Muamalat.co.id JAKARTA. Sejumlah bank pelat merah telah mengumumkan pembagian dividen kepada pemegang saham, seperti PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI) dan PT Bank Mandiri (BMRI).
Mengutip keterbukaan informasi, BRI bakal membagikan dividen interim senilai Rp 137 per saham. Adapun, dividen interim tersebut sedikit naik dari tahun sebelumnya yang senilai Rp 135 per saham.
Secara total, dividen interim BRI yang dibagi bisa mencapai Rp 20,63 triliun. Tahun sebelumnya, BRI membagikan dividen interim senilai Rp 20,3 triliun.
Menariknya lagi, pembayaran dividen jumbo ini terjadi kala saham BBRI dalam tren melemah. Pada perdagangan Jumat, 19 Desember 2025, harga saham BBRI di tutup level 3.770 turun 10 poin atau 0,26% dibandingkan sehari sebelumnya.
Saham Big Banks Mayoritas Ditutup Melemah Jelang Akhir Pekan, Simak Rekomendasinya
Dalam sebulan perdagangan terakhir, harga saham BBRI terakumulasi turun 5,51%. Sedangkan sejak awal tahun atau ytd, harga saham BBRI melemah 7,60%.
Adapun pada 17 Desember 2025 harga saham BBRI berada di level Rp 3.75, dengan harga saham tersebut maka rasio dividen saham BBRI sekitar 3,7%.
Sementara BMRI memutuskan untuk membagikan dividen interim sebesar Rp 100 atau sekitar Rp 9,3 triliun.
Nilai pembagian dividen interim tersebut sesuai dengan jumlah saham beredar BMRI sejumlah 93,33 miliar lembar saham dan memperhatikan jumlah saham treasury perseroan atas realisasi pelaksanaan pembelian kembali.
Jika mengacu pada harga saham BMRI di penutupan Jumat (19/12/2025), yield dari dividen interim tersebut sekitar 1,9%. Di mana, BMRI ditutup di harga Rp 5.175 per saham.
Sahamnya di tutup menguat 0,49%. Selama sebulan terakhir, sahamnya juga terlihat naik 4,76%.
Langkah pembagian dividen interim ini dinilai dapat menjadi katalis positif bagi pergerakan saham BMRI, sekaligus memperkuat daya tarik saham perbankan pelat merah di tengah kondisi pasar yang fluktuatif.
Bank Mandiri (BMRI) Bagi Dividen Interim Rp 100 per Saham
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji mengatakan, dividen ini cocok sekali bagi investor yang prioritasi pada dividen, sehingga ini akan menciptakan demand.
Jika dilihat dari kinerja sahamnya, menurut Nafan saham perbankan besar nasional masih menawarkan prospek menarik didukung fundamental yang solid, likuiditas sehat, serta potensi imbal hasil dividen yang kompetitif.
Untuk BBRI, Nafan menilai model bisnis bank yang mengombinasikan skala besar, fokus pada segmen UMKM, serta jaringan distribusi yang luas menjadi fondasi penting bagi pertumbuhan jangka panjang. Struktur tersebut memberikan basis kredit dan dana pihak ketiga (DPK) yang besar sekaligus terdiversifikasi.
“Per kuartal III-2025, kinerja BBRI tetap menunjukkan tren positif. Penyaluran kredit tumbuh 6,3% secara tahunan (YoY), sementara DPK meningkat 8,2% YoY, sejalan dengan pertumbuhan aset yang berkelanjutan,” ujarnya kepada kontan.co.id, Jumat (19/12).
Selain itu, penguatan dana murah (CASA) berupa tabungan dan giro membantu menjaga biaya dana tetap rendah, sehingga margin bunga relatif stabil di tengah dinamika suku bunga dan kondisi kredit. Dari sisi ketahanan, rasio permodalan (CAR) dan likuiditas BBRI dinilai masih berada pada level yang sehat.
