Muamalat.co.id – JAKARTA. PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) membukukan penurunan laba bersih sepanjang Januari-September 2025. Ekspansi bisnis yang dilakukan perusahaan ini diyakini menjadi katalis pendorong kinerja ke depannya.
RAJA mencatat pendapatan sebesar US$ 196,04 juta per kuartal III-2025, meningkat 3,36% secara year on year (yoy). Namun, laba bersih RAJA menurun 8,34% secara yoy menjadi US$ 17,75 juta.
Irsyady Hanief, Research Analyst Henan Putihrai Sekuritas mencatat pendapatan kuartal III-2025 RAJA sebesar US$ 68,4 juta meningkat 3,4% secara tahunan yang didorong oleh penjualan gas yang solid, pendapatan sewa kendaraan yang kuat, dan aliran pendapatan EPC tambahan dari akuisisi Hafar Group.
Gunung Raja Paksi (GGRP) Resmi Berstatus PMA, Apollo Visintama Jadi Pengendali
“Ini yang kemudian menghasilkan pendapatan sembilan bulan pertama sebesar US$ 196,0 juta dan mencapai 73,8% dari target tahun 2025, sesuai dengan harapan kami,” ujar Irsyady dalam risetnya pada 4 Desember 2025.
RAJA juga mencatat laba kotor kuartal III-2025 sebesar US$ 18,6 juta, naik 20,4% secara tahunan yang terhambat oleh biaya pembelian gas dan perbaikan. Sehingga menghasilkan laba kotor per kuartal III-2025 sebesar US$ 56,3 juta, naik 9,5% yoy. Dengan penambahan aliran pendapatan EPC dengan margin lebih tinggi, margin laba kotor per kuartal III-2025 tumbuh dari 27,1% menjadi 28,7%.
Karena itu, RAJA mencatatkan laba operasi kuartal ketiga tahun 2025 sebesar US$ 15,8 juta (naik 19,2% yoy) yang didorong lebih lanjut oleh pengeluaran gaji yang lebih rendah dan keuntungan US$ 1,3 juta dari investasi jangka pendek, menghasilkan laba operasi sembilan bulan pertama tahun 2025 sebesar US$ 44,6 juta (naik 4,6% yoy).
Akibatnya, RAJA membukukan laba bersih kuartal ketiga tahun 2025 sebesar US$ 8,7 juta (naik 43,2% yoy). “Meskipun laba bersih sembilan bulan pertama tahun 2025 tetap berada di 68,8% dari target kami, kami percaya bahwa RAJA tetap sesuai dengan ekspektasi kami untuk tahun fiskal 2025 dengan peningkatan pendapatan EPC dengan margin lebih tinggi yang diharapkan,” kata Irsyady.
Juan Harahap, Analis Samuel Sekuritas menyoroti aksi korporasi yang dilakukan RAJA dengan mengakuisisi midstream Grup Hafar. Menurutnya, setelah akuisisi saham sebesar 49% pada 25 Agustus di dua entitas Grup Hafar, PT Hafar Daya Konstruksi dan PT Hafar Daya Samudera, RAJA secara strategis memperluas portofolio midstream-nya sambil menambahkan laba bersih 2025-2026 sebesar 12% – 22% lebih tinggi, masing-masing sebesar US$ 4 juta dan US$ 12 juta.
Cek Rekomendasi Saham SSIA, DOOH, BRMS, RAJA, RATU dan BBYB untuk Hari Ini (11/12)
Juan melihat akuisisi strategis ini tidak hanya memperkuat eksposur sektoral RAJA terhadap konstruksi dan logistik minyak dan gas. Akan tetapi juga memperkuat hubungan sinergis lebih lanjut antara Grup Hapsoro dan PT Petrosea Tbk (PTRO) yang terdaftar milik Prajogo Pangestu, menggemakan kemitraan PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU) sebelumnya dengan PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA), pemilik 4,99% saham RATU.
Juan menambahkan potensi mesin pertumbuhan baru berasal dari ekspansi hulu melalui merger dan akuisisi. Menurut manajemen RAJA, perusahaan sedang dalam diskusi lanjutan untuk mengakuisisi saham minoritas di salah satu blok minyak dan gas bernilai tinggi di Indonesia, dengan transaksi yang akan diselesaikan pada tahun 2025.
Langkah hulu ini selaras dengan strategi jangka pendek hingga menengah RAJA untuk mengakuisisi kepentingan di PSC besar tanpa mengambil alih operasional, sambil secara langsung mengelola PSC yang lebih kecil.
“Dengan asumsi karakteristik yang mirip dengan Blok Jabung, kami memperkirakan laba bersih tambahan sekitar US$ 6 juta dari potensi akuisisi untuk mendukung pertumbuhan tahun 2026,” terang Juan dalam risetnya pada 18 November 2025.
Senior Equity Research Kiwoom Sekuritas, Sukarno Alatas melihat tantangan utama RAJA masih berasal dari beban bunga yang relatif tinggi pasca-ekspansi, risiko eksekusi proyek dan kebutuhan capital expenditure (capex) yang besar. Serta ketergantungan pada stabilitas harga gas dan keberlanjutan kontrak.
“Selain itu, keterlambatan integrasi aset atau realisasi volume juga berpotensi menekan kinerja jangka pendek,” ujar Sukarno kepada Kontan, Selasa (16/12/2025).
Sukarno menambahkan, sentimen kunci yang perlu dicermati meliputi progres integrasi akuisisi LNG/midstream dan realisasi sinerginya, Pertumbuhan volume distribusi gas dan kontribusi recurring income, Arah suku bunga dan dampaknya terhadap biaya keuangan, perkembangan kontrak gas dan kebijakan energi domestik.
Juan memproyeksikan pendapatan dan laba bersih RAJA tahun 2025 masing-masing sebesar US$ 266 juta dan US$ 28 juta. Adapun pada tahun 2024 RAJA mengantongi pendapatan US$ 254,47 dan laba bersih US$ 25,55 juta.
Irsyady dan Juan merekomendasikan buy saham RAJA dengan target harga masing-masing Rp 7.900 per saham dan Rp 7.000 per saham. Sementara Sukarno merekomendasikan hold saham RAJA dengan target harga di kisaran Rp 6.800 – Rp 7.000 per saham. Risiko penurunan terhadap rekomendasi tersebut adalah harga minyak yang lebih rendah dari perkiraan, potensi penundaan proyek, dan perubahan peraturan.
IHSG Menguat, Cermati Rekomendasi Teknikal RAJA, MEDC, dan MDKA, Selasa (9/12)