Pertumbuhan kredit masih di bawah target BI, bankir beri penjelasan

Muamalat.co.id , JAKARTA – Sejumlah bankir buka suara terkait pertumbuhan kredit perbankan yang masih di bawah perkiraan Bank Indonesia (BI) yakni pada kisaran 8%-11%, meski berbagai pelonggaran kebijakan makroprudensial telah dilakukan oleh otoritas moneter.

Direktur Risiko, Kepatuhan, dan Hukum Allo Bank Ganda Raharja Rusli menyampaikan pelonggaran kebijakan makroprudensial belum cukup efektif mengakselerasi pertumbuhan kredit dan menurunkan bunga kredit. Mengingat, bank masih memerlukan waktu untuk menyesuaikan suku bunga kredit secara bertahap.

“Pelaku industri juga memerlukan waktu untuk bisa memanfaatkan penurunan suku bunga tersebut ke dalam rencana ekspansi investasi bisnis dan kebutuhan modal kerja,” kata Ganda kepada Bisnis, Senin (22/12/2025).

: BI Buka-bukaan 2 Hal yang Bikin Pertumbuhan Kredit Bank Melambat

Menurutnya, kebijakan yang ada saat ini sudah cukup mendukung pertumbuhan kredit perbankan. “Tinggal dunia industri siap berekspansi di awal 2026 dengan dukungan pemerintah dalam hal stabilisasi ekonomi,” ujarnya. 

Terpisah, Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu menyampaikan bahwa perseroan telah memberikan suku bunga tetap sebesar 5% untuk Kredit Pemilikan Rumah (KPR) subsidi, sesuai dengan program pemerintah.

: : Kredit UMKM Kian Terpuruk per November 2025, Terseret Segmen Mikro dan Menengah

Selain KPR subsidi, lanjut dia, BTN juga telah menurunkan suku bunga KPR non-subsidi melalui program bunga 2,65%. Nixon mengatakan program tersebut bahkan telah dilakukan perseroan jauh sebelum isu lambatnya transmisi suku bunga mencuat.

Namun, Nixon mengakui bahwa penurunan tersebut belum memberikan dampak signifikan lantaran permintaan atau booking rate KPR nonsubsidi sedikit menurun.

Dia menuturkan rendahnya permintaan membuat efek penurunan bunga tidak terlalu terlihat, meski secara kebijakan BTN telah melakukan penyesuaian. Kondisi ini juga tercermin pada imbal hasil atau yield kredit perseroan yang saat ini sudah berada di level rendah.

Atas dasar itu, BTN berencana menyurati BI untuk meminta pemahaman dan relaksasi, mengingat sejak awal perseroan menjalankan program pemerintah dengan skema bunga rendah. Nixon menilai, penurunan lebih lanjut baru memungkinkan jika pemerintah menyesuaikan suku bunga KPR subsidi. “[Bunga] 5% itu sudah rendah menurut saya dan enggak ada produk KPR 20 tahun yang bunganya serendah itu,” ujarnya.

Di sisi lain, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut secara agregat suku bunga kredit perbankan baik secara tahunan (year on year/YoY) dan bulanan (month to month/MtM) sudah mulai menurun, meski penurunannya tidak signifikan.

“Ya mungkin tidak sebesar yang di-expect ya oleh kita, tetapi itu sudah turun. Berarti itu sudah mulai ada situasi yang kondusif untuk penurunan lebih lanjut,” kata Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae kepada Bisnis, dikutip pada Senin (22/12/2025).

Untuk diketahui, BI tahun ini telah melakukan pelonggaran kebijakan makroprudensial, mulai dari kenaikan rasio pendanaan luar negeri (RPLN), penurunan rasio penyangga likuiditas makroprudensial (PLM) perbankan, hingga penguatan insentif kebijakan likuiditas makroprudensial (KLM), yang diharapkan menambah likuiditas perbankan dan dapat digunakan pemberi pinjaman untuk meningkatkan penyaluran kredit. Kendati begitu, dampaknya terhadap penyaluran kredit belum terasa. 

Pada November 2025, kredit perbankan hanya tumbuh 7,74% YoY, melanjutkan tren perlambatan sekaligus masih di bawah perkiraan ekspansi kredit 8%-11% yang disampaikan oleh otoritas moneter.

Suku bunga kredit pun belum turun signifikan kendati bank sentral telah agresif memangkas BI Rate. BI telah memangkas bunga acuan 125 basis poin selama 2025, tetapi suku bunga kredit hanya turun 24 basis poin dari 9,2% pada awal 2025 menjadi 8,96% pada November 2025.

Leave a Comment