Dolar AS Menguat, Ancaman Kapital Flight di Indonesia

Muamalat.co.id JAKARTA. Dolar Amerika Serikat (AS) diprediksi akan terus menguat hingga akhir tahun 2025. Ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) pada kuartal III-2025 menjadi salah satu pendorong utama penguatan ini.

Josua Pardede, Kepala Ekonom Permata Bank, menyoroti potensi risiko penguatan dolar AS terhadap negara berkembang, termasuk Indonesia. Risiko utama yang diidentifikasi adalah capital outflow, atau keluarnya modal dari aset berisiko di Indonesia.

“Tingginya suku bunga AS, penguatan dolar, dan ketegangan perdagangan global mendorong investor untuk mengurangi kepemilikan aset di pasar negara berkembang,” jelas Josua kepada Kontan, Kamis (7/8/2025). Kondisi ini berpotensi memperparah situasi ekonomi Indonesia.

Lebih lanjut, Josua memperingatkan konsekuensi lain dari penguatan dolar AS: peningkatan biaya pembiayaan utang luar negeri. “Dolar yang kuat akan meningkatkan beban pembayaran utang luar negeri baik bagi korporasi maupun pemerintah,” tegasnya. Hal ini dapat menekan perekonomian nasional.

Stabilitas cadangan devisa Indonesia juga terancam. Jika tekanan terhadap rupiah semakin kuat, Bank Indonesia (BI) mungkin perlu melakukan intervensi berulang kali, yang dapat menguras cadangan devisa negara.

Jika tren penguatan dolar AS berlanjut, Josua memperkirakan rupiah akan tertekan hingga mencapai kisaran Rp 16.000 per dolar AS. Namun, ia menambahkan bahwa hal ini dapat dicegah jika BI secara agresif menerapkan bauran kebijakan makroprudensial dan moneter.

Sebagai catatan, berdasarkan data Bloomberg, pada penutupan perdagangan Kamis (7/8/2025), rupiah justru menguat 0,46% ke level Rp 16.287 per dolar AS, dibandingkan perdagangan sebelumnya. Meskipun demikian, potensi penguatan dolar AS hingga akhir tahun tetap menjadi perhatian.

Ringkasan

Dolar AS diprediksi akan terus menguat hingga akhir tahun 2025, didorong oleh ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed. Kepala Ekonom Permata Bank, Josua Pardede, menyoroti risiko capital outflow dari Indonesia akibat penguatan dolar AS, yang dapat diperparah oleh tingginya suku bunga AS dan ketegangan perdagangan global.

Penguatan dolar AS juga berpotensi meningkatkan biaya pembiayaan utang luar negeri dan menekan cadangan devisa Indonesia jika Bank Indonesia harus melakukan intervensi untuk menstabilkan rupiah. Josua memperkirakan rupiah dapat tertekan hingga Rp 16.000 per dolar AS, namun hal ini dapat dicegah dengan kebijakan makroprudensial dan moneter yang agresif.

Leave a Comment