Bitcoin Siap Meroket? Analis Prediksi Harga Tembus US$120.000!

Muamalat.co.id JAKARTA. Pasar kripto tengah menanti pergerakan signifikan. Harga Bitcoin (BTC) masih terkunci dalam pola menyempit, atau price compression, bergerak di kisaran US$ 107.000 hingga US$ 112.000. Meskipun demikian, sejumlah analis melihat tekanan harga yang terjadi justru membuka peluang emas untuk lonjakan kuat, berpotensi membawa Bitcoin melesat menuju level US$ 120.000 dalam waktu dekat.

Sepanjang pekan ini, berdasarkan laporan dari Cointelegraph pada Sabtu (25/10/2025), upaya kenaikan harga BTC secara konsisten ditahan oleh penjual di level US$ 112.000. Di sisi lain, pembeli menunjukkan ketahanan solid, mempertahankan zona bawah di US$ 107.000–US$ 108.000. Pola ini menciptakan keseimbangan tegang yang mengindikasikan fase akumulasi yang intens di pasar.

Meski resistensi di area atas tetap kuat, grafik harian dan empat jam menunjukkan pembentukan pola higher lows dan lower highs. Pola ini merupakan karakteristik khas dari fase kompresi sebelum terjadi ekspansi harga yang seringkali diikuti oleh lonjakan volatilitas pasar yang signifikan. Fenomena ini bukanlah hal baru di dunia kripto, sering terjadi setelah pergerakan harga besar.

Trafik CryptoWave dan TRIV Melonjak di Tengah Gejolak Pasar Kripto

Seorang analis teknikal lebih lanjut menjelaskan, “Kompresi sebelum ekspansi adalah pola umum setelah penurunan besar, ketika volatilitas menurun dan pasar bersiap untuk pergerakan baru.” Komentar ini merujuk pada koreksi besar pada 10 Oktober lalu, yang sempat menyebabkan penurunan drastis hingga 50% pada open interest Bitcoin, mengindikasikan pembersihan pasar sebelum potensi rebound yang kuat.

Tidak hanya dari perspektif teknikal, sisi fundamental dan data onchain juga memancarkan sinyal positif yang mendukung potensi kenaikan harga Bitcoin. Indikator-indikator penting mulai bergerak ke arah yang menguntungkan bagi investor, menunjukkan kepercayaan yang meningkat pada aset digital ini.

Pasar Kripto Bangkit, Cek Proyeksi Harga Bitcoin dan Ethereum

Pada Selasa (21/10/2025), contohnya, produk Spot Bitcoin ETF mencatat arus masuk signifikan sebesar US$ 477 juta, bertepatan dengan kenaikan harga BTC dari US$ 107.500 ke US$ 114.000. Data dari bursa besar seperti Binance dan Coinbase juga mengonfirmasi aktivitas beli yang solid, baik dari investor ritel maupun institusi, di seluruh rentang harga antara US$ 101.500 hingga US$ 114.000, menandakan minat yang mendalam pada aset digital ini.

Lebih lanjut, metrik Bitcoin Accumulation Trend Score dari Glassnode menunjukkan angka 0,924. Skor yang mendekati angka 1 ini merupakan indikasi kuat bahwa entitas besar atau investor jangka panjang sedang aktif melakukan akumulasi, bukan distribusi. Ini menandakan bahwa pelaku pasar besar tengah mengumpulkan aset, menunjukkan kepercayaan tinggi terhadap prospek jangka panjang Bitcoin.

Beberapa analis memperkirakan bahwa fase konsolidasi ini bisa mencapai titik akhirnya pada awal pekan depan. Hal ini sejalan dengan padatnya agenda makroekonomi AS di akhir Oktober, termasuk rilis data inflasi dan potensi sinyal kebijakan moneter terbaru dari The Fed, yang semuanya dapat memicu pergerakan pasar yang lebih besar.

Peter Brandt: Pola Grafik Bitcoin Mirip Gelembung Kedelai 1970-an

Sebagai informasi terkini, mengacu data Coinmarketcap pukul 18.54 WIB, harga Bitcoin berada di level US$11.631, mencatat kenaikan tipis 0,51% dalam 24 jam terakhir.

Ringkasan

Harga Bitcoin saat ini berada dalam fase price compression antara US$107.000 hingga US$112.000, namun beberapa analis memprediksi potensi lonjakan harga hingga US$120.000 dalam waktu dekat. Pola higher lows dan lower highs pada grafik harian dan empat jam mengindikasikan fase kompresi sebelum terjadi ekspansi harga.

Selain analisis teknikal, data fundamental dan onchain juga menunjukkan sinyal positif, termasuk arus masuk signifikan ke Spot Bitcoin ETF dan indikasi akumulasi oleh investor jangka panjang. Analis memperkirakan fase konsolidasi ini akan berakhir pada awal pekan depan, dipicu oleh rilis data inflasi dan kebijakan moneter dari The Fed.

Leave a Comment