JAKARTA – Aliran modal asing kembali menunjukkan geliat positif di pasar keuangan Tanah Air. Berdasarkan catatan Bank Indonesia (BI), selama empat hari kerja pada 27 hingga 30 Oktober 2025, tercatat adanya beli neto sebesar Rp1 triliun dari investor asing. Angka ini menandakan kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi Indonesia, setidaknya untuk jangka pendek.
Ramdan Denny Prakoso, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, merinci lebih lanjut mengenai pergerakan modal asing tersebut. Meskipun investor asing masih terpantau melakukan aksi jual di Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), dominasi beli neto justru terlihat kuat di pasar saham. “Berdasarkan data transaksi 27—30 Oktober 2025, nonresiden tercatat beli neto sebesar Rp1,00 triliun, terdiri dari beli neto sebesar Rp4,40 triliun di pasar saham, serta jual neto sebesar Rp3,23 triliun di pasar SBN dan Rp0,17 triliun di SRBI,” jelas Denny dalam keterangan resminya yang dikutip pada Sabtu (1/11/2025).
Namun, gambaran yang berbeda terlihat jika menilik periode lebih panjang. Sepanjang tahun ini, terhitung dari 1 Januari hingga 30 Oktober 2025, pasar keuangan Indonesia masih mencatat aliran modal asing keluar (jual neto) yang cukup signifikan, mencapai minus Rp179,17 triliun. Angka ini mencerminkan dinamika yang kompleks, di mana investor asing melakukan jual neto sebesar Rp46,17 triliun di pasar saham dan Rp135,86 triliun di SRBI, sementara masih ada pembelian neto sebesar Rp3,89 triliun di pasar SBN.
Seiring dengan sentimen positif yang mulai terlihat pada akhir Oktober, beberapa indikator ekonomi turut menunjukkan perbaikan. Premi Credit Default Swap (CDS) Indonesia 5 tahun, yang mengukur risiko kredit, tercatat menurun menjadi 73,07 basis poin (bps) per 30 Oktober, lebih rendah dibanding 78,95 bps pada 24 Oktober. Penurunan CDS ini mengindikasikan persepsi risiko yang membaik. Selain itu, tingkat imbal hasil (yield) SBN tenor 10 tahun juga sedikit menurun menjadi 6,04% pada Jumat (31/10/2025), dari 6,03% pada Kamis (30/10/2025), berbanding dengan yield US Treasury Note 10 tahun yang berada di level 4,097% pada Kamis (30/10/2025).
Perkembangan positif juga terpancar dari pergerakan nilai tukar rupiah. Mata uang Garuda tercatat dibuka menguat ke level Rp16.620 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Jumat (31/10/2025), lebih tinggi dibanding posisi penutupan sebelumnya di Rp16.635 per dolar AS pada Kamis (30/10/2025). Penguatan ini mengindikasikan respons positif pasar terhadap berbagai dinamika ekonomi terkini.
Menyikapi berbagai dinamika di pasar keuangan global dan domestik, Bank Indonesia menegaskan komitmennya. “Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia,” pungkas Denny. Pernyataan ini menegaskan upaya BI dalam menjaga stabilitas dan optimisme di tengah fluktuasi modal asing.
Ringkasan
Bank Indonesia mencatat adanya beli neto dari investor asing sebesar Rp1 triliun di pasar keuangan Indonesia selama periode 27-30 Oktober 2025. Aliran modal asing ini didominasi oleh pembelian neto di pasar saham sebesar Rp4,40 triliun, meskipun terdapat jual neto di Surat Berharga Negara (SBN) dan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Secara kumulatif dari awal tahun hingga 30 Oktober 2025, pasar keuangan Indonesia masih mencatatkan jual neto asing sebesar Rp179,17 triliun. Bank Indonesia menyatakan akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi kebijakan untuk mendukung ketahanan eksternal ekonomi Indonesia.