Muamalat.co.id – JAKARTA. Perdagangan mata uang di pasar Asia pada hari Kamis (4/12/2025) menunjukkan pergerakan yang didominasi pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Sejumlah mata uang utama regional tampak kehilangan daya tariknya di hadapan greenback.
Data Bloomberg pada pukul 16.16 WIB mencatat, won Korea (KRW) memimpin pelemahan dengan penurunan sebesar 0,45% menjadi 1.472,67 per dolar AS. Dolar Singapura (SGD) menyusul dengan penurunan 0,14% ke level 1,29 per dolar AS, sementara yuan China (CNY) terkoreksi tipis sebesar 0,08% menjadi 7,06 per dolar AS. Rupiah (IDR) juga tak luput dari tren negatif, melemah 0,15% ke posisi 16.653 per dolar AS.
Namun, di tengah dominasi warna merah, terdapat secercah harapan. Yen Jepang (JPY) justru berhasil mencatatkan penguatan sebesar 0,21% ke level 154,92 per dolar AS. Dolar Taiwan (TWD) juga menunjukkan performa positif, meskipun hanya naik tipis 0,03% ke posisi 31,30 per dolar AS.
Menanggapi fenomena ini, analis Doo Financial Futures, Lukman Leong, menilai pelemahan mata uang Asia pada hari ini cukup anomali. Pasalnya, indeks dolar AS justru masih menunjukkan tren penurunan. “Khusus hari ini, pelemahan mata uang Asia memang agak mengherankan, terutama karena indeks dolar AS masih melanjutkan penurunannya,” ungkap Lukman kepada Kontan, Kamis (4/12/2025).
Rupiah Melemah 0,15% Kamis (4/12), Ini yang Akan Menjadi Pemicu Pergerakan Besok
Lebih lanjut, Lukman menjelaskan bahwa pergerakan mata uang regional saat ini lebih banyak dipengaruhi oleh dinamika internal masing-masing negara. Contohnya, KRW tertekan oleh arus modal keluar (outflow) yang dipicu oleh prospek pertumbuhan ekonomi Korea Selatan yang kurang menggembirakan serta polemik terkait investasi besar di Amerika Serikat.
Sementara itu, JPY menunjukkan volatilitas yang tinggi akibat ketidakpastian seputar kebijakan suku bunga Bank of Japan (BOJ) dan sikap dovish Perdana Menteri Sanae. Meskipun demikian, ancaman intervensi dari pemerintah Jepang tetap menjadi faktor penting yang menjaga yen agar tidak terpuruk terlalu dalam.
Di sisi lain, SGD secara mingguan masih mencatatkan kinerja yang positif dan diperkirakan masih memiliki potensi untuk menguat jika tekanan inflasi belum mereda. Adapun TWD secara bertahap kembali melemah ke posisi sebelum isu tarif AS, setelah sebelumnya sempat menguat tajam akibat spekulasi terkait kebijakan perdagangan.
Lukman memprediksi bahwa tren ini tidak akan mengalami perubahan signifikan hingga awal tahun mendatang. Ia memperkirakan USD/JPY berpotensi menembus level 160 tanpa adanya intervensi, dengan rentang ideal di antara 150 hingga 160.
Untuk USD/KRW, Lukman memperkirakan akan berada di kisaran 1.500 hingga 1.550, sementara USD/TWD diperkirakan bergerak di antara 32 hingga 33. USD/SGD diproyeksikan akan berada pada rentang 1,2800 hingga 1,2900. “Semua tren ini diperkirakan belum akan berubah hingga tahun depan,” pungkas Lukman.
IHSG Berpeluang Tembus ke 10.000 di Tahun 2026, Cek Sektor dan Saham Favorit Analis
Ringkasan
Pada Kamis, 4 Desember 2025, mayoritas mata uang Asia mengalami pelemahan terhadap dolar AS. Won Korea memimpin penurunan, diikuti oleh dolar Singapura, yuan China, dan rupiah. Yen Jepang dan dolar Taiwan menjadi pengecualian dengan mencatatkan penguatan.
Analis menilai pelemahan ini anomali karena indeks dolar AS justru menurun. Dinamika internal masing-masing negara menjadi faktor utama, seperti outflow di Korea Selatan. Tren ini diperkirakan akan berlanjut hingga awal tahun depan, dengan proyeksi rentang nilai tukar tertentu untuk beberapa mata uang terhadap dolar AS.