JAKARTA – Harga minyak sawit mentah (CPO) berjangka Malaysia mengalami penurunan signifikan, merosot sekitar 3,5% hingga menembus level MYR 4.230 per ton pada Selasa (23/9). Penurunan tajam ini tidak hanya membalikkan kenaikan moderat dari sesi sebelumnya, tetapi juga menandai titik terendah dalam enam minggu terakhir bagi komoditas primadona ini di pasar global.
Pelemahan harga CPO ini, seperti diungkapkan oleh Tradingeconomics, terjadi menyusul proyeksi terbaru dari Dewan Minyak Sawit Malaysia (MCM). MCM memperkirakan harga minyak sawit akan berada di kisaran MYR 4.200–4.500 dalam beberapa minggu ke depan, sebuah perkiraan yang mencerminkan ketidakseimbangan pasar. Meskipun pasokan minyak nabati global sedang ketat, tekanan justru datang dari permintaan yang lesu di pasar-pasar utama, memicu koreksi harga.
Tekanan terhadap harga CPO semakin diperparah oleh tren penurunan harga minyak nabati pesaing di bursa komoditas utama seperti Dalian dan Chicago. Di sisi lain, meskipun pelemahan nilai tukar Ringgit Malaysia sedikit meredam potensi penurunan yang lebih dalam, prospek produksi menunjukkan kondisi yang berbeda. Puncak produksi minyak sawit diperkirakan akan terjadi antara bulan September dan Oktober, didukung oleh kondisi cuaca yang menguntungkan. Data terbaru juga menunjukkan peningkatan stok akhir Agustus sebesar 4,2% dari bulan Juli, mencapai 2,2 juta ton.
Meskipun demikian, ada secercah harapan dari sisi permintaan ekspor. Pengiriman ekspor CPO untuk periode 1 hingga 20 September diperkirakan mengalami peningkatan yang sehat, yakni antara 8,3% hingga 8,7% dibandingkan bulan Agustus. Salah satu pasar utama, India, diproyeksikan akan mempertahankan permintaan yang kuat menjelang musim perayaan pertengahan Oktober. Impor minyak sawit ke India diperkirakan akan melampaui 800.000 ton pada bulan September, menyusul rekor tertinggi 13 bulan sebesar 990.528 ton yang tercatat pada bulan Agustus.