Dari sisi imbal hasil, BBRI juga dinilai menarik bagi investor berorientasi pendapatan, dengan dividend yield mencapai sekitar 5,76%. Berdasarkan valuasi dan prospek tersebut, Nafan merekomendasikan harga saham BRI dengan target di level Rp 4.540.
Sementara itu, untuk BMRI, Nafan menyoroti kekuatan kinerja keuangan, skala aset yang besar, serta likuiditas yang solid. Hingga kuartal III-2025, rasio CASA BMRI tercatat sebesar 69,3%, mencerminkan struktur pendanaan berbiaya rendah.
Adapun Loan-to-Deposit Ratio (LDR) berada di kisaran 91%, yang menunjukkan kondisi likuiditas dan pendanaan relatif sehat.
Kualitas aset BMRI juga dinilai terjaga dengan rasio kredit bermasalah (NPL) yang terkendali, sehingga risiko pemburukan kualitas kredit ke depan relatif lebih rendah.
Dari sisi eksternal, dukungan kondisi makroekonomi nasional serta program pemerintah termasuk pembangunan infrastruktur, hilirisasi industri, dan pengembangan sektor energi diperkirakan akan mendorong peningkatan kebutuhan pembiayaan berskala besar.
“Sebagai bank besar dengan kapabilitas pembiayaan korporasi yang kuat, BMRI berada pada posisi strategis untuk menangkap peluang tersebut,” kata Nafan.
BMRI juga menawarkan potensi total return yang menarik melalui kombinasi dividen dan peluang kenaikan harga saham. Nafan pun merekomendasikan saham BMRI dengan target harga di level Rp 6.200.
Dalam risetnya, Analis CGS Sekuritas Adrian Alamsyah Saputra juga memperkirakan, prospek kinerja fundamental sektor bank jumbo akan membaik pada 2026.
Menurutnya, pemulihan akan mulai terlihat sejak kuartal keempat tahun ini, seiring menguatnya pertumbuhan kredit.
“Terutama dari sisi manual sales, sejalan dengan percepatan belanja fiskal dan semakin jelasnya arah kebijakan pemerintah yang sebelumnya sempat menjadi kekhawatiran pelaku pasar,” ujar Adrian.
Ia juga memproyeksikan pertumbuhan kredit bank-bank besar mencapai sekitar 9% pada 2026, lebih tinggi dibandingkan perkiraan tahun 2025. Dari sisi biaya dana atau cost of funds, kondisi tersebut juga dinilai membaik berkat penempatan dan injeksi likuiditas pemerintah ke bank-bank anggota Himpunan Bank Milik Negara atau Himbara, serta tren suku bunga acuan yang cenderung melandai.
Kombinasi penempatan likuiditas dan arah suku bunga yang lebih stabil tersebut diperkirakan akan menahan tekanan terhadap margin bunga bersih atau net interest margin (NIM). Dengan begitu, kinerja perbankan pada 2026 berpotensi lebih baik dibandingkan tahun ini.
Ke depan, dengan ekspektasi laba 2025 yang telah banyak disesuaikan serta meningkatnya kejelasan program pemerintah, sektor perbankan dinilai kembali menarik bagi investor asing. Arus dana masuk tersebut berpotensi menjadi katalis bagi pergerakan harga saham bank-bank besar.
CGS Sekuritas pun merekomendasikan saham BMRI dan BBCA. Keduanya dinilai memiliki eksposur kuat di segmen wholesale yang diuntungkan oleh membaiknya sentimen bisnis, sekaligus berpeluang menjadi penerima manfaat utama dari potensi masuknya dana asing.
CGS Sekuritas memberikan rekomendasi add atau beli untuk saham-saham big banks. Target harga yang dipatok masing-masing adalah BBCA di Rp 10.700, BMRI Rp 5.600, BBRI Rp 4.900, dan BBNI Rp 5.300.