
Muamalat.co.id JAKARTA. Kinerja emiten telekomunikasi di Tanah Air masih menghadapi tekanan signifikan, terutama akibat pelemahan daya beli masyarakat. Dua raksasa industri, PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) dan PT Indosat Tbk (ISAT), kompak mencatatkan penurunan kinerja finansial pada periode semester pertama 2025.
Berdasarkan laporan keuangan per 30 Juni 2025, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk TLKM tercatat sebesar Rp 10,97 triliun. Angka ini menunjukkan penurunan 6,68% secara tahunan (YoY) dibandingkan posisi Rp 11,76 triliun pada periode yang sama tahun 2024.
Lembanya bottom line Telkom salah satunya dipicu oleh pendapatan yang lesu. Sepanjang semester I-2025, TLKM hanya membukukan pendapatan sebesar Rp 73 triliun. Padahal, pada semester I-2024, pendapatan perusahaan ini mencapai Rp 75,29 triliun, merefleksikan penurunan sebesar 3,04% YoY.
Pasar Menyambut Pemangkasan Suku Bunga BI, Cek Rekomendasi Saham untuk Besok (21/8)
Tren pelemahan kinerja juga melanda ISAT. Per 30 Juni 2025, Indosat meraup pendapatan senilai Rp 27,10 triliun, yang berarti turun 3,10% YoY dari posisi Rp 27,97 triliun per 30 Juni 2024. Dari sisi laba bersih, laba periode berjalan ISAT mencapai Rp 2,51 triliun per Juni 2025, menyusut tajam 14,07% secara tahunan dari Rp 2,92 triliun pada Juni 2024.
Menyoroti kondisi ini, Head of Research Samuel Sekuritas, Prasetya Gunadi, mencermati bahwa lesunya kinerja ISAT dan TLKM disebabkan oleh melemahnya segmen business to customer (B2C) serta penurunan yield data yang membebani kinerja top line kedua emiten. Meskipun demikian, ia mencatat bahwa kedua operator memperkirakan adanya perbaikan pada semester II-2025, yang akan ditopang oleh inisiatif penetapan harga, seperti kenaikan harga starter pack dan penyederhanaan paket layanan.
Kendati demikian, panduan kinerja setahun penuh dari kedua perusahaan masih cenderung berhati-hati. ISAT bahkan menurunkan panduan EBITDA sepanjang tahun 2025, sementara TLKM mempertahankan proyeksi penurunan tipis EBITDA sekitar minus 1% YoY. “Kami merekomendasikan hold untuk kedua saham, karena upaya pemulihan masih berada pada tahap awal dan potensi kenaikan dalam jangka pendek masih terbatas,” tulis Prasetya dalam riset terbarunya yang dirilis pada 14 Agustus 2025.
Di sisi lain, Head of Research BRI Danareksa Sekuritas, Erindra Krisnawan, meskipun mengakui kinerja kuartal II-2025 masih lemah, memproyeksikan prospek harga saham telekomunikasi akan membaik pada kuartal III-2025. “Hal ini seiring dengan kenaikan harga starter pack di seluruh operator seluler yang mulai sepenuhnya berlaku, sehingga menurunkan churn dan meningkatkan monetisasi,” paparnya. Erindra memprediksi pertumbuhan ARPU (Average Revenue Per User) akan mengikuti proses penyederhanaan produk yang tengah berlangsung serta penyesuaian selektif pada harga isi ulang.
Lebih lanjut, Erindra juga memprediksi adanya potensi peningkatan margin dari efisiensi biaya ISAT, sinergi penghematan EXCL (XL Axiata), dan penghematan tahunan Rp 6 triliun oleh TLKM. Tambahan potensi juga bisa datang dari penjualan aset serta upaya kemitraan strategis.
Senior Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas, Sukarno Alatas, menambahkan bahwa prospek untuk sisa tahun ini, khususnya kuartal IV-2025, berpotensi pulih berkat beberapa sentimen positif. “Pertama, adanya musim libur Natal dan Tahun Baru yang biasanya mendorong trafik data, meskipun pelemahan daya beli dan kompetisi harga tetap menjadi tantangan dalam pemulihan,” jelasnya kepada Kontan, Rabu (20/8).
Sebelumnya, Tim Riset Kiwoom Sekuritas telah memberikan rekomendasi hold untuk TLKM dengan target harga di Rp 3.200. Target tersebut kini sudah terlampaui, mengingat pada penutupan perdagangan Rabu (20/8), saham TLKM parkir di level Rp 3.220. Sukarno mencermati bahwa selanjutnya TLKM dengan skenario bullish berpotensi berlanjut ke target berikutnya di Rp 3.500 per saham, dengan patokan support di posisi Rp 3.180 per saham. Untuk ISAT, Kiwoom Sekuritas merekomendasikan trading buy dengan target harga di Rp 2.380 dan support di Rp 2.130. Sementara untuk EXCL pasca-merger, dengan skenario bullish, direkomendasikan trading buy atau hold dengan target Rp 3.350 dan support Rp 2.850.
Para analis dari berbagai sekuritas menunjukkan optimisme jangka menengah terhadap saham-saham telekomunikasi. Samuel Sekuritas merekomendasikan beli ISAT dengan target harga di Rp 2.700 dan beli TLKM dengan target harga di Rp 3.500. Sejalan dengan itu, BRI Danareksa Sekuritas juga memberikan peringkat beli untuk ISAT dan TLKM, masing-masing dengan target harga di Rp 2.600 dan Rp 3.500.
BI Turunkan Suku Bunga, IHSG Menguat, Ini Saham Pilihan yang Menarik Dicermati
Ringkasan
Kinerja emiten telekomunikasi seperti TLKM dan ISAT mengalami penurunan pada semester pertama 2025 akibat pelemahan daya beli masyarakat. TLKM mencatatkan penurunan laba sebesar 6,68% YoY dan pendapatan sebesar 3,04% YoY, sementara ISAT mengalami penurunan pendapatan 3,10% YoY dan laba bersih 14,07% YoY.
Analis memperkirakan perbaikan pada semester II-2025 didorong oleh inisiatif penetapan harga dan penyederhanaan paket layanan. Beberapa sekuritas memberikan rekomendasi beli atau hold untuk TLKM dan ISAT, dengan target harga yang bervariasi, serta memperhatikan potensi peningkatan margin dari efisiensi biaya dan sentimen positif seperti musim libur Natal dan Tahun Baru.