
Kinerja keuangan PT Astra International Tbk (ASII) diproyeksikan bakal menghadirkan kejutan positif dalam laporan laba kuartal III-2025. Prediksi ini merevisi ekspektasi awal dari analis BRI Danareksa Sekuritas, Nashrullah Putra Sulaeman, yang sebelumnya memperkirakan laba bersih ASII akan melemah ke kisaran Rp 7,9 triliun, menyusut 7% secara kuartalan (qoq) dan 21% secara tahunan (yoy). Namun, sinyal perbaikan yang muncul dari data terbaru industri otomotif kini mengubah lanskap proyeksi tersebut.
Pergeseran pandangan ini didukung oleh stabilisasi yang mulai terlihat di sektor otomotif. Sepanjang kuartal III-2025, volume wholesales kendaraan roda empat nasional mencatat kenaikan signifikan 6,9% secara kuartalan, mencapai 184,7 ribu unit. Lonjakan ini turut mendorong penjualan mobil Astra yang tumbuh 5,4% qoq menjadi 96,1 ribu unit, berhasil menjaga pangsa pasar ASII tetap dominan di kisaran 52%.
Tidak hanya itu, segmen jasa keuangan ASII juga menunjukkan performa yang stabil. Kinerja sektor ini selaras dengan peningkatan volume penjualan otomotif, di mana margin bersih diperkirakan bertahan kuat di angka 25%–26%, ditopang oleh pertumbuhan kredit yang konsisten sepanjang kuartal tersebut. Menariknya, bisnis otomotif dan jasa keuangan Astra berpotensi besar mendapatkan dorongan tambahan dari tren musiman yang biasa terjadi di kuartal IV-2025. Nashrullah mengindikasikan bahwa posisi pangsa pasar ASII akan terjaga di rentang 52,5%-53% berkat momentum ini. Secara historis, sekitar 30% dari total penjualan tahunan kendaraan roda empat Astra terkonsentrasi pada kuartal akhir, sebuah pola yang diperkirakan akan mendorong total penjualan mobil nasional mencapai 770 ribu–780 ribu unit sepanjang tahun 2025.
Meski prospeknya cerah, Astra tetap dihadapkan pada sejumlah tantangan. Tekanan harga yang gencar dari produsen mobil asal China, khususnya di segmen kendaraan listrik (EV), diperkirakan akan terus berlanjut. Namun, dengan posisi dominan Astra di pasar dan jaringan purna jual yang luas, perusahaan diharapkan mampu menjaga Average Selling Price (ASP) tetap kompetitif. Investment Analyst Edvisor Provina Visindo, Indy Naila, juga menyoroti bahwa permintaan alat berat masih moderat, yang bisa berdampak pada segmen bisnis ASII terkait komoditas dan ekspor. Kendati demikian, Indy optimistis bahwa pendapatan ASII akan semakin terdiversifikasi pada tahun 2026, didukung oleh kontribusi dari lini bisnis energi baru terbarukan dan infrastruktur. Namun, ia juga mengingatkan tentang risiko daya beli masyarakat yang belum pulih sepenuhnya serta ketidakpastian global yang berpotensi memengaruhi rantai pasok.
Dari sisi valuasi, saham ASII dinilai masih sangat atraktif. Indy Naila menyebutkan bahwa ASII diperdagangkan dengan rasio Price-to-Earnings (PER) 7,53 kali, jauh di bawah rata-rata industri sebesar 9,87 kali. Berdasarkan analisis ini, ia merekomendasikan buy on weakness dengan target harga Rp 6.200 per saham. Indy menekankan pentingnya mencermati kinerja keuangan kuartalan dan konsistensi pembagian dividen di tahun 2026. Senada, Nashrullah Putra Sulaeman juga menilai saham ASII saat ini berada pada valuasi yang menarik, diperdagangkan di 7,5 kali P/E 2026, lebih rendah dari rata-rata lima tahun terakhir di 7,8 kali. Oleh karena itu, ia turut merekomendasikan buy dengan target harga yang lebih tinggi, yakni Rp 6.700 per saham. Target ini mencerminkan valuasi 9,5 kali P/E 2026 atau mendekati +1 standar deviasi, yang dianggap wajar jika Astra mampu mempertahankan pangsa pasar di atas 50%, menjaga konsistensi pembagian dividen dengan imbal hasil sekitar 7%, serta memberikan kejelasan terkait katalis strategis seperti Total Shareholder Return (TSR) atau peluncuran kendaraan hybrid (HEV).
Ringkasan
Analis memproyeksikan laporan laba kuartal III-2025 PT Astra International Tbk (ASII) akan positif, didorong oleh stabilisasi sektor otomotif dengan kenaikan volume wholesales kendaraan roda empat nasional. Segmen jasa keuangan ASII juga menunjukkan performa stabil dengan margin bersih yang kuat. Meskipun menghadapi tantangan dari produsen mobil China dan permintaan alat berat yang moderat, diversifikasi bisnis ke energi baru terbarukan dan infrastruktur diharapkan dapat mendukung pendapatan ASII di masa depan.
Valuasi saham ASII dinilai atraktif, dengan rasio Price-to-Earnings (PER) di bawah rata-rata industri. Analis merekomendasikan buy on weakness dan buy untuk saham ASII dengan target harga Rp 6.200 dan Rp 6.700 per saham, dengan mempertimbangkan kinerja keuangan, konsistensi dividen, dan potensi katalis strategis seperti peluncuran kendaraan hybrid.