Muamalat.co.id JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksikan melanjutkan penguatan sepanjang pekan ini. Sejumlah faktor krusial, mulai dari rebalancing indeks FTSE, pidato Gubernur The Fed, hingga potensi dinamika reshuffle kabinet, siap menjadi penentu arah pergerakan pasar saham, demikian analisis dari PT Indo Premier Sekuritas (IPOT).
Pada penutupan perdagangan Jumat (19/9/2025), IHSG berhasil menguat 0,53% atau naik 42,68 poin, mencapai level 8.051,11. Secara keseluruhan pekan lalu (15-19 September 2025), IHSG membukukan kenaikan impresif sebesar 2,51%, bahkan sempat mencetak rekor All Time High (ATH) baru di angka 8.068. Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Indri Liftiany Travelin Yunus, menyoroti bahwa investor asing mencatatkan pembelian bersih (net buy) yang signifikan sebesar Rp1,4 triliun di pasar reguler.

Kinerja pasar yang cemerlang pekan lalu didukung oleh mayoritas sektor yang menguat, dengan pengecualian sektor healthcare yang melemah tipis 0,19%. “Sektor yang paling menopang kenaikan IHSG pekan lalu adalah sektor industri dan teknologi, yang masing-masing melambung 11,01% dan 10,18%,” jelas Indri dalam rilis yang diterima Kontan Senin (22/9/2025).
Cermati Pergerakan IHSG, Saham Konglomerasi Tetap Jadi Penopang
Tiga sentimen utama menjadi pendorong pergerakan IHSG pada pekan sebelumnya. Pertama, keputusan Bank Indonesia (BI) yang secara tak terduga memangkas tingkat suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 4,75%. Pemangkasan ini, yang terjadi di luar ekspektasi pasar, sontak menjadi sentimen positif bagi emiten perbankan yang memiliki bobot besar di IHSG, mendorong indeks mencapai level tertingginya pada 16 September.
Kedua, adanya kelanjutan reshuffle kabinet pada Selasa (16/9), di mana Erick Thohir ditunjuk sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga, sementara pengganti Menteri BUMN masih dinantikan. Ketiga, Federal Reserve (The Fed) juga melakukan pemangkasan suku bunga acuan untuk pertama kalinya di tahun 2025 sebesar 25 basis poin, menempatkannya di kisaran 4% – 4,25%, sesuai dengan ekspektasi pasar.
Menurut Indry, pekan lalu merupakan periode krusial bagi investor dalam pengambilan keputusan. Selama penantian pengumuman kebijakan suku bunga, harga acuan emas dunia tercatat mengalami penguatan signifikan dalam sebulan terakhir, bahkan menembus level ATH. “Ini disebabkan oleh antisipasi pelaku pasar terhadap potensi penurunan nilai dolar AS jika suku bunga diturunkan, menjadikan emas sebagai instrumen investasi yang paling tepat untuk dipilih,” paparnya.
Lirik Rekomendasi Saham Emiten Unggas di Saat Harga Ayam Naik
Memasuki pekan ini (22-26 September 2025), pergerakan IHSG akan banyak dipengaruhi oleh rebalancing indeks FTSE yang efektif mulai 22 September 2025. Dalam kocok ulang kali ini, saham DSSA naik kelas ke kategori Large Cap, sementara BDMN keluar dari kategori Mid Cap. Di sisi lain, saham-saham seperti KEEN, MIDI, BCAP, MLIA, MLBA, CNMA, CLEO, dan ULTJ kini masuk dalam kategori Micro Cap. Sebaliknya, BEST, TEBE, PSSI, MTMH, KKGI, SMBR, serta UCID keluar dari kategori tersebut.
Selain itu, sentimen dari Amerika Serikat juga turut mewarnai pasar dengan data ekonomi yang beragam. Indeks S&P Global Manufacturing Flash AS diperkirakan sedikit menurun, sementara data Initial Jobless Claims dan Indeks PCE diprediksi meningkat. Di tengah itu, Indeks Michigan Consumer Sentiment diperkirakan turun, dan perhatian pasar juga tertuju pada pidato Ketua The Fed Jerome Powell yang berpotensi memberi sinyal terkait pemangkasan suku bunga lebih lanjut.
“Dengan mempertimbangkan sentimen yang ada, IHSG berpotensi bergerak bervariasi dengan kecenderungan menguat sepanjang pekan ini, diprediksi dalam rentang support 7.850 hingga resistance 8.150,” ungkap Indri.
Berikut rekomendasi saham pilihan dari IPOT yang patut dicermati investor:
1. Buy RATU (PT Raharja Energi Cepu Tbk)
- Entry level: Rp 6.400 per saham
- Target harga: Rp 6.850 per saham (+7,0%)
- Stop Loss: Jika kurang dari Rp 6.175 per saham (-3,5%)
- Risk to Reward Ratio: 1:2
- Analisis: RATU sedang mengkaji peluang ekspansi portofolio energi di Blok Kasuri, Papua Barat, dan optimalisasi porsi hak partisipasi di Blok Cepu. Saham ini ditutup membentuk candlestick marubozu diiringi volume transaksi yang melonjak (volume spike), mengindikasikan potensi besar untuk melanjutkan penguatan. RATU tengah berupaya menembus level Rp 6.400 per saham untuk mengonfirmasi pembalikan arah yang kuat.
2. Buy NCKL (PT Trimegah Bangun Persada Tbk)
- Entry level: Rp 1.080 per saham
- Target harga: Rp 1.150 per saham (+6,5%)
- Stop Loss: Jika kurang dari Rp 1.050 per saham (-2,8%)
- Risk to Reward Ratio: 1:2,3
- Analisis: Terjadi akumulasi asing yang cukup besar pada saham NCKL dalam sepekan terakhir. NCKL berada dalam kondisi risiko rendah (low risk) dan berhasil bertahan di atas garis EMA 20. Indikator Stochastic Oscillator juga masih menunjukkan potensi penguatan yang berlanjut.
3. Buy on Breakout ASII (PT Astra International Tbk)
- Entry level: Rp 5.775 per saham
- Target harga: Rp 6.125 per saham (+6,1%)
- Stop Loss: Jika kurang dari Rp 5.650 per saham (-2,2%)
- Risk to Reward Ratio: 1:2,8
- Analisis: Saham ASII ditutup membentuk candlestick marubozu dan berhasil bertahan di area resistance-nya. ASII juga tercatat mengalami akumulasi cukup besar selama sepekan terakhir. Jika ASII mampu bertahan di atas level Rp 5.800 per saham, ada potensi penguatan signifikan hingga level Rp 6.125 per saham.