Pasar saham, dalam esensinya, memang didorong oleh pertumbuhan laba perusahaan secara fundamental dalam jangka panjang. Namun, pergerakan sehari-hari atau jangka pendek, tak jarang dikuasai oleh pusaran emosi yang dikenal sebagai fear (ketakutan) dan greed (keserakahan). Fenomena ini diprediksi akan semakin mencolok di tahun 2025, khususnya ketika kebijakan tarif yang fluktuatif dari pemerintahan Trump menciptakan gejolak pasar yang tak terkendali.
Salah satu pemicu utama volatilitas pasar yang ekstrem adalah merebaknya informasi palsu atau fake news seputar detail kebijakan tarif, yang dengan cepat menyebar di berbagai media keuangan. Akibatnya, para investor terpapar pada gelombang kepanikan dan optimisme secara bergantian, seiring dengan setiap headline yang muncul. Kondisi ini menyebabkan harga saham bergerak naik-turun secara drastis, menciptakan tantangan berat bahkan bagi investor berpengalaman sekalipun untuk menghadapinya.
Demi menjaga portofolio investasi Anda tetap aman di tengah badai informasi palsu dan gejolak pasar, berikut adalah beberapa strategi cerdas yang bisa diterapkan, sebagaimana disarikan dari GOBankingRates.
1. Pegang Teguh Rencana Investasi Jangka Panjang Anda

Melihat saham sebagai instrumen investasi jangka panjang adalah kunci, bukan sekadar sarana untuk meraih keuntungan instan. Banyak pakar keuangan menyarankan agar investor mempertahankan kepemilikan saham mereka setidaknya selama lima tahun. Alasannya sangat jelas: fluktuasi jangka pendek atau kondisi pasar yang sedang lesu (bear market) dapat mengikis nilai portofolio secara signifikan dalam hitungan bulan, bahkan bertahun-tahun.
Dengan memegang teguh perspektif investasi jangka panjang, Anda dapat menghindari jebakan keputusan emosional yang sering muncul saat harga saham anjlok. Apa yang terlihat sebagai gejolak harga yang menakutkan hari ini, bila diamati pada grafik pergerakan pasar selama satu dekade, seringkali hanya akan tampak seperti riak kecil. Oleh karena itu, disiplin, kesabaran, dan konsistensi adalah pondasi utama untuk mencapai hasil yang optimal dari investasi saham.
2. Manfaatkan Momentum Penurunan untuk Menambah Modal
Ketika pasar mengalami koreksi tajam akibat rumor atau berita palsu, jangan biarkan kepanikan menguasai Anda. Justru, kondisi seperti ini dapat menjadi peluang emas untuk membeli saham atau ETF berkualitas tinggi dengan harga diskon. Banyak investor berpengalaman memanfaatkan momen ini untuk memperkuat portofolio mereka, sebab aset yang sebelumnya berharga premium kini bisa didapatkan dengan valuasi yang jauh lebih menarik.
Bagi investor jangka panjang, strategi “buy the dip” tidak hanya berpotensi meningkatkan keuntungan saat pasar kembali pulih, tetapi juga efektif dalam menurunkan rata-rata harga beli saham dalam portofolio. Dengan demikian, peluang profit di masa depan akan semakin besar. Penting diingat, terapkan strategi ini secara selektif—hanya pada perusahaan dengan fundamental kuat—agar investasi Anda tetap aman meskipun pasar terus bergejolak.
3. Gunakan Lonjakan Emosi Pasar untuk Menjual Saham
Selain membeli saat harga turun, volatilitas yang dipicu oleh euforia berlebihan di pasar juga bisa dimanfaatkan sebagai strategi keluar yang cerdas. Jika Anda memiliki saham yang memang sudah direncanakan untuk dijual, maka lonjakan harga tak wajar akibat fake news dapat menjadi momen yang sangat tepat untuk melepasnya. Dengan cara ini, Anda berkesempatan mendapatkan harga jual yang lebih tinggi dari kondisi normal.
Perlu digarisbawahi, strategi ini bukan berarti Anda harus terjun ke dalam day trading atau spekulasi jangka pendek yang penuh risiko. Sebaliknya, ini adalah bentuk pengelolaan portofolio yang bijaksana, yaitu menjual aset ketika pasar sedang memberikan “bonus harga” yang tidak rasional. Dengan memanfaatkan momentum tersebut, Anda dapat mengunci keuntungan, sekaligus mengurangi eksposur pada saham yang mungkin sudah tidak lagi sejalan dengan tujuan investasi jangka panjang Anda.
4. Batasi Konsumsi Berita Keuangan Secara Berlebihan
Mengikuti setiap perkembangan berita keuangan sepanjang hari justru sering kali membuat investor merasa gelisah dan cemas. Deretan headline dapat memicu perasaan kehilangan peluang (FOMO) atau sebaliknya, kepanikan mendalam ketika pasar terlihat runtuh. Siklus emosi ini berpotensi besar mendorong keputusan investasi yang reaktif dan merugikan.
Daripada terus-menerus terpaku pada layar, jauh lebih baik jika Anda menetapkan jadwal khusus untuk meninjau portofolio, misalnya setiap kuartal atau bahkan setahun sekali. Pendekatan ini akan membantu Anda terhindar dari keputusan emosional yang tidak rasional. Perlu diingat, fake news sangat efektif dalam memicu kepanikan pasar, diperparah dengan perdagangan berbasis AI yang mampu memindahkan miliaran dolar dalam hitungan detik.
Sebagai investor individu, Anda memang tidak dapat mengontrol pergerakan pasar. Namun, hal terpenting yang bisa Anda kontrol adalah reaksi Anda sendiri. Dengan menjaga perspektif jangka panjang, jeli memanfaatkan peluang saat pasar bergerak ekstrem, dan menghindari keputusan emosional, Anda tidak hanya dapat melindungi investasi, tetapi juga berpotensi meraih hasil yang jauh lebih optimal di masa depan.
4 Kesalahan Fatal Investor Pemula saat Berinvestasi Saham Strategi Investasi Saham Agresif vs Defensif: Mana Pilihanmu? 4 Tanda Kamu Siap Terjun ke Dunia Investasi Saham, Jangan Asal Masuk!
Ringkasan
Artikel ini membahas cara melindungi investasi saham dari volatilitas pasar yang disebabkan oleh berita palsu (fake news). Pasar saham dipengaruhi oleh emosi ketakutan dan keserakahan, terutama dengan kebijakan tarif yang fluktuatif. Informasi palsu mengenai kebijakan tarif dapat menyebabkan kepanikan dan optimisme yang berlebihan di kalangan investor, sehingga harga saham berfluktuasi secara drastis.
Beberapa strategi melindungi investasi adalah berpegang pada rencana investasi jangka panjang, memanfaatkan penurunan harga untuk menambah modal, menggunakan lonjakan emosi pasar untuk menjual saham, dan membatasi konsumsi berita keuangan berlebihan. Dengan menjaga perspektif jangka panjang dan menghindari keputusan emosional, investor dapat melindungi investasi dan berpotensi meraih hasil optimal.