Emas Antam Banyak Diburu: Terjual 34,16 Ton dalam 9 Bulan, Nilainya Rp 58,67 T

PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), atau dikenal sebagai Antam, membukukan lonjakan kinerja yang luar biasa pada penjualan emas sepanjang sembilan bulan pertama tahun 2025. Nilai penjualan komoditas primadona ini mencapai Rp 58,67 triliun, meningkat tajam sebesar 64 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat Rp 35,70 triliun. Pencapaian fantastis ini sekaligus menempatkan emas sebagai kontributor utama dalam pendapatan perusahaan.

Kontribusi segmen emas tercatat paling signifikan, menyumbang 81 persen terhadap total penjualan Antam. Secara keseluruhan, total penjualan Antam juga melonjak 67 persen menjadi Rp 72,03 triliun, jauh melampaui Rp 43,20 triliun yang dibukukan pada kuartal III 2024. Lebih lanjut, dominasi pasar domestik terlihat jelas dengan penjualan mencapai Rp 69,31 triliun, mencakup sekitar 96 persen dari total pendapatan, menunjukkan kuatnya permintaan di pasar lokal.

Pertumbuhan impresif di segmen emas ini didorong oleh kenaikan volume penjualan emas yang mencapai 20 persen, melonjak dari 28.567 kilogram menjadi 34.164 kilogram, atau setara dengan 34,16 ton. Meski demikian, produksi emas tambang Antam selama periode yang sama tercatat sebesar 590 kilogram, menunjukkan fokus pada optimalisasi penjualan dan efisiensi rantai pasok.

Keberhasilan penjualan emas Antam turut menjadi tulang punggung bagi pencapaian laba bersih perusahaan. Laba per kuartal III 2025 berhasil menembus Rp 6,61 triliun, melonjak drastis hingga 197 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya Rp 2,23 triliun. Direktur Utama Antam, Achmad Ardianto, menegaskan bahwa peningkatan kinerja ini merupakan indikasi kuatnya fundamental perusahaan, yang juga merupakan buah dari strategi hilirisasi berkelanjutan dan efisiensi operasional. Dalam keterangan resmi yang dirilis pada Selasa (28/10), Ardianto menambahkan, “Capaian ini menjadi bukti efektivitas strategi pengelolaan biaya dan optimalisasi nilai tambah produk yang dijalankan perusahaan,” menggarisbawahi komitmen Antam terhadap pertumbuhan yang berkelanjutan.

Kinerja Nikel dan Bauksit Ikut Menguat

Tidak hanya emas, segmen nikel juga menunjukkan performa yang tak kalah solid. Komoditas ini menyumbang 15 persen atau Rp 11,15 triliun, mengalami peningkatan substansial sebesar 83 persen dari Rp 6,10 triliun pada tahun sebelumnya. Peningkatan ini didukung oleh kenaikan produksi bijih nikel sebesar 72 persen mencapai 12,55 juta wet metric ton (wmt), sementara volume penjualannya bahkan melonjak lebih tinggi, 97 persen, hingga menyentuh angka 11,23 juta wmt.

Pada lini produk hilir nikel, produksi feronikel Antam mencapai 13.309 ton nikel (TNi) dengan volume penjualan sebesar 8.182 TNi. Beralih ke segmen bauksit dan alumina, kontribusinya tercatat 3 persen dari total pendapatan perusahaan, dengan nilai Rp 1,95 triliun, naik impresif 68 persen dari Rp 1,16 triliun. Kinerja bauksit sangat menonjol dengan produksi bauksit yang meningkat tajam 263 persen menjadi 2,31 juta wmt. Yang lebih spektakuler, penjualan bauksit melesat hingga 1.033 persen, mencapai 1,10 juta wmt. Adapun produksi alumina juga menunjukkan pertumbuhan 27 persen, menjadi 134.224 ton, dengan volume penjualan yang stabil di 134.768 ton, naik 1 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Dorong Keberlanjutan dan ESG

Seiring dengan penguatan kinerja operasional yang gemilang, Antam juga secara konsisten mengukuhkan komitmennya terhadap aspek Environmental, Social, and Governance (ESG). Sebagai bukti nyata, perusahaan berhasil mencatatkan perbaikan signifikan pada skor risiko Sustainalytics ESG, beralih dari kategori risiko tinggi (high risk) menjadi risiko menengah (medium risk). Pencapaian ini secara jelas menunjukkan penguatan tata kelola perusahaan dan efektivitas manajemen risiko lingkungan yang dijalankan Antam.

Berbagai program keberlanjutan telah diimplementasikan Antam, meliputi inisiatif vital seperti penanaman dan rehabilitasi mangrove di wilayah Kalimantan Barat, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, dan Papua Barat Daya. Selain itu, Antam juga aktif dalam program Urban Farming dan Giat Bersih dalam rangka memperingati Hari Sungai Sedunia. Komitmen ini juga tercermin melalui berbagai inisiatif efisiensi energi dan air, pengelolaan limbah yang bertanggung jawab, program pemberdayaan masyarakat, peningkatan keselamatan kerja, serta fokus pada Hilirisasi Mineral Nasional untuk nilai tambah.

Secara paralel, Antam terus memperkokoh strategi hilirisasi mineral yang bertujuan untuk menciptakan nilai tambah signifikan bagi perekonomian nasional.

Dalam komoditas emas, Antam sedang gencar mengembangkan fasilitas manufaktur logam mulia di JIIPE Gresik, Jawa Timur, guna memperluas kapasitas produksinya. Lebih jauh, perusahaan telah menjalin kerja sama strategis dengan PT Freeport Indonesia untuk pasokan 30 ton emas per tahun (dengan kemurnian 99,99 persen) yang efektif dimulai sejak November 2024.

Untuk komoditas nikel, Antam terus memacu proyek pembangunan pabrik baterai terintegrasi di Karawang, Jawa Barat, dan Halmahera Timur, Maluku Utara. Kedua proyek strategis ini kini telah memasuki fase konstruksi, menandai kemajuan penting dalam upaya hilirisasi nikel.

Sementara itu, di sektor bauksit, proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Mempawah sedang bergerak menuju tahap operasi komersial. Saat ini, uji coba pengiriman alumina ke fasilitas smelter aluminium di Kuala Tanjung tengah berlangsung, mengindikasikan kesiapan Antam untuk menggarap pasar alumina lebih luas.

Leave a Comment