Cek Prospek dan Rekomendasi Saham JPFA Usai Laba Merosot

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA), emiten unggas terkemuka, melaporkan kinerja yang kurang menggembirakan pada semester I-2025. Meskipun tetap membukukan laba, kinerja perusahaan menunjukkan perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Laporan keuangan JPFA menunjukkan laba bersih Rp 1,23 triliun selama enam bulan pertama tahun 2025. Angka ini menandai penurunan 16,42% year on year (yoy) dibandingkan laba bersih Rp 1,47 triliun pada semester I-2024. Penurunan ini juga berdampak pada laba per saham dasar, yang turun dari Rp 127 menjadi Rp 106.

Penurunan kinerja juga terlihat dari sisi pendapatan. Penjualan bersih JPFA menyusut tipis 0,6% yoy menjadi Rp 27,48 triliun pada semester I-2025, dibandingkan Rp 27,64 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Analisis lebih lanjut menunjukkan penurunan pendapatan di segmen Commercial Farm menjadi penyebab utama.

Menurut Tristan Elfan Zulvanian, Research Analyst Henan Sekuritas, penurunan pendapatan segmen Commercial Farm sebesar 6,8% yoy, dari Rp 11,6 triliun menjadi Rp 10,8 triliun, disebabkan oleh penurunan harga live bird rata-rata bulanan sebesar 9,6% yoy, dari Rp 19.365/kg menjadi Rp 17.531/kg. Kendati demikian, penurunan ini sedikit terimbangi oleh peningkatan pendapatan pada segmen Poultry and Consumer Products sebesar 19,5% yoy, dari Rp 4,1 triliun menjadi Rp 4,9 triliun.

Namun, peningkatan biaya Iklan dan Promosi yang signifikan, naik 59,2% yoy dari Rp 205 miliar menjadi Rp 326,5 miliar, serta penurunan pendapatan lain sebesar 22% (dari Rp 112,3 miliar menjadi Rp 87,6 miliar), turut menekan margin keuntungan. Akibatnya, margin EBIT turun dari 9,4% menjadi 7,8% yoy, dan margin laba bersih turun dari 5,7% menjadi 5,0% yoy.

Prospek Kinerja JPFA: Tantangan dan Peluang

Tristan memprediksi tantangan bagi kinerja JPFA pada semester II-2025 masih akan berlanjut. Kondisi oversupply ayam hidup diperkirakan tetap menekan harga jual dan kinerja segmen Commercial Farm. Lemahnya daya beli konsumen juga turut memperparah situasi, membatasi permintaan di pasar ritel. Selain itu, fluktuasi harga bahan baku, seperti jagung pipitan kering yang naik 12,2% yoy dari Rp 4.351 menjadi Rp 4.883, menambah risiko.

Meskipun menghadapi tekanan dari sisi permintaan dan margin, fundamental JPFA pada semester I-2025 menunjukkan upaya diversifikasi pendapatan melalui penguatan segmen produk olahan dan konsumen mulai membuahkan hasil positif. Meskipun margin laba menurun, profitabilitas relatif stabil di tengah kondisi pasar yang kurang menguntungkan.

Dengan strategi penyesuaian bisnis yang berkelanjutan, Tristan optimistis saham JPFA memiliki potensi pemulihan dalam jangka menengah. Dari sisi teknikal, ia merekomendasikan beli untuk saham JPFA pada level Rp 1.600–Rp 1.625, dengan target harga di level Rp 1.740–Rp 1.750 dan stop loss pada level Rp 1.555–Rp 1.560.

BEI Suspensi Saham Sanurhasta Mitra (MINA) Mulai Kamis (7/8)

Cermati Rekomendasi Teknikal Mirae Sekuritas Saham PANI, PGEO & TOBA, Kamis (7/8)

Leave a Comment