Muamalat.co.id JAKARTA. Pergerakan saham PT Bali Bintang Sejahtera Tbk (BOLA), PT MNC Sky Vision Tbk (MSKY), dan PT Super Energy Tbk (SURE) kini tengah menjadi sorotan Bursa Efek Indonesia (BEI). Ketiga emiten ini masuk dalam daftar pantauan BEI setelah pergerakan harganya terindikasi di luar kebiasaan normal.
Dalam pengumuman resmi yang dikeluarkan pada tanggal 5 Agustus 2025, BEI secara spesifik menyatakan bahwa ketiga saham tersebut mengalami peningkatan harga yang tidak wajar, atau yang dikenal sebagai Unusual Market Activity (UMA). Status UMA ini menjadi sinyal bagi para investor untuk lebih cermat dan berhati-hati dalam pengambilan keputusan investasi.

Berdasarkan data dari RTI, saham BOLA menutup perdagangan Rabu (6/8/2025) di level Rp 190, menunjukkan kenaikan 3,83% dari penutupan sehari sebelumnya (5/8/2025). Secara lebih impresif, saham BOLA telah melonjak 100% dalam kurun waktu satu bulan terakhir.
Saham MSKY tercatat turun 6,41% pada hari yang sama, mencapai Rp 73 per saham. Meskipun demikian, dalam sebulan terakhir, saham ini masih membukukan akumulasi kenaikan sebesar 32,73%.
Sementara itu, saham SURE hari ini turun tipis 0,80% ke posisi Rp 3.740 per saham. Namun, performa bulanan saham SURE menunjukkan penguatan signifikan sebesar 61,9%.
Saham KPIG, ROCK, dan CLAY Masuk Radar UMA, Perhatikan Saran Analis Berikut
Praktisi Pasar Modal sekaligus Founder WH-Project, William Hartanto, mengamati bahwa lonjakan pergerakan ketiga saham emiten ini lebih cenderung merupakan aktivitas spekulasi. Hal ini, menurutnya, dipicu oleh kondisi pasar yang relatif sepi dalam beberapa minggu terakhir, mendorong banyak investor untuk melirik saham-saham third liner sebagai pilihan alternatif investasi mereka.
Senada dengan pandangan tersebut, Technical Analyst RHB Sekuritas Indonesia, Ilham Fitriadi Budiarto, menilai bahwa status UMA yang disematkan kepada ketiga emiten ini didasari oleh kenaikan harga yang aneh dan tidak wajar dalam sepekan terakhir. “Dari ketiga saham tersebut, secara teknikal terlihat adanya pertumbuhan transaksi yang signifikan dan tidak wajar dalam sepekan terakhir pada saham BOLA, MSKY, dan SURE,” jelas Ilham kepada Kontan, Rabu (6/8/2025).
Saham BIPI, BUVA, dan BBHI Berstatus Unusual Market Activity (UMA), Ini Saran Analis
Prospek dan Rekomendasi Saham
Meskipun ketiga saham tersebut berstatus UMA, William Hartanto berpendapat bahwa saham BOLA masih layak untuk direkomendasikan. Ia menjelaskan bahwa secara teknikal, pergerakan saham BOLA lebih terukur dari sisi risiko dan likuiditasnya lebih aman bagi para investor. Oleh karena itu, William merekomendasikan beli untuk saham BOLA dengan target harga di rentang Rp 200 – Rp 250 per saham, serta menetapkan level stop loss jika harga menyentuh Rp 176 per saham.
Di sisi lain, Ilham Fitriadi Budiarto menyarankan agar ketiga saham ini ditransaksikan dalam jangka pendek terlebih dahulu mengingat volatilitasnya yang tinggi. Ilham merekomendasikan strategi buy on support untuk BOLA, MSKY, dan SURE, dengan target harga masing-masing Rp 197 – Rp 208 per saham untuk BOLA, Rp 69 – Rp 73 per saham untuk MSKY, dan Rp 3.650 – Rp 3.930 per saham untuk SURE.
Ilham menambahkan peringatan penting: “Ketiga saham ini memiliki volatilitas yang tinggi. Perlu diperhatikan dan disesuaikan dengan profil risiko dan tujuan trading masing-masing.” Pesan ini menegaskan pentingnya kehati-hatian dan penyesuaian strategi investasi dengan kemampuan toleransi risiko individu.
Ringkasan
Bursa Efek Indonesia (BEI) menyoroti pergerakan saham BOLA, MSKY, dan SURE karena terindikasi Unusual Market Activity (UMA) akibat kenaikan harga yang tidak wajar. Analis pasar modal mengamati bahwa lonjakan harga saham ini lebih cenderung disebabkan oleh aktivitas spekulasi, terutama karena kondisi pasar yang relatif sepi.
Meskipun berstatus UMA, saham BOLA direkomendasikan untuk dibeli dengan target harga Rp 200-Rp 250 dan stop loss di Rp 176. Untuk MSKY dan SURE, disarankan strategi buy on support, namun investor perlu berhati-hati karena volatilitas ketiga saham tersebut tinggi dan harus disesuaikan dengan profil risiko masing-masing.