Muamalat.co.id JAKARTA. Penjualan Surat Berharga Negara (SBN) Sukuk Ritel seri SR023, yang akan berakhir Senin, 15 September 2025, masih menunjukkan tren lesu menjelang penutupan. Data dari Bareksa, salah satu mitra distribusi, hingga Minggu siang menunjukkan penjualan yang kurang optimal.
Untuk tenor 3 tahun, SR023 baru terjual 82,65% dari kuota Rp 15 triliun, atau sekitar Rp 12,4 triliun. Sementara itu, SR023 tenor 5 tahun telah terjual 85,8% dari kuota Rp 5 triliun, mencapai sekitar Rp 4,29 triliun. Meskipun SR023 tenor 5 tahun lebih diminati berdasarkan porsi penjualan, nilai investasi yang lebih besar justru tercatat pada tenor 3 tahun. Namun, secara keseluruhan, angka penjualan masih jauh dari target sebelum masa penawaran berakhir.

Batas Akhir Penawaran SR023 Kian Dekat: Kupon 5,95% atau Saham?
Lambatnya penjualan SR023, menurut Ramdhan Ario Maruto, Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas, disebabkan oleh kupon yang tergolong rendah; 5,80% untuk tenor 3 tahun dan 5,95% untuk tenor 5 tahun. “Kupon ini termasuk yang terendah sejak peluncuran SBN ritel,” ujarnya. Ramdhan menjelaskan, meningkatnya selektivitas investor ritel menyebabkan kupon rendah kurang menarik minat beli. Meski demikian, ia menekankan peran penting SBN ritel dalam pendalaman pasar keuangan domestik dan penyerapan utang negara oleh masyarakat. “Bukan berarti SBN tidak menarik, namun masyarakat kini membandingkan dengan alternatif investasi lain,” tambahnya.
Salah satu alternatif tersebut adalah deposito perbankan yang masih menawarkan bunga kompetitif di tengah tren penurunan suku bunga. Pemerintah sendiri masih akan menerbitkan SBN ritel lain di sisa tahun ini, seperti ORI028 dan ST015, dengan kupon yang akan disesuaikan dengan kondisi pasar. Ramdhan menyoroti pentingnya kejelian pemerintah dalam menetapkan kupon agar minat masyarakat tetap tinggi, mengingat dampak positif SBN ritel terhadap perekonomian lebih besar dibandingkan SBN reguler yang menyasar investor institusi.
SR023 Baru Terjual Rp 12,3 Triliun: Hingga 15 September 2025
Pandangan berbeda datang dari Ahmad Nasrudin, Fixed Income Analyst Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo). Ia berpendapat bahwa kupon SR023 untuk kedua tenor sebenarnya lebih tinggi daripada yield pasar. Namun, ia mengamati pergeseran minat investor ritel ke pasar saham yang menawarkan potensi return lebih tinggi. Penurunan suku bunga berdampak pada penurunan kupon, dan potensi keuntungan dari capital gain akibat pemangkasan suku bunga di pasar saham dinilai lebih besar.
Ringkasan
Penjualan Sukuk Ritel Negara (SR023) hingga menjelang penutupan 15 September 2025 masih rendah. Tenor 3 tahun baru terjual 82,65% (Rp 12,4 triliun) dari target Rp 15 triliun, sementara tenor 5 tahun mencapai 85,8% (Rp 4,29 triliun) dari target Rp 5 triliun. Rendahnya penjualan dikaitkan dengan kupon yang tergolong rendah, yaitu 5,80% untuk tenor 3 tahun dan 5,95% untuk tenor 5 tahun.
Kupon rendah tersebut kurang menarik minat investor ritel yang kini lebih selektif dan cenderung membandingkan dengan alternatif investasi lain seperti deposito. Meskipun Analis Pefindo berpendapat kupon SR023 lebih tinggi dari yield pasar, pergeseran minat investor ke pasar saham yang menawarkan potensi return lebih tinggi juga menjadi faktor penyebab. Pemerintah akan terus menerbitkan SBN ritel lain dengan penyesuaian kupon agar tetap menarik minat masyarakat.