
Muamalat.co.id NEW YORK – Harga emas berhasil bertahan di dekat rekor tertinggi sepanjang masa pada Kamis (11/9/2025), didorong oleh pelemahan pasar tenaga kerja Amerika Serikat (AS) yang meningkatkan ekspektasi penurunan suku bunga Federal Reserve (The Fed). Kondisi ini terjadi bahkan di tengah sinyal kenaikan inflasi.
Pada pukul 14.20 waktu setempat, harga emas spot diperdagangkan sedikit melemah 0,2% ke level US$3.632,49 per ons. Penurunan tipis ini terjadi setelah logam mulia tersebut sempat menyentuh rekor tertinggi baru di US$3.673,95 pada hari Selasa sebelumnya. Sementara itu, emas berjangka AS untuk pengiriman Desember juga ditutup turun 0,2% pada US$3.673,60, setelah sempat tergelincir 0,6% sebelum rilis data ekonomi krusial.
Menurut pedagang logam independen Tai Wong, emas “terselamatkan” oleh lonjakan signifikan klaim pengangguran mingguan, yang melambung ke 263.000, mencapai level tertinggi dalam tiga tahun terakhir. Data ini memberikan momentum meskipun inflasi inti (IHK) tetap tinggi di angka 0,3% secara bulanan. Wong menyatakan optimis, “Prospek emas dalam beberapa bulan ke depan masih konstruktif, sehingga ruang penurunan harga terbatas.”
Sejumlah data lain turut menggarisbawahi kondisi ekonomi AS yang melemah. Inflasi konsumen pada bulan Agustus tercatat naik lebih tinggi dari perkiraan, menandai kenaikan tahunan terbesar dalam tujuh bulan. Namun, lonjakan tajam klaim pengangguran mingguan, ditambah penurunan tak terduga pada data produsen akibat melemahnya margin perdagangan jasa dan harga barang yang lebih rendah, semakin memperjelas gambaran ekonomi yang melambat.
Diperparah dengan laporan ketenagakerjaan nonpertanian yang lemah pada pekan lalu, serta revisi yang mengurangi 911.000 pekerjaan dalam 12 bulan hingga Maret, data-data ini secara konsisten menegaskan hilangnya momentum ekonomi AS. Situasi ini meningkatkan tekanan bagi The Fed untuk bertindak.
Kini, pasar sepenuhnya memproyeksikan The Fed akan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada pertemuan Rabu depan. Bahkan, berdasarkan data CME FedWatch, ada kemungkinan kecil untuk penurunan yang lebih besar, yakni 50 basis poin. Sebelumnya, The Fed telah menghentikan pelonggaran sejak Januari, sebagai langkah antisipasi terhadap dampak inflasi yang berpotensi memburuk.
Sepanjang tahun ini, harga emas telah melonjak drastis hingga 38%. Logam mulia ini secara historis menjadi pilihan utama dalam kondisi suku bunga rendah, karena dinilai sebagai aset lindung nilai yang efektif terhadap inflasi dan ketidakpastian global. Daya tariknya semakin menguat di tengah gejolak ekonomi dan geopolitik saat ini.
Menurut analisis ANZ, pertumbuhan ekonomi yang melambat, tingkat inflasi yang persisten tinggi, gejolak geopolitik global, serta diversifikasi aset dari dolar AS akan terus menopang kuatnya permintaan emas. Permintaan ini tidak hanya datang dari investor ritel, tetapi juga signifikan dari bank-bank sentral di seluruh dunia.
Selain emas, pasar logam mulia lainnya juga menunjukkan pergerakan. Harga perak spot naik 1% mencapai US$41,57 per ons. Sebaliknya, platinum turun tipis 0,3% ke US$1.382,25. Sementara itu, paladium mencatatkan kenaikan 1,5% menjadi US$1.191,46 per ons.
Ringkasan
Harga emas bertahan di dekat rekor tertinggi karena data pasar tenaga kerja AS yang melemah meningkatkan ekspektasi penurunan suku bunga oleh The Fed, meskipun inflasi inti masih tinggi. Lonjakan klaim pengangguran mingguan dan data ekonomi yang melambat memperkuat proyeksi pemangkasan suku bunga oleh The Fed pada pertemuan mendatang.
Harga emas melonjak 38% sepanjang tahun ini dan diprediksi terus didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang melambat, inflasi tinggi, gejolak geopolitik, dan diversifikasi aset dari dolar AS oleh bank sentral. Pasar logam mulia lainnya juga mengalami pergerakan, dengan perak naik sementara platinum sedikit turun.