Muamalat.co.id JAKARTA. Harga emas dunia mengalami penurunan pada perdagangan Kamis (3/9), tergelincir 0,8% ke level US$3.530,69 per ons pada pukul 05.11 GMT. Penurunan ini terjadi setelah logam mulia tersebut mencapai rekor tertinggi sepanjang masa di US$3.578,50 per ons pada hari sebelumnya. Kenaikan tajam sebelumnya didorong oleh ekspektasi pasar akan pemangkasan suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed), bank sentral Amerika Serikat.
Emas berjangka AS untuk pengiriman Desember juga ikut terkoreksi, turun 1,3% menjadi US$3.590. Koreksi ini, menurut Brian Lan, Managing Director GoldSilver Central, merupakan aksi ambil untung (profit-taking) yang wajar. Namun, ia menekankan bahwa tren emas masih menunjukkan prospek positif (bullish). Lan menambahkan, ekspektasi pemangkasan suku bunga dan kekhawatiran atas independensi The Fed akan terus menopang permintaan emas sebagai aset lindung nilai. Ia bahkan memprediksi harga emas berpotensi menembus US$3.800 atau bahkan lebih tinggi dalam waktu dekat.

Sentimen pasar yang mendukung kenaikan harga emas diperkuat oleh data terbaru dari Departemen Tenaga Kerja AS. Laporan tersebut menunjukkan jumlah lowongan kerja pada Juli turun lebih drastis dari perkiraan, mencapai 7,181 juta. Kondisi pasar tenaga kerja yang melemah ini, menurut beberapa pejabat The Fed, menjadi alasan kuat untuk menurunkan suku bunga.
Gubernur The Fed, Christopher Waller, bahkan secara terbuka menyatakan dukungannya terhadap pemangkasan suku bunga pada pertemuan berikutnya. Hal ini semakin memperkuat keyakinan pasar terhadap prospek penurunan suku bunga. CME Group’s FedWatch Tool menunjukkan peluang sebesar 97% bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada 17 September mendatang, meningkat dari estimasi sebelumnya sebesar 92% sebelum rilis data ketenagakerjaan.
Prospek suku bunga rendah sangat menguntungkan emas, yang secara historis berkinerja baik di era suku bunga rendah. Oleh karena itu, kebijakan moneter The Fed menjadi faktor penentu pergerakan harga emas. Investor kini menantikan data non-farm payrolls (NFP) AS untuk Agustus yang akan dirilis pada Jumat. Reuters memproyeksikan pertumbuhan NFP sebesar 78.000 pekerjaan, sedikit lebih tinggi dari angka Juli yang tercatat 73.000 pekerjaan. Data ini berpotensi memperkuat ekspektasi pasar terhadap kebijakan moneter The Fed.
Selain faktor ekonomi, ketidakpastian geopolitik turut mempengaruhi pasar emas. Pernyataan Presiden AS Donald Trump pada Rabu, yang menyatakan kemungkinan pembatalan kesepakatan dagang dengan Uni Eropa, Jepang, dan Korea Selatan jika Washington kalah dalam kasus tarif di Mahkamah Agung, memicu kekhawatiran dan menambah tekanan pada sentimen risiko global.
Koreksi harga tidak hanya terjadi pada emas. Logam mulia lainnya juga mengalami penurunan, antara lain: perak spot turun 0,8% ke US$40,82 per ons, platina melemah 0,8% ke US$1.409,53 per ons, dan palladium anjlok 1,6% ke US$1.129,82 per ons. Penurunan ini terjadi setelah perak mencapai level tertinggi sejak September 2011 sehari sebelumnya.
Ringkasan
Harga emas dunia turun 0,8% menjadi US$3.530,69 per ons setelah mencapai rekor tertinggi sebelumnya. Penurunan ini disebabkan oleh aksi ambil untung (profit-taking) meskipun tren masih positif. Ekspektasi penurunan suku bunga oleh The Fed dan data lowongan kerja AS yang menurun mendukung permintaan emas sebagai aset lindung nilai.
Data ketenagakerjaan AS yang lemah, khususnya penurunan jumlah lowongan kerja, memperkuat prediksi pemangkasan suku bunga oleh The Fed. Peluang pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada 17 September mencapai 97%. Data non-farm payrolls (NFP) Agustus yang akan dirilis akan mempengaruhi ekspektasi pasar dan kebijakan moneter The Fed selanjutnya. Selain itu, ketidakpastian geopolitik juga memengaruhi pasar emas.