Jakarta, IDN Times – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menghadapi tekanan signifikan dalam beberapa hari terakhir, mendorong mata uang Garuda kembali ke kisaran krusial Rp16.700-an per dolar AS. Pergerakan ini menimbulkan kekhawatiran di pasar keuangan domestik.
Berdasarkan data terbaru dari Bloomberg, pada pagi hari, rupiah sempat kembali melemah hingga mencapai level Rp16.784 per dolar AS. Namun, menjelang jeda siang, ada sedikit penguatan yang membawa rupiah ke posisi Rp16.763,5 per dolar AS, menunjukkan volatilitas yang tinggi.

Menyikapi pelemahan ini, pertanyaan besar muncul: langkah konkret apa yang telah dan akan dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) untuk meredam gejolak ini dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah?
BI Kerahkan Semua Instrumen untuk Stabilkan Rupiah
Gubernur BI, Perry Warjiyo, menegaskan bahwa pihaknya telah mengoptimalkan seluruh instrumen yang dimiliki secara “berani” (bold) guna meredam tekanan nilai tukar terhadap dolar AS. Strategi utama yang diterapkan adalah triple intervention, sebuah langkah komprehensif untuk menstabilkan pasar.
“Bank Indonesia menggunakan seluruh instrumen yang ada secara bold, baik di pasar domestik melalui instrumen spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), dan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder, maupun di pasar luar negeri di Asia, Eropa, dan Amerika secara terus menerus melalui intervensi NDF,” jelas Perry dalam keterangan resminya, Jumat (26/9/2025). Intervensi ini mencerminkan komitmen BI dalam menjaga fondasi perekonomian.
BI Ajak Pelaku Usaha Jaga Iklim Pasar Keuangan Kondusif
Perry Warjiyo menyatakan optimismenya bahwa kebijakan yang dijalankan secara konsisten akan mampu menjaga rupiah tetap pada nilai fundamentalnya. Selain itu, ia juga melontarkan ajakan kepada seluruh pelaku pasar untuk berpartisipasi aktif dalam menciptakan iklim pasar keuangan yang kondusif, sebuah elemen penting untuk mendukung upaya stabilisasi rupiah.
“Bank Indonesia juga mengajak seluruh pelaku pasar untuk turut bersama-sama menjaga iklim pasar keuangan yang kondusif, sehingga stabilitas nilai tukar rupiah dapat tercapai dengan baik,” ujar Perry. Sinergi antara kebijakan BI dan dukungan pasar dianggap krusial untuk mencapai tujuan ini.
Alasan Rupiah Melemah terhadap Dolar AS
Analis mata uang dari Doo Financial Futures, Lukman Leong, mengidentifikasi faktor-faktor eksternal yang menjadi pemicu pelemahan rupiah. Ia menjelaskan bahwa penguatan dolar AS didorong oleh revisi data Produk Domestik Bruto (PDB) AS yang lebih baik dari perkiraan, serta data klaim pengangguran yang menunjukkan ketahanan pasar tenaga kerja Paman Sam.
Klaim pengangguran yang dirilis minggu ini berada di bawah ekspektasi pasar, memperkuat narasi ketahanan ekonomi AS dan meningkatkan daya tarik dolar AS. Dengan sentimen global yang kuat terhadap dolar AS, rupiah diperkirakan akan bergerak dalam kisaran Rp16.700 hingga Rp16.800 per dolar AS dalam waktu dekat.
“Dengan perkembangan di global, rupiah diperkirakan akan berada di kisaran Rp16.700-Rp16.800 per dolar AS,” pungkas Lukman. Pelemahan ini terlihat dari rupiah yang sempat dibuka di level Rp16.784 per dolar AS dan akhirnya ditutup di level Rp16.749, menunjukkan tekanan yang berkelanjutan dari dolar AS.