INCO Terbang Tinggi! Apa yang Bikin Saham Vale Ini Jadi Primadona?

Pada penutupan perdagangan Rabu (6/8/2025), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) harus rela ditutup di zona merah, melemah 11,43 poin atau setara 0,15% ke level 7.503,75. Menurut data dari RTI, dinamika pasar mencerminkan pergerakan yang beragam, di mana 320 saham mengalami kenaikan, 270 saham melemah, dan 215 saham lainnya stagnan tanpa perubahan posisi.

Di tengah fluktuasi pasar, beberapa sektor menunjukkan pergerakan signifikan. Sektor barang konsumen non siklikal menjadi salah satu yang mencatatkan pelemahan terbesar, terkoreksi 1,01%. Sementara itu, sektor infrastruktur justru terpantau menguat, dengan kenaikan masing-masing 0,54% dan 0,27% pada dua sub-sektornya. Meskipun demikian, di tengah sentimen pasar yang lesu dan indeks yang memerah, beberapa saham tampil perkasa, berhasil ditutup di zona positif dan menjadi penopang yang menjaga IHSG agar tidak tergelincir lebih dalam.

Dari jajaran emiten blue chip, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) berhasil mencuri perhatian sebagai salah satu top gainers di indeks LQ45. Saham produsen nikel ini melesat tajam 5,42%, menempatkan posisinya di urutan teratas daftar saham LQ45 dengan kenaikan tertinggi pada perdagangan kemarin. Pergerakan saham INCO pada hari Rabu (6/8/2025) tercatat sebagai berikut:

  • Harga pembukaan: Rp 3.690
  • Harga tertinggi: Rp 3.890
  • Harga terendah: Rp 3.700
  • Harga penutupan: Rp 3.890

Saham UNVR Masuk 3 Besar Top Losers LQ45, Kinerja Buruk jadi Biang Keroknya

Sentimen Positif di Balik Penguatan Saham INCO

Kinerja impresif saham INCO tak lepas dari sentimen positif yang mengiringi laporan kinerja perusahaan pada kuartal II 2025. Perbaikan signifikan dalam operasional dan keuangan perseroan menjadi pendorong utama. Salah satu pilar utamanya adalah lonjakan volume produksi nikel dalam matte yang mencapai 18.557 ton pada kuartal kedua, meningkat 9% dari 17.027 ton di kuartal sebelumnya. Seiring dengan peningkatan produksi, pendapatan INCO juga melesat 6,6% menjadi US$ 220,2 juta, naik dari US$ 206,5 juta pada kuartal I-2025. Pencapaian solid ini ditopang oleh kombinasi kenaikan harga nikel yang moderat dan volume pengiriman yang lebih tinggi. Secara rinci, rata-rata harga jual nikel matte (ASP) pada kuartal II 2025 mencapai US$ 12.091 per ton, sedikit meningkat 1,33% dari US$ 11.932 per ton pada kuartal sebelumnya.

Ada BBRI & BBCA, Cek Saham yang Banyak Dijual Asing Saat IHSG Terkoreksi, Rabu (6/8)

Para analis turut mengamini prospek cerah INCO. Hasan Barakwan dan Jeffrosenberg Chenlim dari Maybank Sekuritas Indonesia, dalam risetnya tanggal 22 Juli 2025, mengungkapkan bahwa kenaikan harga jual rata-rata (ASP) nikel matte menjadi salah satu motor pendorong laba Vale Indonesia. “Laba INCO akan stabil di kuartal II-2025, seiring harga jual rata-rata (ASP) nikel matte naik sekitar 1,4%,” jelas Hasan. Lebih lanjut, Hasan memproyeksikan momentum positif kinerja perusahaan ini tidak akan berhenti di kuartal kedua. “Peningkatan kinerja yang lebih signifikan akan terjadi pada kuartal III-2025, seiring lonjakan penjualan bijih nikel,” tambahnya, memberikan gambaran optimis bagi investor saham. Kendati demikian, ia juga mengingatkan para investor untuk tetap waspada terhadap potensi risiko penurunan harga nikel global di London Metal Exchange (LME) yang dapat mempengaruhi pergerakan saham INCO.

Profil Emiten: Vale Indonesia Tbk (INCO)

Sebagai informasi tambahan bagi investor yang tertarik pada saham INCO, berikut adalah profil singkat dari emiten ini:

  • Nama: Vale Indonesia Tbk
  • Tanggal Pencatatan: 1990-05-16
  • Papan Pencatatan: Utama
  • Bidang Usaha Utama: Nickel Ore Mining
  • Sektor: Barang Baku
  • Subsektor: Barang Baku
  • Industri: Logam & Mineral
  • Subindustri: Logam & Mineral Lainnya

Ringkasan

Di tengah pelemahan IHSG, saham PT Vale Indonesia Tbk (INCO) justru menjadi top gainers di indeks LQ45 dengan kenaikan 5,42%. Kenaikan ini didorong oleh sentimen positif laporan kinerja perusahaan pada kuartal II 2025, di mana terjadi peningkatan volume produksi nikel dalam matte dan pendapatan perusahaan.

Analis Maybank Sekuritas Indonesia memproyeksikan kinerja INCO akan semakin meningkat pada kuartal III-2025 seiring dengan lonjakan penjualan bijih nikel. Meskipun demikian, investor tetap perlu mewaspadai potensi risiko penurunan harga nikel global di London Metal Exchange (LME) yang dapat memengaruhi pergerakan saham INCO.

Leave a Comment