan prospek pertumbuhan kinerja besar dan kepentingan jangka panjang dari pengendali.