Jakarta, IDN Times – Dana Moneter Internasional (IMF) mengeluarkan imbauan penting kepada Bank of Japan (BOJ), mendesak bank sentral tersebut untuk sangat berhati-hati dalam menaikkan suku bunga. Dalam kondisi ketidakpastian perdagangan global yang masih berlanjut, IMF menekankan perlunya BOJ menjaga kebijakan moneter yang longgar demi stabilitas ekonomi Jepang.
Nada Choueiri, Deputi Direktur IMF untuk Asia dan Pasifik, menyoroti kinerja perekonomian Jepang tahun ini yang melampaui ekspektasi. Performa positif ini didorong oleh konsumsi domestik dan ekspor yang kuat, diperkuat pula oleh kesepakatan dagang antara Tokyo dan Washington yang berhasil meredakan sebagian kekhawatiran terkait stabilitas ekonomi negara tersebut.

Choueiri menjelaskan bahwa tantangan utama bagi BOJ adalah bagaimana menjaga kebijakan moneter tetap akomodatif sembari secara perlahan melakukan penyesuaian suku bunga di tengah gejolak perdagangan global. “Ke depan, pendekatan bertahap sangat penting mengingat derajat ketidakpastian yang ada,” kata Choueiri pada Rabu (15/10/2025), dilansir Investing. IMF menegaskan pentingnya bagi BOJ untuk mencermati setiap data ekonomi yang masuk sebelum mengambil keputusan untuk memperketat suku bunga. Choueiri menambahkan bahwa BOJ tidak terlambat dalam mengantisipasi risiko inflasi, karena tekanan harga saat ini masih seimbang dan belum menunjukkan tanda-tanda overheating.
Meskipun ada performa positif, IMF tidak mengabaikan risiko terhadap pertumbuhan ekonomi global. Lembaga tersebut menyoroti potensi penurunan pertumbuhan yang berasal dari ketidakpastian politik dan perselisihan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dengan China. Selain itu, kemungkinan perubahan mendadak pada kondisi keuangan global yang saat ini masih longgar juga menjadi perhatian serius. “Risiko terhadap pertumbuhan lebih condong ke arah negatif akibat ketidakpastian perundingan dagang antara AS dan China serta potensi perubahan mendadak pada kondisi finansial global,” ujar Choueiri. Secara internal, analisis IMF juga mengungkapkan keraguan apakah kenaikan upah domestik di Jepang akan cukup kuat untuk menopang konsumsi sehingga inflasi dapat bertahan di kisaran target BOJ sebesar 2 persen.
Melihat ke depan, pasar keuangan akan memusatkan perhatian pada serangkaian rapat kebijakan moneter BOJ yang dijadwalkan pada 29 dan 30 Oktober 2025, diikuti oleh pertemuan penting lainnya pada Desember 2025 dan Januari 2026. “Rapat BOJ berikutnya pada akhir Oktober 2025 akan menjadi perhatian pasar, dengan ekspektasi bahwa bank sentral mungkin menaikkan suku bunga lagi pada awal tahun depan,” kata Choueiri. Namun, keputusan BOJ akan sangat bergantung pada data inflasi aktual yang masuk, perkembangan kenaikan harga pangan, serta dampak pelemahan yen terhadap biaya impor. Choueiri menambahkan, “Kami belum melihat gejala kenaikan konsumsi dan inflasi yang membahayakan.” Terakhir, ia juga menegaskan bahwa setiap keputusan stimulus atau belanja fiskal dari pemerintah Jepang harus bersifat sementara dan tepat sasaran, mengingat tingginya beban utang negara.