
Harga Bitcoin (BTC) kembali menunjukkan volatilitas yang tinggi, sempat anjlok menyentuh level US$112.600 sebelum berhasil menguat kembali ke kisaran US$114.000. Merujuk data Coinmarketcap pada pukul 07.40 WIB, Rabu (1/10/2025), harga Bitcoin tercatat di US$114.113, mengalami penurunan tipis 0,25% dalam 24 jam terakhir.
Di tengah gejolak harga ini, data dari pasar derivatif mengindikasikan bahwa para trader profesional masih bersikap ekstra hati-hati. Kekhawatiran akan potensi risiko penurunan terus membayangi, terutama akibat tekanan makroekonomi global yang belum mereda. Namun, sinyal optimisme jangka menengah tetap terpancar kuat dari arus masuk signifikan ke ETF Bitcoin serta akumulasi yang gencar dilakukan oleh korporasi-korporasi besar.
Bitcoin di Atas US$112.000, Investor Waspada Jelang Penutupan Bulan dan Kuartal
Meskipun Bitcoin berhasil bertahan di atas level US$112.000, investor cenderung waspada, mengingat momen ini bertepatan dengan penutupan bulan dan kuartal yang seringkali membawa dinamika pasar yang unik. Kehati-hatian ini mencerminkan sensitivitas pasar terhadap berbagai faktor, baik internal kripto maupun eksternal makroekonomi.
Derivatif Tunjukkan Kehati-hatian, Emas Masih Perkasa
Menurut laporan Cointelegraph, indikator skew Bitcoin sempat mencapai 5% pada Selasa, sebelum kemudian naik lagi ke level 8%. Angka ini menandakan adanya premi yang lebih tinggi untuk opsi jual (put options), sebuah sinyal bahwa investor bersedia membayar lebih untuk melindungi posisi mereka dari penurunan harga. Kondisi ini sedikit tidak biasa, mengingat skew BTC biasanya bergerak dalam rentang -6% hingga 6%.
Kegagalan Bitcoin untuk menembus kembali level US$115.000 telah memicu frustrasi di kalangan sebagian trader. Kontrasnya, harga emas justru terus mencatatkan tren bullish yang mengesankan, hanya 0,6% di bawah rekor tertinggi sepanjang masa. Dalam dua bulan terakhir, harga emas telah melonjak 16,7%, sementara Indeks Dolar AS (DXY) kesulitan menembus level 98,5. Situasi ini mencerminkan menurunnya kepercayaan terhadap kondisi fiskal AS, di mana dolar yang melemah dapat memperlambat konsumsi dan menekan penerimaan pajak dari perusahaan multinasional AS.
Sinyal Lemah dari Ekonomi AS
Kekhawatiran investor semakin menguat setelah data pasar tenaga kerja AS menunjukkan pelemahan. Biro Statistik Tenaga Kerja AS melaporkan 7,23 juta lowongan kerja pada Agustus, angka yang mendekati level terendah dalam lima tahun terakhir. Selain itu, klaim asuransi pengangguran federal tercatat dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.
Meski demikian, indeks S&P 500 justru menunjukkan ketahanan yang luar biasa, didorong oleh ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter oleh The Fed. Neraca The Fed yang stabil pada September, setelah 30 bulan mengalami penurunan, memberikan sinyal potensi pembalikan arah kebijakan. Jika ini terjadi, pasar berisiko, termasuk pasar kripto, bisa mendapatkan dorongan signifikan.
Opsi BTC Tak Menunjukkan Lonjakan Bearish
Meskipun terdapat tanda-tanda kehati-hatian di pasar, data dari opsi Bitcoin tidak serta-merta menunjukkan sentimen bearish yang dominan. Rasio put-to-call Bitcoin tetap stabil, tanpa adanya lonjakan permintaan yang signifikan untuk strategi bearish. Premi opsi jual (put options) masih tertinggal dibanding opsi beli (call options), menandakan bahwa strategi netral hingga bullish masih lebih diminati oleh sebagian besar pelaku pasar.
Lebih lanjut, arus masuk sebesar US$518 juta ke ETF Bitcoin spot pada hari Senin menjadi bukti konkret adanya permintaan yang kuat terhadap Bitcoin sebagai aset lindung nilai yang independen. Perusahaan publik terkemuka seperti MicroStrategy (MSTR), MARA Holdings (MARA), dan Metaplanet (MTPLF) juga terus menambah kepemilikan BTC sebagai bagian dari strategi cadangan mereka, yang berpotensi menciptakan efek kelangkaan pasokan di masa depan.
Secara keseluruhan, minimnya permintaan proteksi risiko di pasar opsi lebih mencerminkan kekhawatiran makroekonomi secara luas ketimbang pandangan bearish spesifik terhadap Bitcoin. Dengan dukungan kuat dari ETF dan akumulasi institusional yang berkelanjutan, sentimen jangka panjang terhadap BTC tetap terjaga, meskipun volatilitas jangka pendek masih menjadi bagian tak terpisahkan dari dinamika pasar kripto.
Ringkasan
Harga Bitcoin sempat mengalami penurunan hingga US$112.600 sebelum kembali menguat, namun trader profesional tetap berhati-hati karena kekhawatiran makroekonomi global. Meskipun demikian, arus masuk yang signifikan ke ETF Bitcoin dan akumulasi oleh korporasi besar menunjukkan optimisme jangka menengah.
Indikator derivatif menunjukkan premi yang lebih tinggi untuk opsi jual, menandakan investor ingin melindungi diri dari penurunan harga. Sementara Bitcoin kesulitan menembus US$115.000, emas justru mencatatkan tren positif. Meskipun data tenaga kerja AS melemah, S&P 500 tetap kuat dan ETF Bitcoin menunjukkan permintaan yang stabil.