Suku Bunga BI Turun, Begini Dampaknya ke Kinerja Investasi Asuransi Umum

Muamalat.co.id JAKARTA. Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) menyoroti secara mendalam dampak penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI) atau BI rate ke level 4,75% terhadap kinerja investasi di sektor asuransi umum. Industri ini dituntut untuk menyesuaikan strategi investasinya menyusul keputusan moneter tersebut.

Ketua Umum AAUI Budi Herawan menjelaskan, penurunan suku bunga BI secara langsung memengaruhi imbal hasil (yield) deposito dan pergerakan yield Surat Berharga Negara (SBN). Imbasnya, meskipun penurunan suku bunga BI cenderung menekan imbal hasil deposito, hal ini justru dapat mengerek valuasi portofolio obligasi atau SBN yang sudah dimiliki, menciptakan potensi capital gain. Fenomena ini dianggap positif untuk kinerja investasi jangka pendek, namun Budi mengingatkan adanya tantangan ketika perusahaan harus melakukan re-investasi ke instrumen baru dengan yield yang lebih rendah.

Menyikapi kondisi pasar yang berubah, Budi menyebut bahwa perusahaan asuransi umum akan semakin fokus menyeimbangkan antara likuiditas dan hasil investasi. Penempatan dana di SBN tetap menjadi instrumen utama dan bersifat wajib, mendorong perusahaan untuk mengoptimalkan tenor dan jenis SBN yang dipilih. Strategi yang ditempuh, misalnya, adalah dengan menempatkan investasi pada surat utang negara dengan jangka menengah atau panjang guna meraih yield yang lebih menguntungkan.

Di sisi lain, penempatan deposito kemungkinan akan mengalami pengurangan porsi karena suku bunga yang lebih rendah membuatnya kurang atraktif sebagai pilihan investasi utama. Sebagai respons, sebagian perusahaan asuransi umum juga mulai melirik instrumen obligasi korporasi berperingkat tinggi sebagai alternatif untuk diversifikasi dan potensi imbal hasil yang lebih baik.

Selain itu, Budi Herawan turut mengomentari kinerja investasi asuransi umum di tengah pencapaian rekor tertinggi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Meskipun IHSG menorehkan sejarah, dampaknya terhadap kinerja investasi asuransi umum disebut relatif terbatas. Hal ini disebabkan porsi saham dalam portofolio investasi asuransi umum yang memang tidak terlalu besar.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Juni 2025, total investasi asuransi umum tercatat sebesar Rp 125,03 triliun. Dari jumlah tersebut, penempatan terbesar berada pada instrumen SBN dengan nilai Rp 47,02 triliun, mencakup porsi signifikan sebesar 37,6% dari total investasi. Disusul oleh instrumen deposito dengan nilai Rp 24,67 triliun atau 19,7% dari total investasi. Sementara itu, penempatan investasi asuransi umum di saham hanya mencapai Rp 4,55 triliun, merepresentasikan porsi sebesar 3,6% dari total investasi per Juni 2025. Data ini semakin memperkuat gambaran mengenai preferensi dan strategi investasi yang dominan di industri asuransi umum.

Leave a Comment