TINS Kebanjiran Smelter Sitaan! Prospek Kinerja PT Timah Makin Cerah?

JAKARTA. Prospek kinerja PT Timah Tbk (TINS) diproyeksikan semakin cerah setelah menerima limpahan enam smelter dari pemerintah. Penyerahan aset strategis ini diharapkan menjadi katalisator utama bagi pertumbuhan dan penguatan posisi perseroan di industri timah.

Enam smelter tersebut, yang sebelumnya merupakan barang rampasan negara (BRN), disita karena terbukti terlibat dalam aktivitas penambangan ilegal di wilayah konsesi PT Timah di Kepulauan Bangka Belitung. Aset-aset ini memiliki nilai estimasi antara Rp 6 triliun hingga Rp 7 triliun, bahkan belum memperhitungkan potensi kandungan tanah jarang (rare earth) atau monasit yang nilainya bisa jauh lebih besar, disinyalir mencapai US$ 200.000 per ton.

Timah (TINS) Optimistis Produksi Timah 30.000 Ton di Tahun 2026, Ini Kuncinya

Fath Aliansyah Budiman, Head of Investment Specialist Maybank Sekuritas, meyakini bahwa TINS berpotensi menunjukkan “turnaround story” pada semester II tahun 2025. Perbaikan ini diharapkan terjadi setelah kinerja awal tahun yang sedikit terganggu oleh cuaca buruk, sehingga ekspektasi terhadap output perusahaan pun membaik. “Jadi ekspektasinya sudah membaik,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (7/10/2025).

Senada, Angga Septianus, Community and Retail Equity Analyst Lead PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), melihat limpahan enam smelter ini sebagai berita positif yang signifikan. Langkah ini tidak hanya akan menopang produksi TINS, tetapi juga berpotensi memperkuat dominasi perseroan dengan menguasai lebih dari 80% pangsa pasar timah di masa depan. “Market share (dari yang sebelumnya dipegang penambang ilegal) akan bertambah ke TINS,” tambahnya.

Riset Tim Indo Premier Sekuritas menyoroti bahwa penambangan ilegal telah menjadi masalah struktural dalam industri pertambangan timah Indonesia selama beberapa dekade. Dengan berkurangnya aktivitas ilegal, posisi tawar bergeser ke TINS. Analis Indo Premier Sekuritas, Ryan Winipta dan Reggie Parengkuan, memperkirakan biaya tunai TINS (di luar royalti) akan tetap stabil di sekitar US$20.000 per ton. Produksi TINS sendiri tercatat meningkat menjadi sekitar 1.713 ton pada Juli 2025 dan 1.877 ton.

Produksi Anjlok 32%, Laba PT Timah (TINS) Susut 30% pada Semester I-2025

Ekky Topan, Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, menambahkan bahwa penyerahan enam smelter ini adalah katalis positif yang sangat besar. Secara strategis, ini akan memperkuat posisi TINS dalam rantai pasok dan kapasitas pengolahan timah nasional. Dengan tambahan fasilitas ini, TINS berpeluang memperluas kapasitas pemurnian logam timah secara signifikan, sekaligus mengurangi ketergantungan pada mitra pengolahan eksternal. “Jika mampu dioptimalkan, hal ini bisa menjadi sumber pertumbuhan pendapatan dan efisiensi margin dalam jangka menengah,” jelasnya.

Prospek dan rekomendasi

Dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI pada tanggal 22 September 2025, TINS menyatakan optimismenya terhadap produksi bijih timah yang lebih tinggi di tahun 2026. Perseroan menargetkan produksi bijih timah dapat menembus 30.000 ton Sn di tahun depan, jauh melampaui Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2025 yang menargetkan 21.500 ton Sn.

