Diversifikasi Bisnis Topang Kinerja Astra International (ASII), Simak Rekomendasinya

Muamalat.co.id JAKARTA. PT Astra International Tbk (ASII) mencatat penurunan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar 5,34% secara tahunan (YoY) menjadi Rp 24,47 triliun hingga kuartal III 2025. Angka ini lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 25,85 triliun. Tak hanya laba, pendapatan ASII juga terpangkas 6,5% YoY menjadi Rp 80,7 triliun pada kuartal ketiga. Secara konsolidasi, pendapatan sembilan bulan pertama Astra juga menurun 1,1% YoY menjadi Rp 244 triliun.

Menurut analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Abdul Azis Setyo Wibowo, pemicu utama kemerosotan ini adalah rendahnya penjualan otomotif domestik serta anjloknya segmen bisnis pertambangan batubara. Kondisi ini secara langsung menekan kinerja divisi otomotif dan alat berat/pertambangan yang menjadi andalan grup Astra.

Lebih rinci, segmen otomotif dan mobilitas Astra memang mengalami tekanan, meskipun laba bersihnya masih mampu naik tipis 0,9% YoY menjadi Rp 8,82 triliun hingga kuartal III 2025. Kenaikan ini ditopang oleh kinerja positif bisnis sepeda motor dan komponen. Namun, penjualan mobil justru mencatat penurunan signifikan akibat lesunya pasar domestik. Penjualan mobil Astra merosot 16,9% YoY menjadi 297.498 unit, sementara penjualan mobil domestik secara keseluruhan juga turun 11,3% YoY menjadi 561.820 unit hingga September 2025.

Akibatnya, pangsa pasar Astra di industri otomotif domestik ikut tergerus, dari 56,5% pada sembilan bulan pertama 2024 menjadi 53,0% pada periode yang sama tahun 2025. Penurunan ini disebabkan oleh ketatnya persaingan pasar dan melemahnya daya beli konsumen. Penjualan mobil wholesales yang turun 11,3% YoY menjadi 561.820 unit mencerminkan daya beli yang lemah terutama di segmen menengah bawah. Meskipun demikian, penjualan motor wholesales relatif stabil, hanya turun kurang dari 1% YoY menjadi 4,8 juta unit, dengan pangsa pasar Astra yang kuat dan stabil di angka 77%.

Meskipun secara tahunan laba bersih Astra tercatat menurun, jika dicermati lebih dalam, kinerja bottom line ASII secara kuartalan tahun ini sebenarnya telah menunjukkan indikasi perbaikan. Hal ini didukung oleh diversifikasi bisnis Astra yang semakin kuat, terutama pada segmen agribisnis, layanan keuangan, dan infrastruktur. “Diversifikasi bisnis ASII yang semakin kuat utamanya segmen agribisnis, layanan keuangan dan infrastruktur menunjukkan pertumbuhan relatif lebih baik,” jelas Azis kepada Kontan, Selasa (11/11/2025).

Penurunan laba ASII sebagian tertahan oleh kinerja pertambangan emas yang solid, didorong oleh peningkatan volume dan harga jual yang tajam. Di sektor agribisnis, laba bersih melesat 33,7% YoY menjadi Rp 853 miliar, berkat kenaikan harga jual minyak sawit mentah (CPO). Volume penjualan CPO tercatat 489 ribu MT atau meningkat 13,7% secara kuartalan (QoQ), meskipun perlu dicermati terjadi penurunan Average Selling Price (ASP) menjadi Rp 14.336 per kg atau menurun 4,6% QoQ, serta penurunan volume produksi menjadi 280 ribu MT atau minus 15,1% QoQ seiring dengan efek basis tinggi pada kuartal II 2025 akibat pergeseran puncak panen.

Tak hanya itu, di sisi infrastruktur, laba bersih juga menunjukkan performa impresif dengan kenaikan 28,4% YoY menjadi Rp 935 miliar. Peningkatan ini didorong oleh kenaikan tarif dan volume lalu lintas yang lebih tinggi pada jalan tol yang dikelola Astra. Azis menegaskan bahwa berbagai diversifikasi bisnis ini berfungsi sebagai bantalan margin yang krusial untuk menopang segmen utama yang sedang kurang berkinerja.

Ke depan, Azis memproyeksikan bahwa potensi penurunan suku bunga acuan atau BI Rate serta dorongan pemulihan ekonomi akan menjadi katalis positif bagi ASII. Kedua faktor tersebut diharapkan mampu mengerek daya beli di sektor otomotif dan permintaan kredit alat berat ke depannya. Dengan mempertimbangkan berbagai sentimen dan katalis tersebut, Azis merekomendasikan investor untuk trading buy saham ASII, dengan target harga sebesar Rp 6.600 per saham.

Leave a Comment