Gelaran IPO hanya capai 91% dari target BEI di 2025, begini potensinya di 2026

Muamalat.co.id JAKARTA. Terdapat 26 perusahaan yang mencatatkan saham perdananya di Bursa Efek Indonesia (BEI). Angka ini turun dari realisasi aksi penawaran umum saham perdana alias Initial Public Offering (IPO) di 2024 yang mencapai 41. 

Namun dana segar yang berhasil terhimpun mengalami kenaikan signifikan. Dari 26 emiten baru di 2025 mampu meraup dana Rp 18,11 triliun, sementara hasil dana IPO di 2024 hanya Rp 14,35 triliun.  

Sejalan dengan itu, BEI memangkas proyeksi gelaran IPO di sepanjang 2025 dari 66 perusahaan menjadi hanya 45 perusahaan. Dus, gelaran IPO tahun ini hanya mencapai 91% dari target baru. 

Harga Minyak Dunia Koreksi Dalam Setahun, Simak Prospek Emiten Migas pada 2026

Inarno Djajadi, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bilang penyesuaian target itu mencerminkan fokus penguatan emiten, bukan semata mengejar jumlah.  

Dia menyebut OJK dan BEI menekankan emiten yang IPO memiliki fundamental kuat, tata kelola baik dan keberlanjutan usaha memadai sehingga kredibilitas tetap terjaga dan kepentingan investor terlindungi.

“Selain itu, terdapat calon emiten yang memilih menunggu momentum pasar yang lebih tepat dalam merealisasikan rencana IPO-nya, dengan mempertimbangkan kondisi pasar dan strategi bisnis masing-masing,” jelas Inarno belum lama ini. 

Inarno menilai, hal tersebut merupakan bagian dari proses pendalaman pasar yang sehat dan berorientasi jangka panjang. Untuk 2026, BEI menargetkan 50 perusahaan bisa melantai di pasar saham.

Di pipeline OJK sampai dengan 28 November 2025, terdapat 14 perusahaan yang berencana untuk IPO dengan nilai indikatif mencapai Rp 3,70 triliun. Sementara di pipeline BEI per 24 Desember 2025, terdapat sembilan rencana IPO. 

Jika menggunakan pipeline IPO BEI, dari sembilan perusahaan itu, ada dua perusahaan dengan aset skala kecil, empat perusahaan dengan aset skala menengah dan enam merupakan perusahaan aset skala besar. 

Inarno menilai 2026 berpotensi menjadi periode yang lebih aktif bagi penghimpunan dana dipasar modal. Ini seiring dengan prospek pertumbuhan ekonomi domestik, stabilitas makroekonomi dan membaiknya likuiditas. 

BRI Danareksa Tetapkan Target IHSG Capai 9.440 hingga Akhir Tahun 2026

“Kondisi tersebut berpotensi mendorong peningkatan aktivitas emisi, baik melalui IPO, obligasi, maupun aksi korporasi lainnya. Di sisi lain, OJK juga terus mengkaji dan mengembangkan instrumen pasar modal,” kata dia. 

Leave a Comment