
Muamalat.co.id – JAKARTA. Pergerakan nilai tukar rupiah terpantau dinamis pada akhir perdagangan kemarin, Kamis (28/8/2025). Setelah sempat tertekan selama dua hari berturut-turut, mata uang Garuda akhirnya berbalik menguat di pasar spot. Namun, proyeksinya untuk perdagangan Jumat (29/8/2025) masih dibayangi potensi pelemahan.
Secara lebih detail, di pasar spot, kurs rupiah berhasil menguat signifikan sebesar Rp 15 atau 0,09%, mencapai level Rp 16.353 per dolar Amerika Serikat (AS). Sementara itu, data dari Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menunjukkan pergerakan sebaliknya dengan pelemahan tipis Rp 1 atau 0,01%, menempatkan kurs rupiah di angka Rp 16.356 per dolar AS. Pelemahan Jisdor ini menandai tren negatif selama tiga hari perdagangan terakhir, mengindikasikan adanya perbedaan dinamika antara pasar spot dan referensi bank sentral.
Fenomena fluktuatif pada nilai tukar rupiah ini tidak lepas dari beragam sentimen yang mempengaruhi pergerakan pasar global maupun domestik. Menurut pengamat mata uang Ibrahim Assuaibi, ketidakpastian politik di Amerika Serikat terkait independensi Federal Reserve (The Fed) menjadi salah satu pemicu utama gejolak.
Sentimen negatif dari Negeri Paman Sam diperparah oleh keputusan Presiden AS, Donald Trump, yang mencopot Gubernur The Fed, Lisa Cook. Langkah ini sontak menimbulkan kekhawatiran serius mengenai otonomi bank sentral AS, sebuah pilar penting stabilitas ekonomi global. Di sisi lain, Ketua The Fed Jerome Powell sempat mengirimkan sinyal “dovish” dalam pidatonya di Jackson Hole, mengisyaratkan bahwa kondisi ekonomi AS saat ini ‘mungkin membenarkan’ penurunan suku bunga. Pernyataan ini sempat memperkuat ekspektasi pasar akan adanya pelonggaran kebijakan moneter di masa mendatang.
Meskipun demikian, Presiden Bank Sentral Federal New York, John Williams, pada hari Rabu, memberikan pandangan yang lebih hati-hati. Ia menyatakan bahwa suku bunga memang kemungkinan akan turun suatu saat nanti, namun para pembuat kebijakan The Fed perlu meninjau data ekonomi yang akan datang secara menyeluruh sebelum memutuskan pemangkasan suku bunga pada pertemuan The Fed tanggal 16-17 September. Pernyataan ini sedikit meredam ekspektasi pemangkasan agresif, menciptakan dinamika tarik-ulur di pasar.
Di tengah gejolak global tersebut, sentimen dari dalam negeri justru memberikan angin segar. Ibrahim Assuaibi mencatat respon positif pasar terhadap aksi demonstrasi damai yang dilakukan oleh ribuan buruh serta mahasiswa dari berbagai Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) di gerbang utama Gedung DPR/MPR RI Jakarta.
Aksi ini, meskipun masif, berjalan kondusif dan tidak anarkis berkat kerja sama apik antara koordinator aksi dengan aparat kepolisian. Ibrahim menambahkan bahwa meskipun aksi serupa diorganisir oleh partai buruh, serikat buruh, dan gerakan mahasiswa di berbagai wilayah lain, semuanya dipastikan akan tetap berjalan damai. Stabilitas sosial politik di tengah unjuk rasa besar ini memberikan sentimen positif bagi kepercayaan investor terhadap kondisi domestik.
Melihat kompleksitas sentimen global dan domestik, Ibrahim Assuaibi memproyeksikan bahwa untuk perdagangan Jumat (29/8/2025), mata uang rupiah kemungkinan akan bergerak fluktuatif. Meskipun demikian, ia memperkirakan kurs rupiah akan ditutup melemah pada kisaran Rp 16.340 hingga Rp 16.400 per dolar AS, melanjutkan tren pelemahan setelah sempat menguat sesaat.
Ringkasan
Nilai tukar rupiah menunjukkan dinamika fluktuatif, dengan penguatan di pasar spot menjadi Rp 16.353 per dolar AS, namun melemah di Jisdor menjadi Rp 16.356 per dolar AS. Ketidakpastian politik di AS, termasuk pencopotan Gubernur The Fed, dan sinyal beragam dari pejabat The Fed terkait suku bunga, menjadi faktor utama yang mempengaruhi pergerakan rupiah.
Sentimen positif domestik berasal dari demonstrasi damai buruh dan mahasiswa yang menunjukkan stabilitas sosial politik. Meskipun demikian, untuk perdagangan Jumat (29/8/2025), rupiah diproyeksikan akan kembali melemah dan bergerak pada kisaran Rp 16.340 hingga Rp 16.400 per dolar AS.