JAKARTA — Bank Indonesia (BI) kembali menegaskan komitmennya yang teguh untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Penegasan ini muncul di tengah pelemahan mata uang Garuda yang akhir-akhir ini menyentuh level kritis Rp16.700-an per dolar AS. Gubernur BI, Perry Warjiyo, menyatakan bahwa bank sentral tidak akan ragu menggunakan seluruh instrumen kebijakan yang tersedia secara komprehensif, baik di pasar domestik maupun arena global, demi menjaga kurs rupiah.
Untuk meredam gejolak di pasar domestik, BI mengoptimalkan penggunaan berbagai instrumen krusial. Perry merinci bahwa intervensi dilakukan melalui transaksi spot, domestic non-deliverable forward (DNDF), serta pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder. Langkah-langkah ini diambil guna memastikan likuiditas pasar dan menstabilkan pergerakan rupiah terhadap mata uang asing.
Tidak hanya berfokus pada pasar dalam negeri, Bank Indonesia juga secara aktif melakukan intervensi di pasar luar negeri. Intervensi global ini, yang menjangkau pasar di Asia, Eropa, hingga Amerika, dilakukan melalui mekanisme non-deliverable forward (NDF). Strategi multi-dimensi ini menunjukkan keseriusan BI dalam memastikan bahwa nilai tukar rupiah tetap terjaga sesuai dengan fundamental ekonominya.
Gubernur Perry Warjiyo menyatakan keyakinannya bahwa dengan langkah-langkah proaktif ini, rupiah dapat dipertahankan pada nilai fundamentalnya. Lebih lanjut, ia juga mengajak seluruh pelaku pasar untuk berperan aktif dalam menciptakan dan menjaga iklim pasar keuangan yang kondusif. Kolaborasi antara bank sentral dan pelaku pasar dinilai esensial untuk mencapai stabilitas nilai tukar rupiah yang berkelanjutan.
Menyikapi fluktuasi yang terjadi, rupiah memang telah bergerak dalam kisaran yang cukup dinamis, yakni antara Rp16.600 hingga Rp16.700 per dolar AS dalam beberapa hari terakhir. Pada perdagangan Selasa (23/9/2025), mata uang domestik sempat menunjukkan kekuatan dengan menguat ke level Rp16.500-an, meskipun kemudian kembali tertekan. Pada pembukaan perdagangan Jumat (24/9/2025), tekanan terhadap rupiah terlihat kembali meningkat. Tercatat, rupiah melemah sebesar 26 poin atau 0,15 persen, mencapai Rp16.775 per dolar AS, dibandingkan penutupan sebelumnya di Rp16.749. Secara keseluruhan, performa rupiah sepanjang sepekan terakhir menunjukkan penurunan sekitar 1,23 persen, dan melemah 0,85 persen dibandingkan posisi di awal pekan.