Wall Street Terkoreksi, Bursa Asia Bervariasi: Peluang atau Risiko?

Pada perdagangan pagi hari Kamis (25/9/2025) pukul 08.21 WIB, bursa saham Asia menunjukkan pergerakan yang bervariasi, mencerminkan sentimen investor yang beragam di tengah dinamika pasar global. Data dari Muamalat.co.id menyoroti tren ini, di mana beberapa indeks saham utama terlihat melemah sementara lainnya menguat tipis.

Penurunan terlihat pada indeks Nikkei 225 Jepang yang melemah 0,2% menjadi 45.539,15, diikuti oleh indeks Taiex Taiwan yang tergerus 0,55% ke level 26.051,58. Di Australia, indeks ASX 200 juga menunjukkan pelemahan 0,19% ke 8.748,2. Tren negatif ini berlanjut ke pasar Asia Tenggara, dengan FTSE Straits Times Singapura turun tipis 0,04% ke 4.288,75 dan FTSE Malay KLCI Malaysia terkoreksi 0,20% ke 1.596,49. Namun, tidak semua pasar bergerak seragam, Indeks Hang Seng Hong Kong justru dibuka menguat tipis 0,07% ke 26.536,13, sementara indeks Kospi Korea Selatan juga naik 0,13% menjadi 3.476,79.

Divergensi pergerakan bursa Asia-Pasifik ini sebagian besar dipicu oleh kelanjutan aksi jual saham-saham teknologi terkemuka di Wall Street. Para investor di pasar AS terus melepas kepemilikan saham perusahaan raksasa seperti Nvidia dan Oracle untuk hari kedua berturut-turut, menciptakan tekanan jual yang merambat ke pasar global.

Khususnya, saham Nvidia mengalami penurunan hampir 1%, melanjutkan tren koreksi sejak Selasa (23/9/2025). Penurunan ini mencerminkan meningkatnya kekhawatiran di kalangan investor mengenai sifat sirkular dalam industri kecerdasan buatan (AI), yang berpotensi menimbulkan skeptisisme terhadap valuasi saham-saham terkait AI.

Sementara itu, perhatian investor di Hong Kong sempat tertuju pada rencana pencatatan saham produsen mobil Tiongkok, Chery Automobile, hari ini. Namun, acara penting tersebut dilaporkan telah dibatalkan sebagai dampak dari Topan Super Ragasa, menambah ketidakpastian di pasar saham regional.

Bergeser ke Amerika Serikat, harga saham berjangka AS menunjukkan sedikit perubahan. Para pelaku pasar masih menanti rilis data klaim pengangguran mingguan yang dijadwalkan hari Kamis, sebuah informasi krusial yang dapat memengaruhi arah kebijakan moneter Federal Reserve. Kekhawatiran akan melemahnya pasar tenaga kerja dan peningkatan jumlah PHK semakin menekan sentimen, membuat data ini menjadi sangat dinanti untuk memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai langkah bank sentral AS.

Pada perdagangan semalam, Wall Street ditutup melemah. Indeks S&P 500 terkoreksi 0,28% ke 6.637,97, sementara Nasdaq Composite yang didominasi saham teknologi juga turun 0,34% menjadi 22.497,86. Demikian pula, Indeks Dow Jones Industrial Average kehilangan 0,37%, mengakhiri sesi pada level 46.121,28.

Ringkasan

Bursa saham Asia menunjukkan pergerakan bervariasi pada Kamis pagi, dipengaruhi oleh sentimen beragam dan dinamika pasar global. Sebagian indeks seperti Nikkei 225, Taiex, dan ASX 200 mengalami pelemahan, sementara Hang Seng dan Kospi justru menunjukkan penguatan tipis. Divergensi ini dipicu oleh aksi jual saham teknologi di Wall Street, khususnya saham Nvidia, yang menimbulkan kekhawatiran terkait industri kecerdasan buatan (AI).

Investor juga menantikan rilis data klaim pengangguran mingguan AS yang krusial untuk memprediksi arah kebijakan moneter Federal Reserve. Wall Street sendiri ditutup melemah semalam, dengan indeks S&P 500, Nasdaq Composite, dan Dow Jones Industrial Average mengalami koreksi. Pembatalan pencatatan saham Chery Automobile di Hong Kong akibat Topan Super Ragasa menambah ketidakpastian pasar regional.

Leave a Comment