Ketegangan AS–China Bisa Dorong Emas Antam ke Rp 2,9 Juta per Gram di Akhir Tahun

Harga emas terus menunjukkan performa perkasa, memperpanjang reli penguatannya di tengah eskalasi ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China. Kondisi ini memicu arus dana investasi berbondong-bondong mengalir ke aset logam mulia sebagai lindung nilai yang aman.

Menurut data Trading Economics pada Selasa (14/10/2025) pukul 14.46 WIB, harga emas global telah mencapai level US$ 4.121 per troi ons. Angka ini menandai kenaikan signifikan sebesar 2,75% dalam sepekan terakhir, serta lonjakan impresif 56,05% secara year-to-date (ytd).

Tiffani Safinia, seorang Research & Development di ICDX, mengidentifikasi dua pendorong utama di balik tren positif ini: meningkatnya tensi perang dagang AS–China dan antisipasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga lanjutan oleh The Fed.

Ia menyoroti pernyataan krusial Presiden AS Donald Trump pada Jumat (10/10/2025) yang mengumumkan berakhirnya gencatan senjata tarif dengan Beijing. Langkah tegas ini segera memicu kekhawatiran meluas terhadap stabilitas rantai pasok global, yang pada gilirannya memperburuk sentimen risiko di berbagai pasar keuangan.

Ketika ketidakpastian merebak, permintaan terhadap aset lindung nilai seperti emas secara otomatis menguat. Fenomena ini tercermin dari meningkatnya aliran dana investasi ke produk Exchange Traded Fund (ETF) berbasis emas, ditambah lagi dengan pembelian signifikan yang dilakukan oleh sejumlah bank sentral global.

Dari perspektif kebijakan moneter, data dari CME FedWatch menunjukkan bahwa pasar kini meyakini adanya peluang 97% bagi The Fed untuk memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada pertemuan Oktober 2025. Ekspektasi ini semakin diperkuat dengan proyeksi peluang 100% untuk pemangkasan tambahan sebesar 25 bps pada Desember 2025.

Ekspektasi ini menguat setelah beberapa pejabat The Fed secara terbuka menekankan perlunya kebijakan moneter yang lebih akomodatif guna membendung potensi perlambatan ekonomi di tengah tekanan eksternal yang terus berlanjut. Sementara itu, imbal hasil obligasi Treasury AS tenor 10 tahun stabil di kisaran 3,85%, mengindikasikan sikap hati-hati yang diambil pasar terhadap prospek pertumbuhan dan inflasi di masa mendatang.

Selain sentimen pasar dan kebijakan moneter, permintaan fisik emas juga menunjukkan tren kenaikan yang solid. Tiffani menambahkan, data terbaru dari World Gold Council mengungkapkan bahwa akumulasi pembelian emas oleh bank sentral dunia telah melampaui 60 ton sepanjang kuartal III-2025, dengan Tiongkok, India, dan Turki menjadi kontributor utama.

Arus masuk ke ETF berbasis emas juga tercatat positif selama dua minggu berturut-turut, semakin mempertegas kepercayaan investor terhadap logam mulia ini. Kini, mata pasar tertuju pada rilis data inflasi PCE AS yang dijadwalkan pada akhir pekan ini, yang berpotensi menjadi katalis pergerakan harga emas selanjutnya.

Secara analisis teknikal, Tiffani memproyeksikan level support terdekat harga emas berada di kisaran US$ 4.033–US$ 3.956, sementara level resistance terdekat diprediksi pada US$ 4.152–US$ 4.194. Apabila tekanan jual meningkat, support yang lebih dalam dapat ditemukan di US$ 3.837, sedangkan resistance jangka menengah berpotensi di area US$ 4.313.

Kenaikan Harga Emas Masih Berlanjut

Pandangan serupa mengenai prospek cerah emas juga diungkapkan oleh pengamat mata uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi. Ia bahkan memperkirakan bahwa momentum kenaikan harga emas akan terus berlanjut, tidak hanya hingga akhir tahun, melainkan sepanjang masa pemerintahan Presiden AS Donald Trump, yang diperkirakan hingga tahun 2029.

Ibrahim menilai bahwa sentimen utama yang akan terus menggerakkan harga emas ke depan meliputi ketegangan perdagangan antara AS dan China, dinamika geopolitik global yang fluktuatif, serta arah kebijakan suku bunga Federal Reserve.

Mengingat potensi kenaikan yang signifikan, Ibrahim menyarankan para investor untuk mengadopsi strategi pembelian emas secara bertahap, disesuaikan dengan kemampuan finansial masing-masing. Ia menekankan pentingnya menjadikan emas sebagai aset lindung nilai dan merekomendasikan agar porsi investasi emas dapat mencapai sekitar 40% dari total portofolio investasi.

Saat ini, harga emas dunia telah bertengger di kisaran US$ 4.100 per troi ons, sedangkan harga emas Antam di pasar domestik mencapai Rp 2.360.000 per gram. Dengan sentimen positif yang ada, Ibrahim memproyeksikan bahwa harga emas global berpotensi menyentuh US$ 4.400 per troi ons, dan harga emas Antam bahkan dapat menembus Rp 2.900.000 per gram hingga akhir tahun.

Leave a Comment