JAKARTA. Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Hery Gunardi, menegaskan bahwa kebijakan pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI) secara signifikan membantu meringankan biaya dana perbankan. Pernyataan ini disampaikan Hery dalam agenda Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Kamis (21/8/2025).
Sebagai informasi, BI telah melakukan pemangkasan suku bunga acuan atau BI-Rate untuk keempat kalinya di tahun ini. Penurunan sebesar 25 basis poin (bps) berdasarkan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) ini menjadikan BI-Rate berada pada level 5,00% di Agustus 2025. Sejalan dengan itu, suku bunga antarbank juga turut bergerak turun menjadi 4,68% pada posisi 20 Agustus 2025, menciptakan kondisi yang lebih kondusif bagi sektor keuangan.

Hery Gunardi menjelaskan lebih lanjut bahwa penurunan suku bunga ini tidak hanya menekan biaya dana perbankan, tetapi juga mendorong efisiensi operasional dan membuka ruang lebih luas untuk ekspansi kredit. Selain penyesuaian BI-Rate, BI juga mengurangi penerbitan Surat Berharga Bank Indonesia (SRBI). “Ini yang dulu sering kita diskusikan bahwa menjadi pesaing untuk term deposit,” ujar Hery, menyoroti dampak SRBI terhadap persaingan deposito berjangka.
Di tengah dinamika kebijakan moneter, BI tetap memegang teguh kebijakan yang berpihak pada pertumbuhan ekonomi domestik. Hery optimistis bahwa perekonomian domestik akan tetap terjaga solid ke depannya. Keyakinan ini didukung oleh sejumlah parameter ekonomi makro yang menunjukkan perbaikan, seperti penurunan tingkat inflasi dan kinerja ekonomi yang membaik. “Kalau kita lihat dari angka-angka parameter yang ada, agak membaik ya, didukung dengan penurunan inflasi. Begitu juga kinerja ekonomi domestik pada posisi bulan Agustus ya, 2025 ini juga tetap solid,” tambahnya.
Melihat prospek industri perbankan, Hery menyebutkan bahwa likuiditas perbankan menunjukkan tren perbaikan yang positif, tercermin dari pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK). Pertumbuhan DPK menguat sebesar 7% secara year on year (YoY) pada Juli 2025. Di sisi lain, rasio penyaluran kredit terhadap DPK atau Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan juga menurun menjadi 86,5%. “Kami melihat likuiditas perbankan juga membaik ya seiring dengan kenaikan DPK dan juga turunnya suku bunga,” jelas Hery.
Selain itu, rasio alat likuid terhadap DPK juga menunjukkan peningkatan signifikan sebesar 27,1%. Angka ini mengindikasikan kesiapan bank dalam memenuhi kewajiban likuiditasnya, setelah sempat mengalami tekanan dan kemudian kembali meningkat hingga Juli 2025. Faktor pendukung lainnya turut berasal dari kondisi global, di mana tren inflasi global melambat ke 3,5% secara year on year pada bulan Juli 2025, memberikan ruang bagi stabilitas pasar keuangan dunia di tengah ketidakpastian geopolitik.
Ringkasan
Bank Indonesia (BI) telah menurunkan BI-Rate menjadi 5,00% pada Agustus 2025, yang merupakan penurunan keempat kalinya tahun ini. Kebijakan ini bertujuan untuk meringankan biaya dana perbankan, mendorong efisiensi operasional, dan membuka ruang ekspansi kredit. Selain penurunan BI-Rate, BI juga mengurangi penerbitan Surat Berharga Bank Indonesia (SRBI) untuk mengurangi persaingan dengan deposito berjangka.
Likuiditas perbankan menunjukkan tren positif dengan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 7% (YoY) pada Juli 2025. Rasio penyaluran kredit terhadap DPK (LDR) perbankan juga menurun menjadi 86,5%, dan rasio alat likuid terhadap DPK meningkat signifikan, menunjukkan kesiapan bank dalam memenuhi kewajiban likuiditas. Kondisi global juga mendukung dengan melambatnya inflasi global, memberikan stabilitas pasar keuangan.