Ryan dan Reggie dari Indo Premier Sekuritas memperkirakan TINS akan mengalami perbaikan laba bersih pada semester II 2025 seiring dengan volume produksi yang lebih baik. Sebagai informasi, laba bersih TINS terkoreksi 30% secara year on year (YoY) menjadi Rp 300 miliar per Juni 2025. “Laba bersih diperkirakan bisa mencapai Rp 908 miliar di akhir 2025 nanti,” pungkas mereka.

Fath pun sepakat bahwa prospek kinerja TINS ke depan akan semakin membaik, terutama dengan harga timah internasional yang mulai stabil. “Peningkatan produksi TINS disertai harga yang baik bisa menghasilkan pendapatan yang meningkat,” katanya. Ia juga menambahkan bahwa pembenahan dari sisi penambangan liar akan menjadi katalis yang sangat positif. Selain itu, potensi pendapatan dari logam tanah jarang yang bisa dikelola dengan baik juga dapat menjadi katalis positif tambahan bagi perusahaan.

Secara valuasi, Ekky Topan mengamati bahwa setelah kenaikan harga yang signifikan, saham TINS saat ini diperdagangkan di atas rata-rata historisnya, baik dari sisi price to book value (PBV) maupun price to earning ratio (PER). “Ini menunjukkan bahwa sebagian besar sentimen positif telah terefleksi dalam harga,” ujarnya.

  TINS Chart by TradingView  

Melansir RTI, saham TINS ditutup menguat 19,9% ke level Rp 2.710 per saham pada akhir perdagangan hari ini (7/10/2025). Harganya melesat 68,85% dalam sepekan dan 145,25% dalam sebulan. Sejak awal tahun, saham TINS telah naik 153,27% year to date (YTD). PER TINS tercatat 33,63x dan PBV sebesar 2,77x.

Meskipun demikian, Ekky menambahkan, jika ke depan manajemen mampu memberikan rancangan (guidance) produksi dan proyeksi pendapatan baru pasca-limpahan aset tersebut, valuasi masih bisa dikompensasi dengan ekspektasi pertumbuhan. “Saat ini, bisa dibilang pasar sedang ‘membayar ekspektasi’ atas potensi ke depan, bukan atas kinerja historis TINS yang sempat menurun,” jelasnya.

Untuk jangka pendek, kenaikan saham TINS yang terlalu cepat membuatnya rentan terhadap aksi ambil untung. Namun, untuk jangka menengah, jika penguatan ini dikonfirmasi dengan kabar terbaru operasional smelter dan outlook produksi 2025 yang lebih jelas, TINS masih memiliki ruang kenaikan yang moderat. Level support kuat untuk TINS berada di area Rp2.000 per saham. Jika mampu bertahan di level tersebut dan pasar tetap menyambut positif, target jangka menengah berada di kisaran Rp3.000–3.200 per saham. Investor tetap perlu disiplin dengan manajemen risiko karena volatilitas harga logam dan ekspektasi pasar yang sangat cepat berubah.

Sementara itu, Investment Analyst Edvisor Profina Visindo, Indy Naila, merekomendasikan buy on weakness untuk TINS dengan target harga Rp 2.800 per saham.

Ringkasan

PT Timah Tbk (TINS) diproyeksikan mengalami peningkatan kinerja setelah menerima limpahan enam smelter dari pemerintah, yang sebelumnya disita karena aktivitas penambangan ilegal. Aset sitaan ini diperkirakan bernilai Rp 6-7 triliun, belum termasuk potensi kandungan tanah jarang. Peningkatan produksi dan harga timah yang stabil diharapkan dapat meningkatkan pendapatan TINS.

Limpahan smelter ini diharapkan memperkuat posisi TINS dalam rantai pasok dan berpotensi meningkatkan pangsa pasar perusahaan. Analis memprediksi laba bersih TINS akan meningkat pada semester II 2025, dengan target produksi bijih timah mencapai 30.000 ton pada tahun 2026. Saham TINS mengalami kenaikan signifikan, namun investor disarankan untuk tetap berhati-hati dan memperhatikan volatilitas harga logam.

Leave a Comment