Harga Logam Meledak! Prospek Akhir Tahun? Cek Analis Ini!

Muamalat.co.id JAKARTA. Pasar komoditas logam, baik dari sektor mulia hingga industri, tengah menyaksikan lonjakan harga yang signifikan dalam sebulan terakhir. Fenomena ini tidak hanya dirasakan oleh emas, tetapi juga mengerek naik harga perak dan tembaga hingga mencapai level yang mengesankan.

Melansir data dari Tradingeconomics pada Jumat, 3 Oktober 2025, pukul 18.08, harga emas tercatat naik 0,22% secara harian dan melonjak 8,96% secara bulanan, menembus level US$ 3.865,27 per ons troi. Kenaikan serupa juga dialami perak, yang menguat 1,26% secara harian dan meroket 17% secara bulanan menjadi US$ 47,584 per ons troi. Sementara itu, harga tembaga turut terkerek 0,88% secara harian dan menanjak 9,97% secara bulanan, mencapai US$ 4,9517 per pon atau setara US$ 10.490 per ton.

Harga Emas Dekati Rekor Baru, Saham Pertambangan Emas Bergerak Variatif Jumat (3/10)

Presiden Komisioner HFX Internasional Berjangka, Sutopo Widodo, mengamati bahwa lonjakan kuat pada harga komoditas logam ini didorong oleh kombinasi faktor ketakutan geopolitik global dan ekspektasi kebijakan moneter yang cenderung dovish di Amerika Serikat (AS). Lebih lanjut, Sutopo menjelaskan kepada Kontan pada Jumat, 3 Oktober 2025, bahwa sentimen utama pendorong kenaikan ini adalah peningkatan tajam permintaan akan aset safe haven, terutama akibat ancaman penutupan sebagian operasional pemerintahan AS.

Bersamaan dengan ketidakpastian politik, pelemahan yang nyata di pasar tenaga kerja AS turut memperkuat spekulasi pasar akan adanya dua kali pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) di sisa tahun ini. Secara tradisional, Sutopo memaparkan, kondisi ini meningkatkan daya tarik komoditas yang diperdagangkan dalam dolar AS, karena dolar yang melemah membuat harga menjadi lebih terjangkau bagi pemegang mata uang lainnya.

Khusus untuk tembaga, kenaikan harganya yang kuat juga diakibatkan oleh gangguan pasokan yang cukup parah. Hal ini mencakup kecelakaan operasional di tambang Grasberg Indonesia dan penurunan signifikan dalam produksi di Chili yang disebabkan oleh gempa bumi, membatasi ketersediaan di pasar global.

Harga Perak Naik di Tengah Risiko Shutdown Pemerintah AS

Ke depan, Sutopo mencermati bahwa pergerakan harga komoditas logam akan sangat berpusat pada dinamika risk-on atau risk-off di pasar global, serta implementasi kebijakan moneter yang diambil oleh The Fed. Bagi emas dan perak, sentimen pasar akan tetap rentan terhadap perkembangan politik di AS, terutama mengenai ancaman Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di sektor federal dan negosiasi pendanaan pemerintah yang masih berlanjut.

Di sisi lain, potensi penundaan rilis data ekonomi penting seperti Non-Farm Payroll (NFP) membuat investor menjadi sangat sensitif terhadap data pasar tenaga kerja swasta yang tersisa. Sementara itu, harga tembaga akan sangat dipengaruhi oleh kecepatan pemulihan produksi pasca-gangguan dan sejauh mana kekuatan permintaan dari Tiongkok, sebagai konsumen terbesar komoditas ini, dapat menopang pasar.

Secara keseluruhan, Sutopo melihat prospek komoditas logam ke depan masih sangat konstruktif, terutama bagi logam mulia. Berdasarkan analisisnya, ia memproyeksikan harga emas dapat menembus US$ 4.000 per ons troi hingga akhir tahun. Perak, didorong oleh prospek defisit pasokan global, diprediksi dapat melampaui US$ 50 per ons. Adapun tembaga, Sutopo menaksir harganya dapat menyentuh US$ 5,0 per pon di akhir tahun ini.

Ringkasan

Pasar komoditas logam mengalami lonjakan harga signifikan, dengan emas menembus US$ 3.865,27 per ons troi, perak mencapai US$ 47,584 per ons troi, dan tembaga menyentuh US$ 4,9517 per pon. Kenaikan ini didorong oleh kombinasi faktor geopolitik global, ekspektasi kebijakan moneter yang cenderung dovish di AS, serta peningkatan permintaan aset safe haven akibat ketidakpastian politik dan pelemahan pasar tenaga kerja AS.

Prospek komoditas logam ke depan dipandang konstruktif, terutama untuk logam mulia. Analis memproyeksikan harga emas dapat melampaui US$ 4.000 per ons troi, perak menembus US$ 50 per ons karena defisit pasokan, dan tembaga menyentuh US$ 5,0 per pon di akhir tahun. Pergerakan harga akan bergantung pada dinamika risk-on/risk-off global, kebijakan The Fed, dan pemulihan produksi tembaga pasca-gangguan.

Leave a Comment