Muamalat.co.id NEW YORK,. Pasar saham Wall Street menunjukkan pergerakan fluktuatif yang menarik, dengan indeks S&P 500 dan Dow Jones mencetak rekor penutupan tertinggi. Pencapaian ini terjadi di tengah kuatnya ekspektasi akan penurunan suku bunga Federal Reserve, bahkan ketika penutupan pemerintahan Amerika Serikat memasuki hari ketiga. Namun, tidak semua indeks merasakan euforia serupa, karena Nasdaq berakhir lebih rendah.
Pada penutupan perdagangan Jumat (3/10/2025), indeks Dow Jones Industrial Average berhasil menguat 238,56 poin atau 0,51%, mencapai level 46.758,28. Indeks S&P 500 juga naik tipis 0,44 poin atau 0,01%, ditutup pada angka 6.715,79. Sebaliknya, indeks Nasdaq Composite mengalami penurunan 63,54 poin atau 0,28%, mengakhiri perdagangan di 22.780,51.

Kinerja mingguan juga menunjukkan sentimen positif bagi sebagian besar indeks utama. Sepanjang pekan, Dow Jones dan S&P 500 masing-masing menguat 1,1%, sementara Nasdaq membukukan kenaikan yang lebih tinggi, yakni 1,3%.
Namun, tidak semua sektor bergerak seiring. Sektor teknologi S&P 500 justru menunjukkan pelemahan, terutama dipicu oleh saham Applied Materials yang anjlok 2,7%. Penurunan ini menyusul perkiraan produsen peralatan cip tersebut pada Kamis malam, yang memproyeksikan kerugian sebesar $600 juta terhadap pendapatan tahun fiskal 2026. Di sisi lain, saham Tesla juga turut tertekan, turun 1,4%, sementara sektor utilitas tampil perkasa dengan kenaikan 1,2% dan memimpin penguatan di antara sektor-sektor S&P 500.
Wall Street Menguat, Harapan Penurunan Suku Bunga Mendorong Momentum
Laporan penggajian nonpertanian AS yang seharusnya dirilis pada hari Jumat untuk bulan September, terpaksa ditunda karena penutupan pemerintah. Meski demikian, investor tetap mencerna survei dari Institute for Supply Management yang menunjukkan indeks ketenagakerjaan jasa mengalami kontraksi selama empat bulan berturut-turut. Berita ini semakin memperkuat kemungkinan adanya penurunan suku bunga lebih lanjut dari Federal Reserve.
“Rasanya momentum memang berpihak pada investor selama beberapa hari terakhir,” ujar Mona Mahajan, kepala strategi investasi di Edward Jones. Ia menambahkan bahwa “probabilitas pasar akan penurunan suku bunga The Fed justru meningkat sejak penutupan dimulai.” Menurut Mahajan, hal ini bisa jadi disebabkan oleh potensi dampak penutupan pemerintah terhadap perekonomian, atau data ketenagakerjaan yang lebih lemah minggu ini, maupun data ISM yang dirilis pagi hari. “Ekspektasinya adalah kita masih berada dalam situasi di mana The Fed akan memangkas suku bunga,” pungkasnya.
Sebagai konteks, Federal Reserve telah memangkas suku bunga pada bulan September, yang merupakan kali pertama sejak Desember, di tengah pelemahan pasar tenaga kerja baru-baru ini. Pada hari Rabu sebelumnya, sebuah laporan juga menunjukkan penurunan jumlah tenaga kerja swasta sebesar 32.000, dengan angka bulan Agustus yang direvisi turun sebesar 3.000.
Secara historis, pasar saham cenderung mengabaikan penutupan pemerintah, mengingat biasanya tidak berlangsung lama dan tidak menimbulkan dampak negatif jangka panjang pada perekonomian. Namun, beberapa ahli strategi memperingatkan bahwa penutupan yang lebih panjang dapat menciptakan lebih banyak ketidakpastian bagi investor dan para pembuat kebijakan The Fed.
“Tetapi semakin lama… artinya pengumpulan data untuk laporan yang sangat penting bisa tertunda, atau bisa mengaburkan beberapa data yang akhirnya akan kita dapatkan karena pengumpulan data tidak dilakukan dalam jangka waktu yang lama,” jelas Anthony Saglimbene, kepala strategi pasar di Ameriprise Financial di Troy, Michigan.
Meskipun demikian, Presiden The Fed Chicago, Austan Goolsbee, menyatakan keraguannya untuk berkomitmen pada serangkaian penurunan suku bunga, mengingat inflasi yang masih berada di atas target. Terlepas dari pandangan tersebut, berdasarkan FedWatch Tool dari CME Group, para pedagang hampir yakin akan adanya penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan The Fed bulan Oktober, dan memperkirakan probabilitas 84% untuk penurunan suku bunga tambahan pada bulan Desember.
Di tengah dinamika pasar ini, saham USA Rare Earth menorehkan kenaikan signifikan sebesar 14,3% setelah CEO Barbara Humpton menyampaikan kepada CNBC bahwa perusahaan tersebut “berkomunikasi secara erat” dengan Gedung Putih.
IHSG Kembali ke 8.100 Hari Ini (3/10), RAJA, ANTM, GOTO Paling Banyak Net Buy Asing
Ringkasan
Pasar saham Wall Street menunjukkan hasil beragam, dengan Dow Jones dan S&P 500 mencetak rekor penutupan tertinggi di tengah harapan penurunan suku bunga Federal Reserve. Dow Jones menguat 0,51%, mencapai 46.758,28, dan S&P 500 naik tipis 0,01% menjadi 6.715,79, sementara Nasdaq justru mengalami penurunan sebesar 0,28% menjadi 22.780,51.
Momentum positif didorong oleh ekspektasi penurunan suku bunga The Fed, meskipun data penggajian nonpertanian AS tertunda akibat penutupan pemerintahan. Investor mencerna data dari Institute for Supply Management yang menunjukkan kontraksi indeks ketenagakerjaan jasa, memperkuat kemungkinan penurunan suku bunga lebih lanjut. Beberapa sektor menunjukkan pelemahan, terutama teknologi, sementara sektor utilitas justru menguat.